Suasana di kantin Perusahaan ADS Group, mendadak hening saat Pandu masuk bersama Rasya. Para karyawan yang sedang makan siang begitu tercengang melihat atasannya masuk dan bahkan terlihat seperti sedang mencari sesuatu. Mereka mendadak gugup padahal Pandu tidak melakukan apa pun.
"Di mana sahabatmu?" tanya Pandu. Menarik tubuh Rasya masuk dalam dekap eratnya seolah khawatir Rasya akan direbut orang lain.
"Kamu enggak malu dengan karyawanmu, Mas?" Rasya balik bertanya diiringi kekehan.
"Malu? Untuk apa aku malu? Ini kantorku dan aku bebas melakukan apa pun." Pandu berbicara tegas, Rasya hanya mengiyakan lalu mencari keberadaan Zahra.
"Itu dia!" Rasya menunjuk dua orang yang sedang duduk membelakangi mereka.
"Kamu yakin itu sahabat kamu?" tanya Pandu memastikan. Dia khawatir akan salah orang dan membuat malu tentunya. Rasya tidak menjawab, hanya mengangguk lalu berjalan cepat menuju ke tempat Zahra.
Namun, langkah Rasya terhenti saat Pandu mencekal tangannya lalu membopongnya hingga membuat para karyawan di sana histeris. Mereka merasa iri dengan keromantisan Pandu dan Rasya.
"Mas, aku malu." Rasya membenamkan wajahnya di dada bidang suaminya.
"Aku tidak suka kalau kamu berjalan cepat. Ingat, kamu sedang mengandung buah hati kita," ujar Pandu. Rasya hanya mengiyakan saja. Semenjak mengetahui kehamilan Rasya, Pandu menjadi makin protektif kepada Rasya.
Zahra terkejut saat melihat Pandu berhenti tepat di depannya. Zahra menjadi sangat gugup begitu juga dengan Regar yang sudah mengeluarkan keringat dingin karena berhadapan langsung dengan pemilik perusahaan. Bukan hanya mereka, para karyawan yang barusan histeris pun kini menatap heran ke arah mereka.
"Ra ...." Zahra terdiam. Kembali bingung harus memanggil Rasya yang bagaimana.
"Turunin aku, Mas," pinta Rasya karena Pandu tidak mau menurunkan dirinya dan justru memangku Rasya.
"Tidak. Kursinya kotor." Pandu menjawab tegas.
"Ya, dan yang kamu duduki juga kotor. Kamu tidak takut hilang wibawamu di depan para karyawan karena sikap kamu ke aku yang seperti ini?" Rasya bertanya setengah menggoda. Dengan gemas Pandu menciumi wajah Rasya.
Bukannya menjawab, tetapi Pandu justru menghubungi Arga dan meminta lelaki itu untuk datang ke kantin membawa makanan yang berada di ruangannya tadi. Rasya berusaha untuk turun, tetapi Pandu benar-benar menjaga Rasya dalam pangkuannya.
Zahra dan Regar yang barusan sangat menikmati makanan pun, kini mulai kehilangan selera makan. Mereka merasa grogi saat harus makan di depan atasannya. Rasya yang melihat kegugupan sahabatnya hanya bisa terkekeh.
"Kenapa berhenti makan, Zae?" tanya Rasya. Diam-diam, Zahra mendelik ke arah Rasya, dan itu justru membuat gelakan tawa Rasya terdengar. "Inget baik-baik, ye. Gue di sini Ibu Bos. Jadi, elu harus hormat sama gue."
"Baik, Nona Muda Kumala Rasya Putri." Zahra mengangkat tangan untuk hormat kepada Rasya.
"Astaga, jangan plagiat cara gue gitu, Zae!" Rasya mencebik kesal, tetapi Zahra justru gantian terkekeh.
"Habisnya elu songong banget, Ra. Mentang-mentang ini perusahaan laki lu." Zahra keceplosan. Regar yang mendengar itu pun menautkan alis karena heran melihat kedekatan Zahra dan Rasya.
"Kak Arga sudah dari tadi?"
Zahra terkejut mendengar Rasya memanggil nama Arga. Dia menepuk kening sembari menggerutu. Dia yakin setelah ini akan terkena amarah Arga karena sudah berbicara selancang itu kepada Rasya. Melihat wajah takut sahabatnya, Rasya tergelak keras. Bahkan, hingga menyita perhatian sebagian pengunjung kantin.
Mendengar gelakan tawa sahabatnya, Zahra menjadi curiga. Dia berbalik dan tidak melihat siapa pun di belakangnya. Zahra menggeram karena sudah dikerjai oleh sahabatnya.
"Kurap!" seru Zahra.
"Ehem! Jangan pernah bersikap kurang ajar!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Wati Simangunsong
kena kau
2022-07-05
0
Ambar Wati
Apa si
2022-06-12
2
Surtinah Tina
inget za..kurap Bu bos mu
2022-05-30
2