Bukan hanya suara Alya yang bisa menenangkan baby El, bahkan
mungkin bau harum Alya membuat baby El bisa nyenyak tertidur.
Jadi sudah 1 bulan ini genap usia baby El, dan sudah
seminggu ini baby El rewel, tidak mau tidur kalau tidak dipegang oleh Alya.
Daddy Daffa jadi
tambah kebingungan, karena dia sangat ingin dekat dengan baby El, tapi baby El
seperti hanya mau bersamanya kalau bersama Alya.
Bingung nya Daffa adalah bukankah baby El adalah anaknya,
kok malah lengketnya sama Alya. Daffa berpikir, bahwa dia harus bicara dengan
Alya. Dia tidak mau seakan akan mengikat Alya untuk tinggal di rumah mertuanya
dengan kehadiran baby El, sekalipun rumah ini seharusnya juga milik Alya.
“Alya, maaf , mumgkin kita harus bicara serius.” Kata Daffa
pada suatu sore yang menurutnya sangat pas untuk ngomong tentang permasalahannya.
“Emang ada masalah apa kak?” Tanya Alya sambil mengerutkan
keningnya.
“Ini tentang baby El, akhir akhir ini dia sangat lengket
dengan kamu… bahkan seakan menganggap kamu seperti mommynya…” kata Daffa dengan
nada akhir yang sedikit menggantung, karena ia ingin melihat reaksi dari Alya,
tapi ternyata reaksi Alya datar saja.
“Lalu..? “ Tanya Alya lagi… karena penasaran apa yang hendak
Daffa katakan.
“Ehm… Al, kamu cantik, masih muda, emang kamu gak ingin
bertemu dengan cowok atau menjalin hubungan dengan mereka?” lanjut Daffa sambil
menggaruk garuk kepalanya yang sebetulnya tidak gatal. Dia melakukannya karena
gugup saja.
“Enggak…” jawab Alya singkat masih dengan ekspresi datar nya.
“Kamu gak pa pa kalau baby El anggap kamu mommynya?
Sejujurnya kakak takut dengan anggapan orang saja, Al. Takut kalau itu
merugikan kamu yang masih lajang. Nanti dipikir kamu sudah punya anak.” kata Daffa lagi
menegaskan.
“Enggak pa pa, kak! Aku senang baby El dekat sama aku.
Kenapa harus urusin urusan orang? Toh kita gak minta makan sama mereka. “ sahut
Alya sedikit sarkas.
Alya menghela nafas panjang. Lalu melanjutkan perkataannya
lagi.
“ Baby El itu seperti senasib dengan aku, dari kecil tidak
mendapat kasih sayang dari orang tua nya yang utuh. Aku seperti ada ikatan
emosional saja. Kalau kakak gak keberatan, biar dia tinggal bersamaku saja.” Kata
Alya .. lagi lagi dengan ekspresi yang datar, tanpa senyum, hanya tergambar
kesedihan di binar matanya. Mungkin dia sedang membayangkan bayi sekecil baby
El harus puas dengan kasih sayang yang timpang seperti dirinya.
Daffa termenung, jujur dia kaget dengan pernyataan Alya.
Kata katanya yang sangat memikirkan perasaan buah hatinya membuat dia semakin
kagum dengan Alya.
Yah dia lelaki normal, Alya cantik dan menawan, kaum Adam
mana yang tidak menyukainya? Dengan tingkah lakunya yang seakan tidak ‘centil’
dan tidak berusaha menarik perhatian Daffa yang tampan dan berbody atletis,
membuat Daffa lebih penasaran.
Karena dalam kurun waktu satu bulan setelah Alyza meninggal
dunia, tidak ada hari tanpa wanita yang berusaha mendekati dan bahkan berusaha
menjatuhkan diri mereka ke ranjang Daffa secara gratis. Yang seringkali membuat
Daffa merasa jijik dengan tingkah wanita wanita itu.
Sikap Alya membuat nya penasaran, dan lagi dengan
perhatiannya kepada buah hatinya, Daffa semakin tertarik pada Alya. Ia tidak
tahu bagaimana mendeskripsikan perasaannya sendiri. Terlalu banyak yang
mengejar dirinya dan kehidupan dari kecil Daffa yang emang seperti disuapin
oleh sendok emas, menerima segalanya dengan mudah, tanpa perjuangan berarti, membuat
Daffa tidak lagi memiliki insting seorang ‘pemburu’ . Menghadapi Alya yang
cantik, tapi tidak peduli padanya, sedikit banyak membuat dia penasaran. Apakah
ini cinta? Daffa masih belum tahu. Mungkin insting ‘pemburu’ nya yang mulai
terasah melihat Alya.
“Kak…” kata Alya sambil mengayunkan telapak tangannya ke
depan wajah tampan Daffa yang masih termenung, melamun, matanya memandang
kosong kepada Alya tapi pikirannya tidak ada disitu.
“Ehmm.. maaf” kata Daffa setelah tersadar dari lamunannya
tadi.
“Baiklah kak… kalau kaka tidak….” Lanjut Alya hendak
berlalu, tapi sebuah tangan mencekal lengannya.
“Sebentar Al…Maukah kamu pergi bersama kami… bersama aku dan
baby El keluar sebentar? Aku ingin membeli kebutuhan baby El sekalian
mengajaknya jalan… sudah 1 bulan lebih dan dia belum pernah melihat keluar…
maukah kamu menemaninya?” potong Daffa, sambil mengajak keluar Alya dengan
dalih anaknya, sepertinya dia memutuskan untuk mengikuti insting pemburunya
kali ini.
“Ehm boleh…” jawab Alya singkat tanpa perlawanan.
“Maaf kalau aku bertanya kepadamu.. kuharap kamu jangan marah..”
“Apalagi sih kak? Kayaknya kakak hari ini banyak bertanya…”
jawab Alya sambil menarik kedua sudut bibirnya sedikit, dan saat senyumannya yang sangat mahal
itu keluar dan membuat Daffa sangat terpesona.
“ Kalau kakak ngajak kamu keluar begini apakah ada yang
marah? Maksud kakak kekasih kamu… Apakah dia gak marah mendapati kamu tidak
pulang pulang.” Tanya Daffa hati hati. Dia ingin tahu siapakah yang menjadi
rivalnya dalam mendapatkan Alya.
“Hah? Aku sudah putus dengan pacar aku sebelum kesini… “
jawab Alya santai, tanpa beban.
“Uhh sorry to hear that..” kata Daffa, padahal dalam hatinya
dia bersorak kegirangan karena dia sudah gak punya rival dalam mendapatkan hati
gadis itu.
“Its okey… sekalipun dia masih suka menghubungi, …” kata
Alya, yang sontak membuat perasaan Daffa ada yang aneh, seperti takut target
buruannya akan diambil orang.
“ Emangnya kamu gak ada rasa lagi?” Tanya Daffa lagi hati
hati.
“ Yah.. kan udah putus… ngapain diingat ingat, mungkin belum
jodoh saja.. ah sudahlah… nanti kita ngajak mbak Ani kah? Jadi mbak Ani kusuruh
siapin barang, baby El ” lanjut Alya sambil mengalihkan perhatian Daffa, dengan
alas an mempersiapkan baby El yang mau diajak keluar.
“Gak usah ajak mbak Ani, kita cuman pergi sebentar, biar dia
siapin aja stroller (kereta bayi), nanti aku yang bawa perlengkapannya. Toh baby
El gak mau digendong mbak Ani…” kata Daffa beralasan, padahal dia emang ingin
pergi berdua bersama Alya dan baby El sebagai alasannya…
“Baiklah aku siap siap dulu” kata Alya sambil berlalu.
‘ Maafin daddy, tapi daddy lagi mau ‘memburu’ aunt Alya jadi
mommymu, gak pa pa ya baby El, kamu jadi ‘kambing hitam’ daddy dulu…’pikir
Daffa sambil tersenyum smirk, melihat punggung Alya yang menjauh.
#POV DAFFA#
Gak tahu sejak kapan… tapi perasaan nyaman dan senang selalu
muncul ketika aku berdekatan dengan Alya. Apakah berawal dari rasa kasihan
melihat nasib Alya yang sangat berbeda dari nasib mendiang Alyza yang selalu
dipenuhi oleh kasih sayang dari mertuaku. Tapi kayaknya bukan karena kasihan. Aku rasa ini adalah cinta pada pandangan pertama. Aku, Daffa Rahardian menyukai Alya dari pertama.kali bettemu. Ini gila!! Padahal aku baru pertama kali bertemu pas pemakaman Alyza, istriku. Secepat itukah move on?
.
.
.
TBC
Jangan lupa like dan votenya ya. 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Juan Sastra
ggak cinta itu daffa sama alezya
2022-06-06
0
Yesi Triyanto
dafa jgn buru2 nikmatin dl. kesndirian mu masa makam istri nya blm kering dah mkrn yg lain sih
2021-07-24
0
Rina Parlina
Daffa kamu ya bini baru meninggal malah jatuh cinta LG sama kembaran bini kamu hadeeuuhhh untung ini novel 😄😄😄
2021-07-04
0