"Ayo, si-silahkah masuk!" kata wanita itu sambil menahan rasa malu.
"Hei, Siapa namamu?" tanyaku
"Namaku?! n-namaku Yamada T-Tohka" katanya. Kenapa dia gugup? bukannya normal untuk mengetahui nama orang yang sudah dikenal?
"Maaf kalau aku berbicara canggung seperti itu, ini karena... itu... anu... aku pertama kali melayani seseorang seperti bilang 'silahkan' dan ini adalah pertama kalinya ada orang yang menamai namaku." kata Tohka
"Jangan memaksakan diri. Kau boleh bersikap seperti biasanya." kataku
"Tidak bisa, aku harus berubah!",
"Kenapa?",
"Ratu bilang ini waktunya berubah, karena kata ratu orang seusiaku seharusnya melakukan hal yang romantis.",
"Dan kamu melakukan hal itu dengan siapa?",
"Aku tidak tahu tapi yang jelas aku mungkin butuh yang namanya pacar atau sesuatu seperti.... kekasih.". Gadis aneh, mungkin ratunya juga aneh.
"Baiklah ayo masuk!" kata Tohka. Tohka maju satu langkah ke depan dan membuka gerbang yang ada di depannya.
Setelah di buka oleh Tohka, kami berdua disambut oleh seorang wanita berambut biru tua yang mengenakan pakaian mewah layaknya ratu.
"Selamat datang di Alam Semesta Ender End." katanya,
"Aku, Miyaniku Maname, sang penguasa alam semesta ini dan juga istana ini menyambut kedatanganmu!" kata wanita bernama Maname itu,
"Terimakasih banyak" jawabku,
"Jadi.. Kenapa kamu membawaku kesini?" tanyaku
"Ah itu.. Itu karena aku ingin bertanya sesuatu." kata Maname
"Tentang apa?",
"Tentang dirimu. Kamu, Sakamaki, apa kamu ingat semua masa lalumu?",
"Tidak, karena itulah aku datang kesini. Firasatku bilang kalau penguasa alam semesta ini tahu salah satu masa lalu ku.",
"Memang benar aku tau siapa dirimu sebenarnya!",
"Karena itu ceritakan padaku masa laluku"
"Tapi sebelum itu, kamu harus menjalani sebuah tes!",
"Tes apa?",
"Sederhana hanya tes kecocokan."
"Kecocokan... apa?",
"Kecocokanmu dengan pedang yang kami miliki. Namanya Excusifer, Aku sudah menguji semua orang penting yang ada di istana ini tapi tidak ada yang cocok. Setelah itu, Ada peramal datang kesini dan meramal masa depan yang berhubungan dengan pedang legendaris ini. Ramalan mengatakan mengatakan kalau ada orang dari alam semesta lain yang akan mencabut pedang Excusifer dari batu Endernya. Karena itu aku ingin kau mencoba mencabutnya untuk membuktikan apakah kau memang orang yang kami cari dan jika kamu berhasil aku akan memberi tahu masa lalumu yang aku tahu." jelas Maname,
"Semuanya?" tanyaku,
"Ya... semuanya yang aku tahu."
"Baiklah aku akan mencoba mencabutnya jika itu menguntungkan ku." kataku,
"Heh... kamu tidak mungkin bisa!" kata Tohka meremehkan ku,
"Kita belum tahu sebelum mencoba.." kataku dengan santai.
Aku pun pergi ke pedang hitam biru tua itu. Biru yang ada di bilah pedang itu menyala seakan memanggilku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepadaku.
Saat aku semakin mendekat, mata waktuku mulai bereaksi. Mataku berputar ke arah yang sama seperti rotasi bumi. Sekarang.. apa yang akan terjadi padaku selanjutnya...
Aku sudah berada di depan pedang Excusifer, memegang genggaman pedang itu dengan keras dan mencoba untuk menariknya dari batu. Dengan kekuatan penuhku aku menarik pedang itu dan secara perlahan pedang itu mulai lepas dari batunya. Semuanya terkejut dan diam senyap. Dan akhirnya aku berhasil menariknya keluar dan tidak terjadi apa-apa. Itu adalah hal yang bagus untuk kudengar. Tempat yang ditonton banyak orang itu seketika senyap dan penuh kaget dan banyak pertanyaan yang muncul dari orang-orang disini seperti, Siapa anak muda itu? monster? Dia berhasil mencabutnya, apa-apaan dia ini?. Aku dapat mendengar mereka bicara seperti itu. Bahkan Tohka terkejut saja terkejut. Sang ratu, terjatuh dari kursinya dan hampir pingsan. Dia segera dibawa ke kamar perawatan segera.
Aku penasaran, kenapa aku bisa menariknya? Siapa sebenarnya diriku ini? Banyak pertanyaan muncul.
Aku berjalan ke pintu keluar menuju ke arah Tohka berdiri dengan Excusifer di genggamanku. Tohka menatapku ketakutan dan tak percaya apa yang dia lihat. Aku menatap Tohka dengan tajamnya. Aku penasaran, apa yang Tohka lihat terhadapku di matanya?
Aku berjalan melewati Tohka dan berjalan lurus ke depan tanpa tujuan. Aku tak tahu harus kemana. Tohka menundukkan kepalanya dan memberitahukanku satu hal.
"Kamarmu memiliki nomor 154." katanya. Aku berhenti melangkah dan melihat ke belakang. Yang kulihat adalah gadis yang sedang menangis menatap ke arahku.
"Kamu ingin ke kamarmu kan? Selamat malam... Nakano.." katanya. Dia berlari melewati ku dan terus berlari ke depan. Apakah aku melakukan kesalahan?
Aku mencari nomor kamar yang diberikan Tohka kepadaku, dan aku menemukannya tetap disebelah kamar nomor 155. Entah kenapa rasanya kamar sebelahku ini... dipenuhi dengan kesedihan. Mungkin hanya imajinasiku saja.
Keesokan paginya pun datang, Miyaniku Maname pun bangun dari tidurnya. Dia melihat keluar dan tak sengaja melihat aku yang sedang berlatih di luar dengan sebuah pohon Ender Sakura. Entah kenapa dia tiba- tiba tersenyum gembira.
Saat di ruang makan aku bertemu dengannya dan juga Tohka dengan wajahnya yang pucat. Ratu pun berbicara, "Baiklah sesuai janjiku aku akan memberi tahu masa lalumu!"
"11 Tahun yang lalu..
Alam semesta Ender End sedang tengah perang dengan alam semesta Netherwath. Ada seorang wanita yang memiliki 2 anak yaitu Miyaniku Maname dan Miyaniku Manabe. Wanita itu sangat sayang pada kedua anaknya. Tapi saat itu terlibat perang yang membuatnya harus mengikuti perang mau atau tidak. Dan juga ada peramal mengatakan kalau nanti suatu hari ada seseorang dari ras Ender yang kuat, tersesat ke alam semesta lain, dan ramalan itu disebut dengan 'Ender Wish'.
"Maname jaga adikmu" kata wanita itu
"Tapi ibu mau kemana?" tanya Maname
"Ibu tidak bisa bilang dan mungkin ibu tidak akan pulang lagi.." kata wanita itu
"Tapi kenapa?" tanya Maname
"Sudahlah yang penting jaga adikmu dengan baik ya."
"Baiklah aku berjanji!" kata Maname.
Tak lama setelah itu..
"Menuju ke portal cepat!" perintah dari ibu Maname
"Loncat ke portal!" perintahnya
"Tapi ibu bagaimana?!" Kata Maname sambil menangis
"Ayolah loncat saja!"
Dengan paksa wanita itu mendorong Maname dan Manabe hingga jatuh ke portal disaat yang sama Maname melihat ibunya dibunuh dan saat itulah Manabe atau Nakano pertama kali melihat darah. Saat sampai keluar portal, ada seorang pria bermata putih bersinar datang dan menghancurkan portalnya. Akan tetapi Manabe terteleportasi ke alam semesta lain dan Maname merasa bersalah karena telah mengingkari janjinya yang dibuat dengan ibunya dan dia bertekad untuk menemui adiknya sekali lagi.
Begitulah ceritanya" Jelas Maname Panjang Lebar.
"Dan siapa itu Manabe?" tanyaku
"Dia itu kamu, Nakano" Kata Maname
"Itu artinya..." kataku dengan tidak percaya
Maname jalan ke depanku dan dengan erat dia memelukku dan bilang, "Selamat datang di rumah, Adikku, Manabe."
Awalnya aku tidak percaya akan hal itu, tapi seketika ada sesuatu yang membuat kepalaku sakit seperti tersengat listrik.
"Sa...kit..." kataku dengan nada kecil kesakitan,
"Manabe?" kata kakakku. Aku terjatuh, tetapi Maname, Kakakku, menangkapku.
Aku mendapatkan memorinya walaupun cuman sebagian tetapi aku mendapatkannya, disaat itu juga aku percaya kalau dia kakakku.
"Dia benar-benar.... kakakku..." kata ku.
Seketika ruangan itu senyap dan yang lain terkejut akan kenyataan itu. Dan Tohka pun mulai bicara,
"G-Gak mungkin Ratu bilang padaku adiknya telah tiada, kamu pasti berbohong!!"
"Aku tidak berbohong" jawabku
"Ya benar dia tidak berbohong, buktinya dia bisa mencabut pedang itu!" kata Kakakku dengan tegas,
"Gak dia itu sudah jelas berbohong!". Ada satu hal yang janggal dari Tohka, mengapa dia membantah argumen penuh fakta itu?
Malam pun tiba aku baru saja mandi dan ingin ke kamarku, secara tak sengaja aku bertemu Tohka duduk di tangga dengan raut wajahnya yang pucat dan sedih.
"Hei, Tohka." sapaku,
"Hmm?" —gumamnya,
"Sebenarnya aku punya satu pertanyaan untukmu" kataku,
"Apa?" tanya Tohka
"Apa hubunganmu dengan Mana-- maksudku, kakakku?" Tanyaku,
"Aku dan dia sudah kenal sejak kecil. Aku dulu ras yang terancam punah yaitu Ras Kelinci Bulan tetapi campuran dengan ras Ender." katanya,
"Dia bercerita tentang kejadian itu dan aku berjanji padanya agar selalu disisinya di situasi apapun. Tapi..." —hentinya,
"Tapi?",
"Tapi dia masih berharap kedatanganmu sampai suatu ramalan datang dan hari itu adalah hari yang kutakuti. Hari itu pun tiba. Aku sempat berpikir apakah aku akan berpisah dengannya? apakah ini akhir dari hubungan kami? aku pun ketakutan karena hal itu. Aku takut hubungan kami akan putus dan--" Jelas Tohka ketakutan. Aku pun menyela penjelasannya.
"Jangan khawatir aku tidak akan mengajaknya kemanapun.",
"Kenapa?",
"Karena perjalananku masih panjang. Yang Kakakku berikan memang memoriku tapi itu cuman sebagian.",
"Sebagian?",
"Ya, sebagian. Aku mendapatkan mimpi dimana ada seseorang yang berdiri di atas tumpukan mayat yang banyak. Aku harus tahu siapa dia, kenapa dia ada di dalam mimpiku. Karena itu gak udah khawatir." kataku menenangkan Tohka.
Dengan cepat Tohka memelukku dengan erat.
"Terimakasih terimakasih, Nakano!" Dengan gembira yang diselimuti tetesan air mata.
Tohka tertidur dalam pelukanku, dan aku pun mengantarnya ke kamar nomor 155. Aku memilih kamar itu, karena aku merasa itu kamarnya Tohka.
Aku berjalan masuk ke kamar nomor 155 adalah kamar milik Tohka. Dan aku melihat kalau Kamar itu adalah... kamar Tohka.
Aku mengantarkan Tohka ke ranjangnya. Aku mencium dahinya.
"Selamat malam..".
Aku pun berjalan keluar kamar Tohka dan tidur di kamarku yang berada disampingnya.
Dengan cepat, pagi hari tiba. Saat pagi, aku mendengar suara berisik dari kamar samping. Seseorang pun berteriak.
"Tohka diculik!". Aku terkejut dan menyalahkan diriku sendiri. Demi menebus kesalahan, aku memutuskan untuk menyelamatkan Tohka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
sahar ludin
lanjut
2022-04-08
0
RanDom [OFF]
Kalimat nya Kaku
2020-10-30
0
▶🆁🅸🅼🆄🆁🆄 ◀
cerita nya bagus tapi aku nda nertilah
2020-10-24
0