Mood Yang Berantakan

Aurel berjalan meninggalkan stage menuju ruang tunggu khusus pengisi acara. Masih diapit oleh Nirma dan Pras, didepannya ada dua orang crew yang menghindarkannya dari para penonton vip yang bisa akses ke beberapa area.

Kedua tangannya berada di dada yang detak jantungnya sangat kencang. Untung saja penampilannya tadi hanya lip sync, cukup dengan bergaya bak seorang penyanyi yang sering ia lihat di TV.

Namun penampilannya mendapatkan respon yang bagus dari para penonton. Mereka bersorak menyebut nama Aurel dan ikut bernyanyi. "Memicu adrenalin," ucap Aurel, Pras yang memegang lengan Aurel tersenyum mendengar ucapan Aurel.

Srekk.

Aurel bersandar disofa ruang tunggu khusus untuknya sambil memejamkan mata. Nirma menyodorkan botol air mineral, "Minum," titahnya. Dengan sedikit malas, Aurel membuka matanya dan menerima botol yang disodorkan Nirma.

Pintu ruangan itu dibuka dan masuklah seorang pria yang cukup tampan dengan postur tubuh yang cukup tinggi. Berjalan sambil tersenyum menuju Aurel.

Siapa pria ini, kenapa dia tersenyum ke arahku. Apa senyumnya itu untukku?

Cup!

Pria itu mencium kening Aurel.

What, keningku diciumnya. Aku dicium pria tampan, huaaaaa.

"Performance kamu tadi bagus, sayang. Makin good aja ya, calon diva yang satu ini."

Dia bilang aku sayang, panggilan itu hanya dipakai untuk yang pacaran atau suami istri, paling parah ya selingkuhan. Kira-kira aku dan pria ini hubungannya yang mana ya?

"Reka, pemotretan Aurel besok bareng dengan agency kamu, termasuk kamu enggak?" tanya Nirma sambil menyiapkan pakaian ganti untuk Aurel.

Reka, namanya Reka.

"Enggak, aku besok take iklan," jawab Reka lalu duduk disamping Aurel. Pria itu merangkul bahu Aurel dan memainkan rambut gadis itu.

Astaga, kenapa dia memelukku begini. Oh Tuhan, aku dipeluk pria tampan. Sabar Mia, jangan sampai kamu pingsan.

Reka mengangkat telapak tangan kanan Aurel dan menciumnya, "Kamu kok hari ini diam aja ya, tumben banget. Atau lagi bosan?"

Aurel yang tersipu karena tangannya dicium Reka, hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Reka. “Pasti belum makan, aku suapi ya.” Reka meraih nasi box yang bertumpuk di meja, meraih satu box dan membukanya. Kemudian menyendokan isinya dan, “Buka mulutnya sayang,” pinta reka. Aurel akhirnya membuka mulutnya, mengunyah sambil mata mereka saling menatap.

Pras, yang memang masih ada di ruangan itu ikut mengambil nasi boxnya, menikmati makan siang mereka sambil memperhatikan tingkah laku pasangan itu. Sandiwara,”batin Pras saat menatap ke arah Aurel dan Reka, tanpa diduga Aurel tidak sengaja menatap ke arahnya. Kini Pras dan Aurel saling menatap, Aurel mengernyitkan dahinya karena tatapan Pras yang penuh misteri.

Sampai di rumah, Nirma meminta Aurel untuk istirahat karena besok ia harus mengikuti pemotretan untuk publikasi lagu barunya. Sejak Aurel dinyatakan menang dalam kompetisi bernyanyi dan disibukan dengan jadwalnya, Nirma menjadi manager dan asisten Aurel. Rumah yang ditempati mereka saat ini juga hasil jerih payah Aurel menjadi Idola baru.

“Aaaaaa,” teriak Aurel saat ia sudah berbaring di ranjangnya dengan menggunakan piyama siap untuk mengistirahatkan raganya.

“Kecewa dengan Bira tapi aku dapat Reka yang gantengnya berkali lipat dari Bira, ditambah wajah aku.” Aurel menggerakan kedua tangan dan kakinya karena sangat senang dengan kondisinya saat ini.

Wajah cantik, terkenal, punya cowok ganteng pula. Udah maksimal banget kan hidup aku saat ini.

.

.

.

Keesokan harinya, Aurel dan tim menuju lokasi pemotretan. Aurel yang kembali dirias oleh MUA khusus yang Nirma siapkan untuk segala penampilan Aurel. Mulai terbiasa dengan kondisinya saat ini, Aurel menikmati hidupnya walaupun kisahnya saat ini adalah cerita dari sebuah novel.

Sambil memainkan ponselnya, mencari tau apa kebiasan dari si pemilik tubuhnya kini. Aurel membuka galeri foto dan menemukan banyak foto selfienya juga foto kedekatannya dengan Reka. Tanpa ia sadari wajahnya kembali tersenyum, mengingat bahwa ia kini memiliki kekasih.

Saat masih di kehidupan nyata dalam tubuh Mia, ia belum pernah merasakan yang namanya berpacaran. Kisah cintanya selalu bertepuk sebelah tangan, maka dari itu dengan berada di tubuh Aurel dengan segala kemudahan dan kemewahan yang dimiliki ia akan menikmatinya.

Setelah berganti pakaian, Aurel sudah berada di depan sorot kamera dan lighting. Pras yang mengenakan kaca mata hitam dengan kedua tangan dilipat di dada bersandar pada dinding tidak jauh dari pintu masuk menatap ke arah Aurel yang mulai bergaya sesuai arahan fotografer. Sesekali Nirma juga ikut mengarahkan gaya Aurel, yang menurut pendapatnya gaya Aurel saat ini kurang maksimal.

“Kamu gimana sih, jangan setengah-setengah kalau kerja,” ucap Nirma saat Aurel sedang mengganti busana berikutnya. Aurel tidak menjawab namun ia merasa Nirma terlalu berisik.

Meraih botol air mineral pada meja tidak jauh dari Pras berdiri, “Fotografer aja enggak banyak omong, malah dia yang sok ngatur,” gumam Aurel namun masih bisa didengar Pras. “Minta dia aja yang difoto, bisa atau enggak. Kadang berkomentar itu lebih mudah dibanding yang mengerjakan,” sahut Pras. “Eh, Bang Pras bener juga ya. Aku enggak bisa ngebayangin dia yang ada di sana.” Pras dan Aurel tertawa, Nirma menoleh ke arah meraka.

“Aurel, cepetan,” titah Nirma. “Iya, bawel,” jawab Aurel yang hanya didengar olehnya dan Pras.

Aurel kembali bergaya sesuai arahan fotografer, “Oke, tahan, tahan dulu.” berkali-kali jepretan kamera sang fotografer. “Tangannya lepaskan, menghadap kesini, oke bagus begitu.” Kilatan lampu cahaya hidup seiring jepretan kamera.  “Tahan, oke. Sekarang senyum.”

“Aurel, senyum dong. Kamu susah amat senyum,” ujar Nirma membuat Aurel mengakhiri posenya menatap Nirma. Fotografer pun menurunkan kameranya melihat kearah Aurel.

“Apa sih, dari tadi berisik banget,” ujar Aurel. “Iya kamu, kerja enggak maksimal,” sahut Nirma.

Aurel menghela nafasnya, “Bagian mana yang enggak maksimal, fotografer aja enggak ada bilang macam-macam. Kamu yang kerja enggak maksimal, cuma duduk sambil marah-marah.”

Para crew yang ada di sana, menahan tawanya karena yang diucapkan Aurel adalah benar. Sejak tadi Nirmal sok mengatur seakan dia mengetahui benar dunia fotografi. “Kamu jangan sok, kalau bukan aku yang atur semua urusan kamu, berantakan yang ada.”

“Ya kalau kamu enggak ada, aku tinggal cari manager baru.” Aurel memainkan rambutnya. “Lagak new idol ya kayak kamu begini, sok bisa segalanya, sombong,” ujar Nirma. Pras melihat kondisi sudah tidak kondusif menghampiri Aurel dan mengajaknya turun dari foto session. “Kalian kalau mau berdebat nanti saja di rumah, disini banyak orang luar. Apa mau besok berita kalian bertengkar jadi headlines infotainment,” ujar Pras pada Aurel dan Nirma.

Aurel melipat kedua tangannya di dada, sedangkan Nirma masih memasang wajah kesalnya. “Masih harus lanjut Bang?” tanya Pras pada fotografer. “Sementara oke, kita sudah dapat banyak sesi yang bagus.” Pras melihat ke arah layar yang menampilkan banyak foto Aurel barusan, “Sudah aman ya?”

“Aman kok, lagian kalau diteruskan malah enggak bagus. Moodnya Aurel sudah berantakan.”

______

jejaksnya ya 🥰

Terpopuler

Comments

Reyhan Dwi

Reyhan Dwi

aurel.mending sama pras aja

2022-05-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!