Di lain sisi laki laki dengan tubuh tegap hidung mancung rahang keras alis tebal mata yang sedikit sipit bibir yang sedikit tebal sedang merenung di sisi ranjang menghadap balkon kamarnya.
semenjak mengantar anak dan mantan istrinya tadi pagi, ia tertidur dan meninggalkan pekerjaannya, ia teramat pusing, kepalanya hampir pecah memikirkan nasib rumah tangganya. tidak ada angin tidak ada hujan istrinya yang menemaninya dari nol, dari ia yang tak punya apa apa yang tau hanya minta kepada orang tuanya semenjak mengenal Mirna ia mulai mau bekerja.
kadang ia menjaga toko ibunya, kadang membantu ayahnya kadang menjaga keponakannya membantu kakaknya mengurus kafe tapi sekarang semua telah Sirna, ia merasa sendiri istrinya tempatnya bermanja, istrinya tempatnya mengadu, istrinya yang selalu ada untuknya kini meninggalkannya bahkan anaknyapun di bawa olehnya.
Malamnya setelah mendengar ceramah panjang kali lebar keluarganya ia kembali merenung, apa kesalahannya hingga istrinya tega meninggalkannya apa karna orang ketiga, ia menggeleng seperti berkata "tidak mungkin ia begitu aku tau dia setia" atau kekurang materikah itu lebih tidak mungkin lagi pikirnya. karna ia tau istrinya bukan wanita materialis terbukti, dulu istrinya terbilang cukup mandiri meski berasal dari keluarga sederhana, lalu apa kita kira penyebabnya.
Memikirkan semua itu ia rasanya ingin menangis saja, bahkan bajunya pun belum ia ganti, sepatunya pun belum ia lepaskan, untuk makan saja rasanya ia tak selera ia terus memikirkan istri dan bagaimana nasib anaknya yang masih terlalu kecil, ia mengambil HP-nya di atas nakas ingin menghubungi istrinya, lebih tepatnya mantan istri. mengingat kata mantan ia ingin menangis lagi emang miris nasibnya.
Di genggamnya hpnya di carinya no mantan istrinya saat ingin menekan membuat panggilan di urungkan lagi, itu yang ia lakukan berkali kali hingga ia jenuh.
Lalu ia menghubungi seseorang,"Tutttttt Tuttttt, hingga dua kali panggilan baru di anggkat.
"hallo Rud, Rudi ada apa kok diam" terdengar suara dari sebrang karna sang penelpon tak kunjung bersuara, tapi tak lama kemudian terdengar Islak tangis hingga membuatnya bingung.
"rud , kamu kenapa kok nangis bro kayak cewek aja"ledeknya
"pang Mirna minta cerai pang sekarang aku sama dia udah cerai"ucapnya masih sesegukan, ya dia Rudi Rahardian anak dari ibu Mimi Saputri dan pak Edo Rahardian yang terkenal akan keangkuhan dan sipat keras kepalanya.
"loh kok bisa rud"tanya Irpan, dia sahabat Rudi sejak SD sampai kuliah mereka selalu bersama bagai sandal sama talinya di situ ada Rudi di situ ada Irpan.
"aku juga gak tau pang kalok aku gak mau katanya dia mau bunuh diri pang, kamu kan tau Mirna orangnya kayak gimana klok udah marah dia nekad, aku takut dia bunuh diri trus aku terpaksa ceraiin dia" jawab Rudi
"Sabar rud besok aku otw ke Bandung klok urusan di Jakarta udah kelar, kamu yang sabar ya" ucap Irpan menenangkannya.
"Thnks bro gue lagi butuh Lo sekalian ajakin temen yang lain besok lasung ke kafe gue ya, gue pusing di rumah kepala mau pecah rasanya" jawab Rudi
"ok rud, gue tutup ya" Tutt Irpan memutus sambungan setelah di setujui Rudi.
Setelah sambungan tertutup ia mencoba memejamkan matanya hingga lelah menagis iapun tertidur.
jangan salah mengira laki laki tak menangis dia bukan supermen seperti lagu anaknya Ahmad Dhani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments