"Bagaimana bisa, Agent Zie adalah Naziera? Little Ziera alias Rara si bocah naif itu menjadi bodyguard?" Juan masih sedikit tidak percaya.
"Zie adalah code name diambil dari nama tengahnya. Sekarang dia sudah sedikit lebih dewasa." Adrian menjelaskan.
"Tapi, kenapa dia banyak berubah? kemana bocah tomboy dulu? Dia terlihat sangat berbeda."
"Tentu saja berbeda, Ziera sudah dewasa sekarang. Pelatihan di China dan tragedi itu sudah merubahnya. Meskipun tidak terlalu terlihat saat bekerja, sebenarnya dia masih sedikit tomboy dan naif. Ziera ingin memperlihatkan citra dirinya yang lebih dewasa dan profesional sebagai bodyguard."
"Terus apa maksudnya dia dalam bahaya?" Juan kembali teringat pada inti pembicaraan mereka.
"Di hari penculikan itu terjadi, Ziera mengingat bahwa dia mendengar percakapan para penculik melalui telepon. Orang yang memerintah mereka dipanggil dengan sebutan Boss Bee, selain itu terdapat tato bertuliskan 'BEE' pada tubuh mereka. Ziera mengingat bahwa salah satu bodyguard yang biasanya mendampingi Natha memiliki tato itu di bahu belakangnya, Ziera pernah tidak sengaja melihatnya. Hal ini belum diketahui polisi, karena Ziera baru mengingatnya dua tahun yang lalu. Ziera ingin menyelidiki nya sendiri. Dengan kemampuan yang dimilikinya hasil pelatihan di China, tidak sulit untuknya mendapatkan pekerjaan sebagai Bodyguard. Masalahnya akan terlalu berbahaya karena sindikat itu memiliki hubungan dengan agency bodyguard. Jika mereka tahu Zie adalah Ziera, dan dia memiliki petunjuk keterlibatan sindikat BEE dalam tragedi itu maka Ziera akan dalam bahaya. Setelah selamat dari penculikan, sudah terjadi beberapa kali upaya pembunuhan pada Ziera. Setelah pihak kepolisian tidak bisa menyelidiki kasus itu lebih lanjut karena kurangnya bukti, dan terungkap dikalangan terbatas bahwa Ziera hilang ingatan mengenai kejadian itu, upaya mencelakai Ziera berakhir. Karena keluarga masih khawatir akan keselamatannya maka dia dikirim ke luar negeri. Kami yakin, sindikat itu pasti masih ada di antara kita untuk menyamar. Mereka mampu mengakses informasi rahasia, termasuk informasi yang hanya diketahui oleh pihak penyidik. Itulah kenapa Ziera memilih menyelidikinya sendiri. Demi keselamatan Ziera dan demi menyelidiki kasus ini maka Ziera aku rekrut di Agency ku."
"Kenapa kamu dan seluruh keluarganya membiarkan Ziera menjadi bodyguard dan apalagi menyelidiki kasus ini? Bukankah itu sangat berbahaya?" Juan merasa khawatir setelah mendengar penjelasan.
"Seperti yang kamu ketahui, Ziera itu memiliki sifat naif dan keras kepala. Jika tidak di Agency ku maka dia akan bergabung di Agency yang lain. Tidak ada yang bisa menghentikannya jika dia sudah memutuskan. Jadi untuk menjaga keselamatannya, lebih baik aku langsung yang mengawasinya." Adrian menjelaskan.
Ziera memang memiliki sifat keras kepala dan naif. Dia itu pemberani dan tomboy sejak saat kecil. Juan kembali mengingat kejadian saat Rara dan Bian masih kelas 2 SMP, saat itu mereka mengikuti kegiatan club untuk bertahan hidup di hutan selama 1 hari. Saat itu cuaca yang cerah tiba-tiba mendung. Pagi hari yang seharusnya cerah malah gerimis. Mereka tetap melaksanakan kegiatan berkelompok tersebut.
Menjelang sore, kelompok Ziera dan Bian dinyatakan hilang komunikasi dengan pihak sekolah. Tidak ada signal telepon di hutan itu yang diakibatkan cuaca buruk. Berdasarkan cerita dari Bian saat itu kaki Bian terkilir, kelompok mereka yang berisi empat orang tersesat. Hujan semakin lebat dan jalan pegunungan sangat licin. Kedua teman Bian yang lainnya Agnes dan Rina demam karena terpapar hujan. Cuaca yang dingin, hujan dan langit yang mulai gelap semakin menyulitkan. Ditengah situasi bahaya itu, Ziera memutuskan meninggal mereka di gubuk tua untuk berteduh sementara Ziera mencari bantuan seorang diri. Teman-temannya tidak ada yang setuju. Namun Ziera yang keras kepala dengan segala argumennya yang masuk akal tentang bahwa hanya dia diantara mereka yang paling sehat dan kondisi Rina saat itu yang memburuk dan demamnya semakin tinggi tidak bisa dibiarkan tanpa pertolongan.
Dengan kerasnya usaha Ziera meyakinkan teman mereka dan tekad yang ditunjukan olehnya akhirnya teman-temannya terpaksa menyetujui. Karena apa daya, mereka tidak mampu beradu argument dengan kerasnya pendirian Ziera. Padahal mereka sudah meyakinkannya bahwa pihak sekolah tidak akan diam saja mengetahui bahwa mereka hilang, pencarian pasti akan segera dilakukan.
Rara berjalan meninggalkan teman-temannya ditengah hujan. Dia merapatkan jaket anti air yang dipakainya erat-erat dan membenahi bagian kupluk kepalanya. Sambil berjalan terus menjauhi gubuk tempat mereka berteduh, Bian memperhatikan Ziera sedang memberi tanda di pepohonan dengan memberikan tanda silang menggunakan pisau lipat yang memang mereka bawa sebagai perlengkapan survival.
Hari sudah semakin gelap. Jam tangan di pergelangan tangan kiri Bian menunjukan jam 18.30. Sudah 3 jam sejak Ziera pergi mencari bantuan. Hujan sudah mulai reda namun jalan setapak didepan mereka terlihat berlumpur dan licin. Mereka bertiga berkerumun di gubuk tua itu dengan diterangi lampu darurat yang memang mereka bawa di tas mereka.
Perasaan Bian tidak menentu, dia benar-benar mengkhawatirkan Ziera yang belum ada kabar berita. Ditatapnya di kejauhan malam, angin meniup ranting dan dedaunan dengan perlahan. Seketika seberkas cahaya terlihat di kejauhan. Bian langsung berdiri dengan sedikit limbung menahan sakit kakinya yang terkilir.
"Rina, Agnes..kalian lihat ada cahaya mendekat. Sepertinya bantuan sudah datang." Mereka bertiga berdiri berdekatan dan mendengar nama mereka diserukan. Ada perasaan lega di hati Bian, berarti Rara sudah berhasil memberi tahu keberadaan mereka.
"Kami disini.." Mereka balas berteriak untuk memberikan signal keberadaan mereka.
Tidak lama kemudian team kecil berisikan 6 orang yang dipimpin oleh Juan sebagai alumni yang ikut berpartisipasi dan menjadi panitia di acara tersebut datang mendekat dan mulai memeriksa kondisi mereka bertiga. "Bian, kamu baik-baik saja? Bagaimana kondisi kalian?"
"Aku sempat jatuh tadi Kak, kaki kananku sepertinya terkilir. Rina dan Anggi mereka demam karena sempat terpapar hujan lama."
"Rara mana? Bukannya kalian berempat satu kelompok?" Tanya Juan bingung.
"Bukannya kalian kesini karena Rara yang memanggil bantuan?" Tanya Bian.
"Kami tidak bertemu Rara. Jadi kamu bilang Rara pergi mencari bantuan? Sudah berapa lama Rara pergi dan ke arah mana?" Mendengar perkataan Juan, perasaan Bian langsung terasa lemas. Kekhawatiran muncul dari sorot matanya.
"Rara pergi 3 jam yang lalu mencari bantuan. Dia keras kepala, padahal aku sudah menyuruh nya ikut menunggu kesini. Tadi dia pergi ke arah tempat tadi Kakak datang. Tadi sambil berjalan pergi Rara memberi tanda di pohon dengan pisau lipat yang dibawanya." Jelas Bian. Pantas saja di sepanjang jalan Juan melihat tanda yang dibuat Ziera. Tanda itulah yang membantu mereka menemukan Bian.
