kadal buaya

Tiga bulan sudah kasus perceraiannya berakhir dengan mudah karna kedua belah pihak mempermudah kasus perceraian itu, dan selama itu Mirna dan Rudi hanya pernah bertemu empat kali untuk yang pertama karna Rudi ingin bertemu dengan anaknya dan yang kedua di saat kasus persidangan selesai di pengadilan yang di sertai tatapan remeh dari keluarga besar Rudi untuk Mirna, dan yang ketiga karna ketidak sengajaan Rudi bertemu Mirna di apotik yang entah sedang membeli obat apa.

Dan yang keempat tepatnya sekarang, emang Rudi terbilang jarang mengunjungi anaknya meski tempat tinggal mereka tidak terlalu jauh, tapi Mirna tak pernah mempermasalahkan itu di pikirannya Mungkin Rudi terlalu sibuk bekerja hingga baru sempat datang mengunjungi anaknya.

"Mir, ini ada uang untuk bintang beli susu tolong di terima"ucap Rudi setelah menyerahkan amplop bewarna coklat itu

"Eh iya mas, terimakasih"jawab Mirna menunduk tak sanggup melihat mata mantan suaminya itu.

Mirna masih sama dia masih belum bisa melupakan mantan suaminya, masih sering menangis menjelang malam tiba setelah menidurkan anaknya, tidak mudah memang menjadi dia berada di posisi sulit yang tak pernah ia sangka akan menimpanya.

Mereka sama sama terdiam sampai Rudi membuka suara menanyai bagaimana keadaan Mirna.

"Aku baik mas"jawab Mirna masih menunduk

"Mir jujur aku masih penasaran kenapa kamu minta cerai"tanya Rudi dan terdiam sejenak lalu melanjutkan

"Aku gak tau salahku apa hingga kamu tega giniin aku"

"Mas,, aku gak mau bahas itu biar semuanya berlalu saja"jawab Mirna

"Kamu terlalu mudah mengambil keputusan aku tak menyangka kamu tega kepada Bintang dan aku"ucap Rudi menatap Mirna tak menyangka.

"Apa maksudmu mas?" tanya Mirna

"Kamu pikir saja sendiri, aku mengira kamu yang terbaik gak akan ninggalin aku tapi ternyata kamu tega misahin aku sama bintang yang masih terlalu kecil" jawab Rudi lagi

"Mas maaf tapi kamu tidak seharusnya selalu menyalahkan aku dalam hal ini"sahut Mirna

"kalo ini salah aku ngomong apa masalahnya hingga kamu ingin cerai secara tiba tiba, apa kurang uang yang aku kasih setiap bulan untukmu"ucap Rudi

"Sudahlah mas kamu memang tak berubah selalu harta yang menjadi alasan utama kamu menyalahkanku" jawab Mirna kesal

Hingga terdengar suara dering hp berbunyi dari saku celana Rudi, dan ia lasung mematikan hpnya.

"Angkat saja mas mungkin penting" ucap Mirna

"Sudah ini tidak penting paling juga papa yang nelpon"jawab Rudi

"Aku sekalian mau ngomong mungkin aku agak jarang kesini soalnya cafe lagi rame ramenya sekarang, mungkin nanti klok aku gk kesini uang bulanan bintang aku transfer saja"lanjut Rudi

"iya mas"jawab Mirna menyeruput tehnya

Setelah mengatakan itu Rudi pamitan tapi sebelum itu ia mengendong bintang dan menyerahkannya kepada bapak dan ibu.

sedang Mirna menitikan air mata Menarap amplop brisi uang itu sekan tak percaya mantan suaminya sama saja seperti mantan mertuanya terlalu rendah memandangnya.

Selalu mengkaitkan apa yang Mirna lakukan hanya karna harta dan harta, ia mengusap matanya yang terasa perih karna dari tadi menahan untuk tumpah berusaha tegar di depan mantan suaminya yang tak di sangka akan merendahkannya.

Diambilnya amplop coklat itu tanpa di bukannya ia masukan kedalam lemari bersama amplop lainnya yang tak pernah ia buka, ya sejak pertama mantan suaminya memberinya amplop tak pernah ia buka

karna merasa uang tabungannya masih cukup untuk sekedar berbelnja dan membeli keperluan untuk anaknya, karna semasa menikah ia sering sekali menyisihkan uang bulannya untuk di tabung.

Ia kini duduk dan menangis di sisi ranjang, menangis sejadinya, memang itu yang sering ia lakukan menangisi nasibnya, sesak sudah dadanya meratapi kesialannya yang tak kunjung mempunyai ujung.

Hingga terdengar langkah kaki yang akan memasuki kamar, ia buru buru menghapus air matanya, ternyata Cahya iparnya mengantar bintang yang tertidur dalam gendongannya.

"Eh mbak bintangnya tidur ya"tanya Mirna

"Iya mir mbak taruh mana nih bintangganya" tannya Cahya balik.

"Di sisi Deket tembok aja mbak biar gak jatuh"jawab Mirna tersenyum

"Kamu gak keluar mir udah tiga bulan lebih kamu di rumah aja gak pernah kemana mana" tanya Cahya yang kasian melihat iparnya itu yang selalu mengurung diri di kamar tanpa mau brinteraksi dengan kluarga yang lain.

Mirna menunduk tak tau harus berkata apa ia hanya terdiam tak berani mengangkat wajahnya yg sembab sampi Cahya bersuara.

"Mbak ngerti kamu sedih tapi setidak pikirkan anakmu, kasian juga sama ibu bapak sedih melihat kamu terus terpuruk"ucap Cahya tersenyum sambil mengusap punggung iparnya itu dan berlalu keluar.

Setelah iparnya keluar ia duduk memandangi anaknya hingga terdengar suara langkah kaki.

"Eh mbak apa yang keti,,,"ucap Mirna terpotong dengan suara cempreng Yuni adiknya itu.

"Eh gombel pemutihan aja lu gak berani kena matahari tu kulit mulus"teriak Yuni

"Suara Lo tu kecilin Napa"sahut Mirna kesal

"Upsss kirain kamu sendiri"ucap Yuni menutup mulutnya merasa bersalah

"Kamu ngapain sih kesini ganggu orang aja"tanya Mirna ketus

"Yak elah mbakku yang cantik tapi cantikan aku, gue itu kesini cuman mau ngasih liat nih"jawab Yuni, menyodorkan hpnya yang lansung di ambil Mirna

"Emang hp kamu kenapa?"Tanya Mirna

"Oh ya ampun mir, Lo liat tuh foto"jawab Yuni

Mirnapun melihat apa yang di maksud yuni matanya terbelalak tidak menyangka akan secepat itukah ia menerima kenyataan ini.

Padahal ia baru saja di rendahkan sekarang lebih merasa hina lagi merasa sangat rendah serendah rendahnya, ia sungguh tak mennyangka Rudi yang barusan mempertanyakan penyebab perceraiannya malah ia lihat sedang membuka pintu mobil untuk seorang Wanita ia kenal wanita itu.

Windi selingkuhan Rudi dulu saat mereka masih pacaran Rudi berselingkuh dengan Widi, ya dia akui Windi memang cantik rambut lurus pirang sebahu, dengan penampilan yang seksi dan glamor tentunya ia tak menyangka secepat itu ia tergantikan, secepat itu ia terlupakan, ohhh tuhan secepat itu ia berpaling.

Inikah laki laki yang merasa tersakiti itu, inikah laki laki yang merasa di campakan itu, inilah wajah laki laki yang sok tersakiti itu, sungguh buaya muka kadal sok sakit tapi dia malah bersama wanita lain. Sok menyalahkan tapi kelakuannya sendiri seperti ini.

Mempertanyakan materi di depannya hanya sebagai alasan membuatnya merasa rendah padahal ia sendiri lebih rendah memang lelaki buaya tetap saja buaya.

"Dasar kadal buaya buntung"umpat Mirna melmpar hp Yuni dan lasung di tangkap sang empunya.

"Selamet selamet"ucap Yuni mencium hpnya.

Terpopuler

Comments

🍂Daun 🍁 Kering🍂

🍂Daun 🍁 Kering🍂

🤭🤣🤣

2022-05-12

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!