#POV DAFFA#
Setelah mengantarkan Alyza ketempat peristirahatannya yang terakhir, setelah menguras emosi dan kesedihan yang berlarut larut, hanya senyum dan tawa Elena yang sanggup mengobati rinduku dengan Alyza.
Setelah keluar dari Rumah Sakit, Elena begitu banyak mendapatkan perhatian dari orang orang disekitarnya.
Bahkan gadis dingin yang selalu datar dan introvert pun tidak pernah bisa lari dari pesona Elena Rahardian, yang baru berusia kurang dari seminggu.
Elena seakan mencuri perhatian gadis cantik itu.
Ya... wajahnya sangat cantik dan menawan. Dia benar benar idaman kaum Adam.
Hanya Elena lah satu satunya yang sanggup membuat gadis itu tersenyum. Dan karena Elena lah, gadis bernama Alya itu memutuskan untuk tinggal sementara dirumah papi Reza dan mami Emy.
"Sean, aku akan balik ke rumahku sendiri." Kata Daffa, kepada Sean pada saat makan pagi di rumah mertuanya.
"Kamu sudah sanggup tinggal sendiri di rumah penuh kenangan itu?" tanya Sean sambil mengigit roti yang baru saja ia buat itu.
"Masa aku harus disini terus? mengganggu kalian?" lanjut Daffa sambil menyelesaikan gigitan terakhir pada roti yang ia pegang.
"Kita ini saudara, Kamu tetaplah saudara ku, sekalipun Alyza sudah tidak ada." jawab Sean masih sibuk dengan roti nya... Ruang makan itu hanya ada mereka berdua, penghuni yang lain sudah berkutat dengan tugasnya masing masing. bahkan papi Reza sudah berangkat ke kantor pagi pagi sekali. Ia harus menyelesaikan tugas tugas yang terbengkalai saat pemakaman Alyza.
"Hmmh mungkin kamu benar, rumah itu membawa banyak kenangan yang ingin kulupakan, agar aku tidak dibelenggu masa lalu." kata Daffa sambil merenung.
"Lalu apa yang menjadi rencanamu?" tanya Sean singkat.
"Menjualnya? mengosongkannya? aku belum tahu... mungkin aku akan membawa Elena pulang kerumah Papa Andy dan mama Elsa, toh aku sudah menyewa jasa baby sitter.
"Hah? Baby sittermu sampai sekarang saja masih belum bisa menundukkan anakmu, Elena selalu lebih nyaman bersama Alya dibanding dengan yang lainnya..."cibir Sean dengan nada kesal.
"Sean, kamu masih belum bercerita... siapa gadis itu sebenarnya?" tanya Dafa penuh selidik.
Sean menghela nafas... meraih minumnya dan meneguknya perlahan, seperti menguji kesabaran Daffa. Bahkan setelah menghabiskan minumannya ia kembali menghela nafasnya baru ia melanjutkan aksinya dengan bercerita..
"Dia adalah adik kandungku, dia adalah saudara kembar Alyza." Perkataan Sean sontak membuat Daffa tersedak, ia buru buru meminum airnya dan menelannya perlahan. Sakit ditenggorokkan membuat dia berdehem keras.
"Kembaran? kamu gak bercanda kan? Mukanya gak mirip!" seru Daffa merasa dipermainkan.
"Tidak !! Aku tidak sedang bercanda, Alya adalah saudara kembar Alyza."
"Mengapa kalian tidak pernah bercerita, mengapa Alyza menyembunyikan ini dariku?"
"Ini sebagian dari aib keluarga kami. Mami dan Papi membuang ALya sejak dari lahir."
"Whatss?? are you crazy?" sergah Daffa dengan mata melotot.
"Tidak, itulah kenyataannya. Almarhum Opa memutuskan untuk memisahkan Alya dan Alyza karena Alyza sakit sakitan sejak bayi. Menurut adat kita, membuat Alya diasuh oleh orang lain akan membuat Alyza selamat dan sehat serta tidak lagi sakit sakitan."Sean menarik nafas sebentar dan kemudian melanjutkan ceritanya lagi.
"Tapi itu jelas menyakiti Alya, dia tidak pernah mau berhubungan lagi dengan kami. dan benar benar pergi dari hidup kami.tanpa pernah mau terlibat dengan urusan kami."kata Sean , penjelasannya sukses membuat Daffa melongo.
"Oh man... malang sekali nasib Alya." kata Daffa dengan sendu, seakan bisa merasakan kesedihan gadis itu.
"Huum.."respon Sein sambil menganggukkan kepalanya
"Pantes dia ga ada di setiap acara keluargamu... Siapa Aunt Almira dan Hans Coltrane? Mereka juga tidak pernah kelihatan di dalam acara keluargamu kan?"