"Bian, aku akan pergi mencari Rara. Kamu ikuti Panitia yang lainya menuju perkemahan yang sudah dipersiapkan untuk kalian istirahat. Jaga kondisi kalian, beristirahat lah. Aku akan memberi kabar jika sudah bertemu Rara." Juan lalu berbalik badan menghadap Restu alumni yang ikut melakukan pencarian. "Restu, kamu ikut aku mencari Rara. Kalian sisanya tolong bawa anak-anak kembali ke tenda dan informasikan pada Pak Gatot bahwa Rara menghilang dan kami akan melakukan pencarian. Tolong kirimkan tambahan personil secepatnya, karena hari sudah semakin malam." Juan menginstruksikan.
Setelah pembagian tugas selesai, Juan dan Restu berjalan menuju arah mereka datang mengikuti tanda yang Ziera buat di pepohonan. Tanda tersebut mengarah pada perkemahan, berarti arah Ziera sudah benar. Hanya saja kenapa mereka tidak bertemu dijalan?
Juan yang masih khawatir terus menelusuri jalan sampai akhirnya berhenti karena tanda dari Ziera menghilang. Dia dan Restu memperhatikan sekeliling hutan. Ada turunan yang agak curam disebelah kiri mereka, dan setelah diperhatikan lebih seksama ada ranting-ranting yang baru patah dan jejak dilewati. Juan dan Restu saling bertatapan, lalu mereka saling mengangguk dan Juan pun menuruni lereng tersebut dengan mengikatkan tambang yang mereka bawa ke pohon kokoh terdekat sementara Restu menahan tambang yang menghubungkan tubuh Juan dengan pohon tersebut.
Saat Juan menuruni lereng tersebut, dia melihat jejak bahwa rute tersebut telah dilewati. Seperti bekas seseorang jatuh di sana. Akhirnya juan sampai di ujung lembah lereng tersebut. Dia melihat jejak seretan ke arah kanan. Diikutinya jejak tersebut sambil tetap waspada memandang sekeliling hutan yang memang sudah gelap dengan menggunakan penerangan senter yang dibawanya.
Didengarnya gemersik daun kering dan ranting yang tidak jauh dari tempatnya berada. Didekatinya sumber suara itu dan betapa kagetnya Juan saat dilihatnya Ziera yang sedang berdiri bertopang pada Batu karena kakinya sakit sedang memegang ranting pohon yang cukup panjang. Ranting itu digerak-gerakannya diarahkan pada sesuatu.
Saat juan semakin mendekat, barulah Juan menyadari. Ziera sedang berhadapan dengan seekor ular. Dari penampakannya memang bukan ular berbisa, tapi tetap saja Ziera terlalu naif dan pemberani.
"Hush..sana hush... hush..."
Mendengar ada suara mendekat, Ziera seketika berpaling masih dengan posisi siaga.
"Kak Juan...hati-hati Kak ada ular." Ziera mengingatkan.
Juan langsung berlari mendekat dan mengambil alih ranting yang dipegang Ziera kemudian digunakannya untuk mengangkat ular itu dan diletakkannya ditempat aman.
Saat Juan kembali untuk membantu Ziera, dilihatnya Ziera sudah jatuh terduduk lemas. Wajahnya tampak pucat.
"Kamu ga kenapa-kenapa Ra?" Tanya Juan Khawatir.
"Aku baik-baik aja Kak, hanya lemas." Jawab Ziera dimana saat itu Juan menyaksikan bahwa Ziera sudah tidak fokus dan mulai kehilangan kesadaran.
"Dasar gadis naif, pasti dia masih shock karena berhadapan dengan ular " Ujar Juan pada dirinya sendiri.
Diangkatnya Ziera dalam pangkuannya dan dibawa kembali ke tenda perkemahan. Beberapa hari setelah itu Juan baru tahu jika Ziera sebenarnya phobia pada ular dan dengan keberanian yang tersisa Rara memaksakan diri untuk menghadapi ular tersebut. Sampai ketika adrenalin nya sudah menurun Ziera pingsan karena Shok.
Itulah kenangan Juan atas Ziera yang naif namun pemberani. Berani melawan ketakutan terbesarnya walaupun ketika selesai dia jatuh pingsan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments