Resana Sattva

Bunga Kalvaraksa adalah bunga langka yang mungkin hanya ada dalam legenda. Konon kabarnya bunga ini bisa menghidupkan orang yang sudah mati. Bunga yang mengandung daya hidup yang sangat tinggi. Karena keajaibannya, dunia ini hanya mengijinkan satu bunga kalvaraksa yang tumbuh.

 

Dalam 1000 tahun, bunda Kalvaraksa hanya bertambah tinggi hanya sepanjang 1 jari sedangkan bunga Kalvaraksa yang terdapat di gua setinggi betis. Dapat dipastikan bahwa umurnya sudah lebih dari 5000 tahun.

 

Bagi makhluk hidup yang memakannya, dapat dipastikan tubuhnya akan meledak karena tidak sanggup menahan daya hidup yang begitu kuat. Untungnya, saat memakannya, Sakya sudah tidak memiliki daya hidup. Dalam dua hari ini Sakya menghabiskan seluruh tenaganya untuk tetap bertahan hidup. Dengan kata lain, seluruh tubuhnya sudah masuk ke alam kematian kecuali jari jempol kaki kanannya. 

 

Sakya ibarat sebuah gurun pasir walaupun hujan turun tidak akan merubah merubah gurun tersebut. Namun, semua berbeda saat dia memakan bunga Kalvaraksa. Bayangkan jika sebuah gurun pasir langsung dialiri dengan air tawar sebanyak lautan, maka gurun pasir tersebut akan berubah menjadi padang rumput. Itulah yang terjadi pada Sakya saat ini.

 

Sakya terbangun saat sinar mentari menyilaukan matanya. Sekeliling masih tetap tidak berubah. Dia masih berada di pinggir kolam dan bunga Kalvaraksa masih tergeletak disampingnya.

 

"Aku masih hidup!" Sakya gembira, dia ingin bersorak tapi tidak bisa. Meskipun rasa lelah dan lapar sudah hilang akan tetapi rasa panas yang menjalar di tubuhnya masih belum hilang. Sakya merasa tubuhnya seperti akan meledak. Begitu banyak energi dalam tubuhnya, Sakya harus melakukan sesuatu untuk menyalurkan energi yang berlebihan atau tubuhnya benar-benar meledak.

 

Sakya berlari keluar gua dan memanjat dinding ngarai untuk menyalurkan energinya. Sampai di atas ngarai dia berlari ke arah barat dan terus berlari. Semakin dia berkeringat semakin berkurang rasa panas ditubuhnya.

 

Sakya tidak tahu berapa lama dia sudah berlari. Yang jelas dia sudah berlari cukup jauh karena vegetasi tumbuhan hutan fauna yang sudah mulai berbeda. Dari tumbuhan yang berdaun lebar rapat sekarang berubah menjadi padang rumput dan pohon pinus yang menjulang tinggi dengan daun yang tajam seperti jarum.

 

Sakya mulai melambatkan larinya dan berniat untuk kembali ke guanya karena rasa panas di tubuhnya sudah mulai menghilang.

 

Deretan pohon pinus menjulang tinggi dan semak belukar yang tidak terlalu rimbun memperluas jarak pandang Sakya. Di bawah pohon pinus yang menjulang tinggi, sesuatu menarik perhatian Sakya. Seekor serigala putih tergeletak tidak bergerak.

 

Sambil melihat ke sekelilingnya, Sakya bergerak mendekati serigala tersebut. Serigala itu diam dan tidak bergerak namun gerakan dadanya menunjukkan bahwa dia masih bernafas.

 

Sakya mendekatinya secara perlahan-lahan, khawatir apabila serigala tiba-tiba menerkamnya. Akan tetapi tampaknya serigala tersebut tidak memperdulikan dirinya.

 

Setelah tiba di depan serigala, Sakya melihat tanduk kecil di kening serigala. "resana sattva" ujar Sakya dalam hati. Resana sattva adalah ras sattva yang berbentuk serigala dengan ukuran dua kali lebih besar dari serigala biasa. Resana putih ini sebesar anjing pemburu dewasa di desanya, jadi kemungkinannya dia adalah bayi resana.

 

Sakya berpikir untuk meninggalkannya begitu saja, tapi pandangan resana merubah pemikirannya. Sakya faham arti pandangan tersebut. Pandangan mata yang sudah menerima takdir mereka. Sakya pernah mengalaminya , saat terbaring di mulut gua dimana seluruh kekuatannya hilang.

 

Sakya memberanikan diri membelai kepala bayi resana putih.

 

"Aku akan menyelamatkanmu... Apakah kau mempercayaiku?"

 

Bayi resana tetap diam. Matanya memandang Sakya tanpa ekspresi.

 

Dengan hati-hati Sakya mengangkat sang resana dalam dekapannya, kemudian berlari ke arah timur kembali menuju gua dia tinggal.

 

Sepasang mata berwarna kuning mengawasi gerak-gerik Sakya dari awal sampai akhir. Saat Sakya pergi, sepasang mata itu pun ikut menghilang.

 

-------------------------------------------------------

 

Di hutan Vanaya sebelah barat, terdapat sebuah bukit dengan padang rumput terhampar luas. Batu-batu besar tersebar di sekelilingnya. Belasan resana sattva duduk berkumpul. Beberapa resana ada berbulu hitam, abu, coklat dan putih. Duduk di atas batu yang paling besar seekor resana sattva hitam setinggi 5 meter. Duduk mengawasi resana lainnya. Dia merupakan resana yang terbesar diantara resana lainnya dan pemimpin kumpulan resana sattva yang ada di hutan Vanaya.

 

Seekor resana abu-abu baru setinggi 4 meter tiba di bukit dari arah timur.

 

"Sana, kau sudah kembali." Resana hitam berkata seraya bangkit dari duduknya setelah resana abu-abu itu mendekat .

 

Seekor resana tidak berbicara seperti manusia, akan tetapi seekor sattva yang sudah berumur ratusan tahun memiliki kemampuan untuk menyampaikan pemikirannya melalui prana yang ada di tanduknya. Dapat dikatakan bahwa mereka bisa berkomunikasi melalui telepati dengan sattva lainnya.

 

"Ya, aku kembali," jawab resana abu-abu yang di panggil Sana.

 

"Aku ikut berduka cita, atas apa yang telah terjadi," kata resana hitam sambil duduk kembali. Dia melanjutkan ucapannya, "takdir yang akan menentukan nasibnya. Itulah hukum yang ada di hutan ini, hanya yang kuat yang mampu bertahan."

 

"Kadang aku bertanya apa bedanya kita dengan binatang biasa selain hanya lebih kuat, besar dan pintar?" Sana bergumam seraya melihat ke arah timur.

 

"Jangan berkata seperti itu. Yang kuat yang bertahan dan memangsa yang lemah. Mereka yang lemah menjadi bagian yang menopang kehidupan di dunia ini agar terus berputar. Ini adalah hukum di dunia ini tidak perduli dari ras mana dia berasal." Resana hitam mengulang kembali perkataannya. Hukum yang sudah ada sejak awal penciptaan dunia ini, hanya yang kuat yang akan bertahan dan melanjutkan lingkaran kehidupan di dunia.

 

"Aku mengerti Bathi, akan aku ingat." Sana menjawab lirih kemudian menundukkan kepalanya.

 

"Pulanglah, anak-anakmu yang lain sedang menunggu," ungkap resana yang dipanggil Bathi.

 

Sana kembali ke tempat tinggalnya. Sebuah gua dengan lorong selebar 3 meter yang di dalamnya terdapat ruangan selebar 15meter. Delapan anak resana menggonggong padanya saat dia masuk. Sana mendekati mereka dan merebahkan diri. Delapan anak resana langsung mendekat di sana dan meminum air susunya.

 

Tujuh hari yang lalu, Sana melahirkan sembilan anak resana ke dunia ini. Anak resana yang berwarna putih lahir yang sebagai anak yang terakhir. Sayangnya, resana betina hanya memiliki delapan buah ******. Karena jumlah putingnya ada 8 maka 1 ekor anaknya tidak bisa mendapatkan susu dari induknya. pada saat anak resana putih lahir, kedelapan ****** susu ibunya sudah dimiliki oleh kakak-kakaknya. Dan mereka tidak pernah berbagi.

 

Sana tidak mengistimewakan salah satu anaknya, karena kelompoknya hanya membutuhkan resana-resana yang kuat. Untuk hidup, anak-anaknya harus berjuang sendiri. Hidup atau mati, takdir yang menentukan. Resana sendiri selalu hidup berkelompok. Mereka berpindah-pindah dan berburu secara berkelompok. Setiap anggota kelompok harus memberikan kontribusi bagi kelompok keseluruhan. Karenanya, kuat merupakan keharusan karena resana yang lemah hanyalah beban bagi kelompoknya.

 

 

Dalam tujuh hari anak resana putih semakin lemah. Dia bahkan sudah tidak bisa mengangkat badannya sendiri. Sebelum dia mati, Sana membawanya ke luar sarang dan berniat menyerahkannya pada takdir. Naluri keibuan itu masih ada dalam hati Sana. Dia ingin menemani anaknya sebelum anaknya menghembuskan nafas terakhirnya, akan tetapi takdir berkata lain. Sakya datang dan membawanya pergi. Sana hanya melihat saat Sakya pergi membawa anaknya. Mungkin itulah takdir untuk anaknya.

 

--------

 

Sakya berlari dengan membawa anak resana putih dalam dekapannya. Tangannya hanya merasakan tulang-tulang yang terbalut kulit dan bulu yang lembut. Tampaknya dia belum makan selama berhari-hari. Sakya berusaha mempercepat larinya agar cepat tiba di gua.

 

Sakya berhasil kembali kedalam gua bersusah payah menuruni ngarai. Di pinggir kolam dalam gua, Sakya mengambil Bunga Kalvaraksa yang belum habis. Dia mengambil secuil kuku jari batang bunga Kalvaraksa. "Makan ini dan kau akan membaik," sambil menyuapkan batang tersebut ke mulut anak resana putih.

 

Ketika batang mulai masuk ke perutnya anak resana mulai merasakan hangat ke sekujur tubuhnya. Lama-kelamaan mulai terasa panas dan membakar. Dia langsung meminum air yang disodorkan Sakya kepadanya. Akan tetapi, tetap tidak bisa menghilangkan rasa panas di perutnya.

 

Dia meloncat masuk ke kolam agar bisa meminum air lebih banyak lagi. Sayangnya, hal itu tidak merubah apa-apa. rasa panas sudah tidak tertahankan dan anak resana pun diam tidak bergerak tenggelam ke dalam kolam.

 

Sakya dengan sigap mengangkatnya dan membaringkannya di pinggir kolam. Resana putih itu masih bernafas. Dia masih hidup. Karena lelah, Sakya meninggalkannya dan tertidur.

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

mungkin penulis senior bang & ceritanya terjemahan karena bahasanya banyak unsur asing.

2021-01-04

0

Beng Suadma

Beng Suadma

Bagus sekali, ceritanya mengalir dengan lancar. Penulisannya juga sangat mengikuti kaidah bahasa Indonesia.

Lanjutkan

2020-06-19

0

lihat semua
Episodes
1 KEHANCURAN DESA PARAKA
2 Ini Hanya Mimpi
3 Vaghra Sattva
4 Bunga Kalvaraksa
5 Resana Sattva
6 Sagara Sang Penguasa Hutan Vanaya Timur
7 Kakek Tua Misterius
8 Peradaban Leluhur
9 Belajar di Balai Vanuya
10 Belajar Ilmu Pedang
11 Instruktur Zasit
12 Peperangan di Padang Gabbala
13 Prajurit Elit Pasukan Pinggala
14 Mahan Sang Penguasa Hutan Vanaya Selatan
15 Memburu Durta Vaghra Sattva
16 Bhati Sang Penguasa Hutan Vanaya Barat
17 Pertarungan Sakya dan Sagara
18 Menyelamatkan Milik Sagara
19 Pertarungan Sakya Melawan Kacana
20 Yang Mulia, Apakah Anda Menangis?
21 Menjadi Catur Praboditha
22 Penobatan Sang Penguasa Baru Vanaya Utara
23 Kota Lokapatti
24 Alun-Alun Lokapatti
25 Vaidya Shrie
26 Pertempuran di alun-alun Lokapatti
27 Aku Menyelamatkan Mereka Bukan Kalian
28 Bisakah Kau Membantuku Memakaikan Pakaian Ini?
29 Ada Apa Dengan Wanita Ini?
30 Aku Perempuan, Ah
31 Indeks Sakya Paraka
32 Perayaan Dewi Daru
33 Persembahan di Bukit Varsani
34 Berjuanglah Bersamaku!
35 Apakah Aku Mempunyai Pilihan?
36 Kita Bisa Membunuh Rakshasa.
37 Berperang Demi Masa Depan
38 Persiapan Perang
39 Persiapan Perang bag 2
40 Serangan Balasan Rakshasa
41 Operasi Tangkap Kucing
42 Aku begitu malu … Ah
43 Tanda Pertama Kedatangan Hari Pralaya
44 Hutan Stana Ras Nara
45 Bisakah Aku Menjadi Bulan?
46 Tambang Batu Permata Tua
47 Sarang 'Yang Terlupakan' Part 1
48 Sarang ‘Yang Terlupakan’ (part 2)
49 Sarang ‘Yang Terlupakan’ (part 3)
50 Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ part 1
51 Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ Part 2
52 Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ Part 3
53 Kekuatan ‘Yang Terlupakan’ Part 1
54 Kekuatan ‘Yang Terlupakan’ Part 2
55 Selamat Datang, Siswa Baru
56 Menara Pembuktian Mantra Sadhaka
57 Ujian di Menara Pembuktian Mantra Sadhaka
Episodes

Updated 57 Episodes

1
KEHANCURAN DESA PARAKA
2
Ini Hanya Mimpi
3
Vaghra Sattva
4
Bunga Kalvaraksa
5
Resana Sattva
6
Sagara Sang Penguasa Hutan Vanaya Timur
7
Kakek Tua Misterius
8
Peradaban Leluhur
9
Belajar di Balai Vanuya
10
Belajar Ilmu Pedang
11
Instruktur Zasit
12
Peperangan di Padang Gabbala
13
Prajurit Elit Pasukan Pinggala
14
Mahan Sang Penguasa Hutan Vanaya Selatan
15
Memburu Durta Vaghra Sattva
16
Bhati Sang Penguasa Hutan Vanaya Barat
17
Pertarungan Sakya dan Sagara
18
Menyelamatkan Milik Sagara
19
Pertarungan Sakya Melawan Kacana
20
Yang Mulia, Apakah Anda Menangis?
21
Menjadi Catur Praboditha
22
Penobatan Sang Penguasa Baru Vanaya Utara
23
Kota Lokapatti
24
Alun-Alun Lokapatti
25
Vaidya Shrie
26
Pertempuran di alun-alun Lokapatti
27
Aku Menyelamatkan Mereka Bukan Kalian
28
Bisakah Kau Membantuku Memakaikan Pakaian Ini?
29
Ada Apa Dengan Wanita Ini?
30
Aku Perempuan, Ah
31
Indeks Sakya Paraka
32
Perayaan Dewi Daru
33
Persembahan di Bukit Varsani
34
Berjuanglah Bersamaku!
35
Apakah Aku Mempunyai Pilihan?
36
Kita Bisa Membunuh Rakshasa.
37
Berperang Demi Masa Depan
38
Persiapan Perang
39
Persiapan Perang bag 2
40
Serangan Balasan Rakshasa
41
Operasi Tangkap Kucing
42
Aku begitu malu … Ah
43
Tanda Pertama Kedatangan Hari Pralaya
44
Hutan Stana Ras Nara
45
Bisakah Aku Menjadi Bulan?
46
Tambang Batu Permata Tua
47
Sarang 'Yang Terlupakan' Part 1
48
Sarang ‘Yang Terlupakan’ (part 2)
49
Sarang ‘Yang Terlupakan’ (part 3)
50
Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ part 1
51
Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ Part 2
52
Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ Part 3
53
Kekuatan ‘Yang Terlupakan’ Part 1
54
Kekuatan ‘Yang Terlupakan’ Part 2
55
Selamat Datang, Siswa Baru
56
Menara Pembuktian Mantra Sadhaka
57
Ujian di Menara Pembuktian Mantra Sadhaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!