"Aunt Almira lah yang mengadopsi Alya, dia mengadopsinya saat dia masih lajang dan belum memiliki suami. Jadi Hans, pria berkebangsaan Inggris, duda yang sudah memiliki 2 anak laki laki, yang akhirnya melamar aunt Almira dan menjadikannya istri." jelas Sean lagi.
"Sangat rumit..."
"Huum..."
Owek owek..
"Elena..." seru Daffa
"Anakmu nangis bro... apa gak ada yang jaga?" tanya Sean lagi.
"Aku akan melihatnya.."
Daffa segera berlari ke kamar Elena yang ada di lantai 2, ia melihat baby sitter yang disewanya lagi berusaha untuk menenangkan Elena yang sedang menagis histeris.
"Apa yang terjadi?" tanya Daffa kepada baby sitternya.
"Nona menangis tuan.."
"Tanpa kamu jelaskan aku juga tau, kenapa nangis?" tanyanya dengan sebal.
Tiba tiba seorang gadis cantik masuk ke dalam kamar Elena, dengan berlari. Tampaknya gadis tersebut habis mandi dan keramas. Melihat rambutnya yang panjang masih basah, dan ada handuk yang tersampir manis di bahunya. Bau harum sabun mandi gadis itu membuat Daffa tercengang, bahkan melongo. Melihat wajah tanpa make up, kelihatan polos dan menakjubkan. Bahkan percaya atau tidak Elena pun berhenti dari tangis histerisnya, yang sontak menambah keheranan Daffa.
"Sini Elena nya biar aku saja yang gendong!" seru gadis cantik sambil mengulurkan kedua tangan untuk menggendong bayi kecil yang tadinya menangis histeris. Tangis keras Elena tadi berganti menjadi isakan kecil, karena tadi menagis begitu dalam.
"Kenapa nangis sampai kayak gini mbak?" tanyanya dengan baby sitter yang berdiri disamping tempat tidur Elena.
Pertanyaannya seperti seorang ibu yang melihat anaknya nangis di pelukan orang lain.
"Maaf bu, Elena kayaknya nyaciin ibu. Tapi kan ibu lagi mandi tadi, jadi saya mencoba menimangnya, dengan harapan Elena mau tidur dan gak mencari ibu dulu. " jawab baby sitter itu dengan terbata bata, takut dimarahin oleh Daffa dan Alya.
"Ya sudahh gak apa... lain kali ketuk aja pintu kamar mandi saya, jangan sampai nangis kayak gini." kata Alya yang sedih melihat Elena tertidur tapi masih sesenggukkan kecil.
Daffa hanya melihat adegan itu dengan sedikit canggung. Bahkan dia sebagai seorang ayah gak bisa membuat buah hatinya terdiam dari menangis. Tapi ajaibnya, suara Alya yang masih diluar pintu kamar bisa membuat baby El diam dan tenang.
"Maaf jadi malah merepotkan kamu..." kata Daffa sambil menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal. Dia benar benar terperangkap disebuah situasi yang canggung.
"Gak pa pa kak. Alya gak keberatan... ya kan baby El? Baby El manja yaaa sama mommy??..." Tanya Alya pada baby El yang tertidur nyaman di pelukkan Alya, Alya mencium pipinya yang chubby itu dengan gemas.
"Hemm Al... kamu disini sampai berapa lama?" tanya Daffa lagi dengan nada ragu..
"Aku belum tahu kak... emang ada apa?" Alya menjawabnya dengan singkat, Alya sudah tidak sedingin waktu pertama kali datang. Dia mulai membuka diri sekalipun terkadang masih terkesan menutup diri.
"Kakak hanya takut kalau baby El terbiasa dengan kamu, kalau kemudian kamu balik ke Singapura, baby El akan kangen sama kamu juga seperti pagi ini." sahut Daffa lagi.
Tanpa disangka, Alya menoleh, menatap netra Daffa dengan tajam, tapi masih belum menjawab apa apa.
"Maaf, kakak tidak mau kamu terikat dengan baby El.. dan membuat apa yang kamu lakukan jadi terbatasi" jelasnya takut Alya salah mengerti dan marah padanya. Jujur Daffa sangat nervous, dia bingung, perasaan apakah yang saat ini dia alami. Dia takut Alya marah, dia takut Alya pergi. Apakah demi baby El?"
.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
mama kenand
bagus juga cerita'ya
2021-08-07
0
AsriMaria
suka ceritanya thor... aq dlm 2 hari ini marsthin bca tulisanmu lho thor ini cerita ke3
2020-11-16
1
kel:SM
ah bagus juga
2020-10-15
1