Sekarang ini aku berdiri di aula kantor Mahaputra. Ruangan ini penuh dengan orang-orang yang memakai setelan resmi jas berwarna hitam. Dengan sekali pandang saja bisa diketahui bahwa mereka adalah bodyguard profesional. Mereka adalah yang terbaik di negeri ini.
Disebelah kanan ku berdiri seorang pria pertengahan tiga puluh tahun dengan tubuh besar dan badan tegap. Tinggi badanku yang 175 cm tidak sampai tinggi bahunya. Dia dikenal dengan code nama Shark. Dia dikenal adalah yang terkuat diantara kami secara fisik.
Disebelah kiri ku berdiri seorang pria awal dua puluh tahun, dia lebih muda dariku. Perawakannya lebih kecil sedikit dariku. Sekilas dia tampak sangat imut dan cute seperti oppa Korea. Jangan salah, dia adalah mantan juara nasional pencak silat. Code name nya adalah Cloud.
Blue berdiri disebelah Cloud, sambil sesekali memandangi ku. Aku tidak pernah mengerti kenapa Blue selalu memandangku seperti itu, bisa jadi dia membenci ku karena kami selalu bersaing memperebutkan posisi nomor satu di agency.
Bodyguard lainnya yang ada di ruangan itu terlihat sangat tenang dan profesional. Aku mengenal beberapa diantara mereka karena kadang kita bertemu dan memiliki misi yang sama. Mereka sangat terkenal di dunia bodyguard.
Saat ini semua bodyguard berdiri dalam tiga barisan menghadap Juan yang sedang menyampaikan apa yang dia inginkan dari kami para bodyguard. Penampilan Juan tidak terlalu banyak berubah dari 8 tahun yang lalu saat terakhir aku bertemu dengannya. Dia tampak sedikit lebih matang.
"Terimakasih pada semuanya yang telah datang karena undangan saya. Saya harap anda semua akan memberikan yang terbaik saat bekerja sebagai bodyguard untuk melindungi seluruh keluarga Mahaputra. Aku sangat senang bodyguard terbaik di negara ini dapat berkumpul disini. Saya yakin anda semua pasti sudah mengetahui situasi keluarga saya saat ini. Untuk menghindari adanya penyusup yang menyamar diantara kalian, saya memutuskan untuk mengubah jadwal kalian secara periodik. Ini adalah asisten saya Luna, dia yang akan membagikan schedule kalian." Juan mundur dari tempatnya berdiri untuk memberi Luna ruang untuk maju dan berbicara di depan kami.
Luna berdiri tepat di depanku. Dia terlihat sangat muda, aku yakin dia seusia dengan ku. "Terimakasih Pak Juan. Selamat pagi semuanya, saya Luna asisten Pak Juan yang akan bertanggung jawab untuk pembagian schedule untuk anda semuanya. Saya akan memberikan schedule untuk dua hari kedepan. Schedule selanjutnya akan saya berikan secara personal untuk melindungi dari bocornya informasi. Ini adalah jadwal anda semua di dalam amplop, silahkan ambil amplop yang tertulis nama anda di atasnya." Luna menyimpan amplop yang dimaksud di atas meja lalu mengangkat alat communicator di tangannya. "Ini adalah alat komunikasi yang akan anda semua gunakan untuk berkomunikasi, silahkan digunakan. Anda akan terhubung dengan pusat yang akan menginformasikan apa yang terjadi dan apa yang harus anda kerjakan." Luna membagikan jadwal dan alat komunikasi pada setiap orang.
Aku membuka amplop ku dan membaca jadwalku dalam dua hari kedepan. Klien yang harus aku lindungi pertama adalah Juan. Ku pasang alat komunikasi di telinga sebelah kanan. Semua bodyguard pergi meninggalkan aula mengikuti Luna kecuali aku dan Blue. Kami berdua memiliki jadwal yang sama dua hari ini yaitu untuk melindungi Juan
Juan membaca kertas ditangannya. "Jadi kalian adalah Zie dan Blue benar?" Juan memandang kami satu persatu, menatap Blue lalu menatap ku.
"Ya Pak." Kami berdua menjawab bersamaan. Dia memandangku sekali lagi, dan kali ini sedikit lebih intense dari sebelumnya. Dia terlihat seperti mengenaliku. Aku berharap dia tidak akan mengenali ku. Dulu hubungan kami tidak cukup dekat, hanya sebatas saling tahu satu sama lain. Jadi aku yakin dia tidak mungkin akan mengingatku karena 8 tahun sudah berlalu.
"Kalian berdua datang dari agency yang sama bukan?"
"Ya Pak, kami dari satu agency." Blue menjawab.
"Bagus, aku pikir kalian akan mempunyai team work yang bagus karena sudah terbiasa bekerja sama. Sekarang aku harus pergi mengunjungi Pabrik kami yang di Kota S. Ada meeting penting yang harus aku ikuti di sana. Kalian bisa memulai pekerjaan kalian sekarang. Ikuti aku!" Perintah Juan.
...***...
Kami bertiga pergi meninggalkan perusahaan. Blue berjalan didepan Juan untuk memastikan jalan yang akan kami lewati aman. Juan dan aku mengikuti dari belakang. Aku berjalan di belakang Juan untuk melindunginya.
Kami berjalan menuju Lobby sambil menunggu mobil datang. Tidak terlalu lama tampak sebuah mobil sedan Mercedes Benz S 500 berwarna hitam terparkir di depan pintu loby.
Kami berjalan lagi ke arah mobil yang diparkir dengan Blue berdiri mengawasi mencari gerakan atau individu mencurigakan yang berada disekitar kami sementara aku mengecek mobil yang akan Juan naiki, memastikan mobil sudah aman untuk digunakan. Aku menggunakan metal detektor memeriksa keseluruhan mobil. Tidak ada signal yang mencurigakan. Juan, Blue dan aku menaiki mobil sedan tersebut. Blue duduk di kursi penumpang sebelah supir, sementara aku duduk di kursi belakang bersama Juan.
Setelah dua jam perjalanan, kami akhirnya sampai di pabrik. Kami menaiki lift hingga lantai 4 dimana meeting dilakukan. Aku dan Blue berjaga diluar ruang meeting karena Juan tidak ingin meeting bersama partner bisnisnya terganggu karena kehadiran kami. Kami berdua dalam keadaan siaga dan siap sedia kapan pun Juan memerlukan kami.
Aku mendengar suara langkah kaki semakin mendekat dibalik ruang meeting, aku yakin meeting telah berakhir. Pintu dibelakang kami perlahan terbuka, aku dan Blue berbalik badan menghadapi pintu yang terbuka tersebut. Orang yang pertama keluar adalah partner bisnis Juan diikuti asisten yang berpamitan untuk kembali ke perusahaan mereka. Tidak lama Juan keluar diikuti manager produksi berkacamata tebal dengan perut buncit dan kumis tipisnya dan Manager Pemasaran yang terlihat sangat atraktif dan cantik dengan blazer berwarna pink senada dengan rok selututnya.
Juan memandangku dan Blue, memberi kami signal untuk mengikutinya setelah berpamitan kepada kedua manager.
"Maaf sudah membuat kalian menunggu lama" Ucap Juan.
"Tidak masalah Pak, ini sudah tugas kami." Aku menjawabnya, Blue hanya mengangguk mengiyakan.
Juan memandangku dan memberikan senyumannya. Dia sangat tampan, detak jantungku tiba- tiba melonjak cepat. Lesung pipinya sangat menawan, aku merasakan pipiku hangat dan memerah. Hal yang sangat wajar tentunya jika aku merasakan hal tersebut, karena wanita mana pun akan merasakan hal yang sama jika berhadapan dengan Juan. Aku merasa malu, semoga tidak ada yang melihatku. Aku mengalihkan pandanganku dan mendapati Blue sedang memandang ke arah ku. Dia terlihat kesal, aku tidak tahu alasannya. Aku yakin dia sangat membenciku, karena dia selalu memandangku dengan tatapan yang sangat intense. Aku tidak pernah tahu alasannya membenciku. Aku berkali-kali mencoba membicarakan hal ini pada Blue, tetapi Blue selalu menghindari dan tidak pernah mengakuinya.
Kami kembali memasuki mobil setelah memastikan mobil sudah aman dan tidak ada sabotase didalamnya. Kami sudah hampir sampai kembali ke kantor pusat Mahaputra. Sekitar dua blok dari area perkantoran, aku melihat seseorang berada di atas bangunan apartemen tua yang akan dirubuhkan sedang mengarahkan sebuah senapan kearah mobil kami. Aku menarik Juan melompat keluar dari mobil yang sedang melaju dengan sebelumnya berteriak "KELUAR DARI MOBIL SEKARANG..!!!!!" untuk memperingatkan Blue dan sopir.
Aku melihat Blue dan sopir melompat keluar dari mobil, sementara aku terjatuh ke jalan dan menarik Juan keluar bersamaku. Badan Juan yang besar sangat berat dan menghimpit tubuhku ke jalan aspal. Juan jatuh keatas tubuhku sementara tanganku dalam posisi yang tidak benar menahan beban. Aku yakin tanganku pasti terkilir.
Karena mobil tidak terkendali akhirnya mobil terguling tidak terlalu jauh menabrak tiang rambu lalulintas. Bensin mobil terlihat merembes keluar dari tangki. Pada saat itu aku melihat sniper tadi mengarahkan tembakannya ke arah tangki mobil yang sudah bocor.
Dengan sekuat tenaga ku balik posisi kami, mendorong tubuh Juan menjadi berada di bawahku dan melindungi tubuh Juan dari efek ledakan yang akan terjadi dengan tubuhku. Tak lama aku mendengar suara ledakan yang lumayan kencang dari mobi Mercedes Benz S 500 yang kami tumpangi tadi.
Tekanan dari ledakan mobil itu sangat kuat, aku merasakan seluruh tubuhku sangat sakit dan belakang punggungku terbakar. Ku tatap Juan untuk memastikan dia baik-baik saja.
'Terimakasih Tuhan, dia baik-baik saja. Aku berhasil melindungi nya.' seruku dalam hati. Tubuhku terjatuh dijalan aspal disebelah Juan, aku terlalu lemah untuk bangun.
"Zie, kamu baik-baik saja?" aku mendengar kekhawatiran dari nada bicara Juan.
"Aku baik-baik saja." Kemudian seluruh pandanganku menjadi blur dan gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments