Ayunda Lestari merasa sangat cemas, pasalnya putra sulung kesayangannya tidak pernah pulang ke rumah. Hatinya mulai resah memikirkan anaknya tersebut. Ayunda melihat poto Franz yang terpajang di kamar anaknya. Sedih sekali rasanya ditinggal oleh anak yang paling ia cintai.
"Sedang apa kamu di sini?" tanya suaminya dengan nada tinggi.
"Tidak ada," menghapus air mata yang membasahi pipinya.
"Oh karena foto anak sialan ini kamu menangis?" teriak Darma menggelegar.
"Sayang, sudah lama putra kita tidak pulang ke rumah. Aku takut dia kenapa-kenapa," Ayunda mengungkapkan isi hatinya sebagai seorang ibu.
"Dia bukan putra kita," teriak Darma sambil melempar bingkai poto yang dipegang istrinya.
"Begitu bencinya kamu sama Franz hingga tega melempar fotonya?" kesal Ayunda melihat kelakuan suaminya.
"Anak itu tidak mau diatur, lupakan dia, biarkan dia menderita. Agar dia tahu betapa kejamnya dunia ini," teriak Darma memenuhi ruangan.
"Darma aku sangat menyayanginya," Ayunda membersihkan serpihan kaca yang berserakan di lantai
"Dengar Ayunda, dia pasti kembali dan bertekuk lutut dihadapanku dan meminta untuk tinggal bersama kita. Anak manja seperti dia pasti tidak tahan hidup sendiri di dunia yang kejam," jelas Darma.
Darma keluar dari kamar putranya, ia mengambil senapan panjang di dalam almari.
"Tuan, Anda mau kemana?" tanya ajudan Darma.
"Aku ingin menarik semua hutang orang-orang padaku, jika mereka tidak membayarnya akan kubunuh mereka," jawab Darma yang terdengar mengerikan.
Darma mendatangi rumah-rumah yang telah ia pinjamkan uang. Memaksa orang-orang untuk membayar hutang beserta bunganya yang sangat tinggi.
"Bayar hutangmu Pak tua!" teriak Darma sambil menendang laki-laki tua tidak berdaya.
"Jurangan saya tidak punya apa-apa lagi. Tolong beri saya waktu!" pinta pria tua tersebut memohon.
"Memberimu waktu, apakah waktu saya meminjamkan uang padamu saya menundanya?" teriak Darma kesal.
"Ampun Tuan," sujud di kaki Darma.
"Ampun katamu!" menendang tubuh pria tua tersebut tanpa ampun.
"Ampuni saya Tuan," ucapnya merintih kesakitan.
"Mengampunimu, hahaha keuntungan apa yang bisa kau berikan padaku?" tanya Darma menyeringai.
"Apapun Tuan, asal kau tidak membunuhku," ungkap pria tua tersebut lirih.
"Bekerja selama setahun padaku tanpa digaji, tapi hutangmu tetap tidak berkurang sama sekali," tawa Darma menggema.
"Baik Tuan, asalkan saya tidak mati," bersujud kembali.
"Aku suka orang-orang yang patuh kepadaku" tawa Darma kembali.
"Baik, kita pergi sekarang. Oh ya kamu Pria tua, mulai sekarang sudah bisa bekerja. Kau ambil pinang yang banyak kemudian kupas dan jual kemudian uangnya setor padaku."
"Bukannya Tuan tidak punya pohon pinang,"
"Aku tidak peduli, aku mau kau memberikan setoran padaku. Jika tidak jangankan dirimu, satu keluargamu akan mengalami kepedihan." Ancam Darma.
"Baik Tuan"
"Ajudan, ayo kita kita ke rumah yang lain mengambil setoran untukku," tertawa lepas kemudian memakai topi koboy miliknya.
"Baik Tuan,"
Itulah kehidupan mafia bernama Darma, ia tidak segan-segan membunuh orang yang lemah. Ia sangat berkuasa tak satupun orang yang berani menentangnya kecuali anaknya sendiri_Franz Rivano.
Sedangkan kehidupan Laura adalah menghamburkan uang. Banyak barang-barang yang ia beli untuk menyombongkan diri. Sifat konsumtif yang dimilikinya sangat tidak terkontrol. Ia juga melakukan tindakan kejam, menyuruh semua orang patuh padanya. Adik Franz yang satu ini sifatnya memang menurun dari sang ayah_Darma Rivano.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Fitri
lanjut lah
2020-05-02
0
Gung so
lanjut thor
2020-04-29
1