BAB 4 Alleyah Koma

Tampak disebuah rumah sakit yang tak jauh berada di dekat bandara internasional Sultan Iskandar Muda begitu ramai dan begitu lalu lalang nya orang-orang disana. Baik tenaga medis maupun korban-korban keganasan ombak tsunami yang terus berdatangan kerumah sakit itu.

Di suatu ruangan ICU (Intensive Care Unit) Alleyah tergolek dalam keadaan tidak sadarkan diri di sebuah tempat tidur dan banyak nya alat medis yang tertempel pada tubuhnya, mulai dari ventilator, selang makan, dan kabel yang menghubungkan ke Patient Monitor, Serta jarum dipunggung tangannya yang menghubungkan ke selang infus.

Alleyah sudah tiga hari terbaring di ruangan ini dalam kondisi tidak sadarkan diri. Benturan keras dikepala nya membuat dia mengalami TBI atau Cedera Otak Traumatis. Tidak hanya itu kaki nya mengalami patah tulang di bagian tempurung lututnya serta terdapat beberapa sayatan pada wajah sebelah kiri Alleyah diakibat terombang-ambing di atas ombak dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Tampak seorang dokter yang dikirimkan oleh negaranya sebagai relawan tenaga medis ke Indonesia atas bencana Tsunami Aceh. Untuk membantu orang-orang yang tidak mendapatkan layanan kesehatan serta korban bencana alam. Dokter itu keturunan Amerika Jawa. Karena ibunya berasal dari Indonesia asli Jawa tengah dan Ayahnya seorang berkebangsaan Amerika.

Namun ketika dokter tersebut berada disebelah ranjang pasien, Sang dokter hanya terpaku sementara menatap wajah pasien yang tidak lain adalah Alleyah. Tampak sang dokter mengerutkan alis nya dan menatap Alleyah dan berakhir dengan tersenyum lalu memeriksa kondisi Alleyah.

“Sudah berapa lama dia berada dalam kondisi seperti ini sus?”

“Sudah 3 hari dok, tetapi hari ini tekanan darah pasien cukup stabil namun masih belum ada tanda-tanda untuk sadar”

“Oke, bisa tolong saya minta catatan riwayat pasien. Mulai kedepan saya yang bertanggung jawab atas pasien ini”

Perawat tadi keluar meninggalkan ruang ICU namun tidak dengan dokter blasteran itu. Dia menatap wajah Alleyah dan membelai pipi Alleyah dengan penuh cinta.

“Takdir mempertemukan kita kembali my angel.... Kedua kalinya mommy memaksa ku dan aku kembali bertemu kamu....” Gumam dokter itu.

Pandangan sang dokter tertuju pada gelang yang ada pada tangan kiri Alleyah dan dia mengambil gelang itu lalu membukanya.

“Alleyah.... Jadi nama mu Alleyah .....”

Lalu sang dokter menyimpan gelang tersebut dalam jas putih nya namun baru saja sang dokter akan meninggalkan ruangan ICU itu alat Patient Monitor berbunyi.

Patient monitor adalah alat yang memiliki fungsi untuk memberikan kita informasi mengenai keadaan pasien. Alat tersebut banyak sekali selang yang akan dipasangkan ke tubuh pasien, sehingga kita bisa mengetahui secara real time keadaan pasien tersebut.

“Tiiitt.....Tiittt.... Tiiiittt....”

Dokter itu berbalik dengan cepat dan memeriksa beberapa monitor dan alat medis yang tertempel pada tubuh Alleyah. Kondisi nya makin memburuk tampak dari selang minum dan selang oksigen keluar darah, beberapa perawat masuk kedalam ruang ICU dan mengikuti arahan dari dokter blasteran tadi, Tampak seorang perawat membawa sebuah obat dan alat suntik. Sang dokter menyuntikan obat tadi ke dalam infus yang tergantung di sebelah Alleyah. Beberapa saat dokter itu mengamati Alleyah.

“Sepertinya terjadi pendarahan dibagian tubuhnya karena infeksi. Hari ini dia harus transfusi trombosit Sus. Mana catatan medis pasien yang saya minta sus?” Sang dokter bisa bernapas lega ketika alat Patient Monitor tadi tak kembali berbunyi.

“Ada dok sudah saya letakkan dia atas meja dokter” Jawab suster yang berjilbab itu singkat.

Dokter laki-laki itu tampak cepat bergegas ke luar dari ruang ICU menuju ruangan untuk dokter relawan yang bertugas. Sang dokter tampak membenarkan kacamata nya untuk membaca detail riwayat catatan medis Alleyah selama beberapa hari di rumah sakit Banda Aceh ini.

Dua Minggu berlalu.

“Dokter Ashray, Pasien atas nama Alleyah sudah sadar!” Teriak seorang perawat dari depan pintu ruangan.

Ya dokter blasteran Indonesia-Amerika itu bernama Ashray Jhon Kemal. Ashray berlari mengikuti perawat yang memberikannya kabar yang sudah dinanti-nanti oleh Ashray. Setiba nya di dalam ruangan ICU Ashray menatap Alleyah yang menangis tersedu-sedu dengan menutupi kedua wajahnya dengan telapak tangan nya yang putih mulus.

“Aku tidak bisa mengingat apa-apa aku tidak tahu aku siapa.....” Tangis Alleyah dengan suara yang begitu menyayat hati Ashray yang mendengarnya.

“Tenang lah nona Leya, Semua akan kembali pulih. Ijinkan kami memeriksa kondisi kesehatan anda. Karena anda sudah lebih dari 2 Minggu dalam keadaan koma.”

Ashray telah berada disebelah Alleyah dan memberikan sebuah gelang yang ia simpan selama beberapa Minggu.

“Anda mengenal saya? Siapa anda?” Alleyah menatap Ashray dan bertanya dengan kebingungan karena dia tidak bisa mengingat apapun.

“Aku menemukan ini pada saat pertama kali merawat mu. Dan aku menyimpannya khawatir ketika tersadar kamu mencarinya dan disini tertulis nama mu Alleyah”.

Alleyah terpaku melihat sebuah gelang dan dibelakang nya terukir nama Alleyah.

“Berarti anda juga tidak mengenal siapa saya?”

“Nanti saya ceritakan apa hubungan kita dan dimana kita bertemu, sekarang izinkan saya memeriksa kondisi anda terlebih dahulu nona Leyah”

Ashray memeriksa kondisi Alleyah dengan seksama. Dan mencatat sesuatu pada sebuah map dan memberikan kepada perawat yang biasa menemaninya selama bertugas di rumah sakit ini.

Setelah tenang, Ashray menceritakan kepada Alleyah bahwa mereka pernah bertemu 10 tahun yang lalu di Swiss. Yang bisa Ashray simpulkan dari melihat bekas operasi sesar di perut Alleyah bahwa dia pernah melahirkan. Dia berjanji akan membantu Alleyah menemukan keluarganya namun dengan kondisi seperti ini Alleyah tidak bisa kemana-mana karena Kaki kiri yang Patah dan retaknya tulang tempurung dengkul nya pun harus dioperasi agar bisa berjalan lagi. Juga Pada bagian wajah sebelah kiri Alleyah harus di operasi karena luka sayatan cukup dalam sehingga harus dilakukan operasi.

“Berjanjilah untuk sehat dulu maka aku pun akan berjanji ketika kamu sudah sehat dan siap aku akan membantu mu mencari keluarga mu”

Alleyah hanya diam tak menanggapi perkataan Ashray. Tatapannya kosong. Dia bingung apa dan bagaimana hidupnya dimasa lalu. Apakah betul dia telah melahirkan. Apakah dia mempunyai suami dan anak.

***

Setelah hampir 1 bulan kondis Alleyah semakin membaik dan Alleyah pun bertambah akrab dengan dokter Ashray.

“Ayolah Leyah, kamu jangan terlalu memaksakan diri. Kaki mu harus di operasi terlebih dahulu baru kamu bisa berlatih berjalan... Kamu sungguh keras kepala!.” Ashray merasa jengkel melihat Leyah yang terus mencoba berjalan sedangkan kondisi nya belum bisa berjalan.

“Kenapa anda selalu memarahi saya sedang kan saya sedang berusaha agar segera sehat” Leyah menggerutu menatap kedua kakinya.

“Kalau kamu terus memaksa bangkit dari kursi roda mu maka tulang yang cidera di kaki mu itu akan semakin parah. Kamu mau lumpuh seumur hidup. Bagaimana kita akan mencari keluarga mu dengan kondisimu seperti itu” Tampak dokter Ashray begitu kesal dan menggendong Leyah menuju tempat tidurnya kembali.

“Leya... 3 hari lagi aku akan Kemabli ke negara asal ku. Bagaimana tawaran ku pada mu untuk menjalani pengobatan di negara ku. Disana semua alatnya lebih canggih dan lengkap.”

“Aku sudah memikirkannya dokter, Berhubung anda bilang anda masih single sehingga tidak perlu takut ada yang cemburu seperti dirumah sakit ini dan aku ingin segera mengetahui identitas ku serta menemui keluarga ku. Aku setuju dengan satu persyaratan."

“What.... Syarat?." Ashray mengangkat kedua alisnya dan menatap tak percaya kepada Alleyah.

“Ketika aku sehat dan ingatan ku telah pulih. Anda tidak boleh menolak jika aku ingin membalas semua kebaikan anda.”

“Kalau itu gampang nanti kita bicarakan setelah kamu sehat. Oke.,.. Sekarang kamu minum obatnya dan istirahat. Aku masih harus mengecek pasien yang lain oke."

Alleyah tersenyum begitu manis. Walau wajahnya tampak kusam serta ditambah beberapa sayatan luka pada wajahnya tidak membuat Ashray merasa tidak bahagia ketika melihat Alleyah tersenyum padanya. Ashray selalu merasa hangat melihat senyum terukir di bibir mungil Leyah.

Setelah keluar dari ruangan Leyah, Ashray menelpon seseorang.

“Baik, saya menyetujui semua persyaratan gila itu tetapi dengan syarat urusan saya tuntas terlebih dahulu. Buat saja nama di paspor nya Alleyah." Lalu Ashray menutup telpon itu dan bergegas meninggalkan rumah sakit itu.

Ashray merasa kesal karena akhirnya karena demi cinta nya pada Alleyah dia harus berdamai dengan orang tuanya untuk kembali ke perusahaan dimana tempat yang selalu Ashray hindari karena tidak menyukai dunia bisnis. Namun karena dia anak tunggal maka orang tuanya selalu memaksa.

“Oke, semua demi kamu Leyah....” Hati Ashray terasa hangat ketika mengucapkan hal itu.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

ternyata nggak meninggal, cuma koma kok

2023-11-15

2

ik@

ik@

siapa kah dia....
benar adanya wanita baik akan di pertemukan dg laki laki baik

2022-12-22

4

Atha 😘😘

Atha 😘😘

👍👍👍👍💞💞💞💪💪💪😘😘😘😘

2022-10-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!