Bunga Kalvaraksa

Sakya berusaha mendorong tubuhnya agar tetap berada di atas permukaan air sungai, namun derasnya arus sungai menarik dirinya masuk kembali kedalam arus. Tangannya berusaha berpegangan pada batu-batu besar di tengah sungai. Sayangnya, selain permukaan batu itu licin, dia tidak mempunyai tenaga yang cukup untuk menahan dorongan arus sungai.

 

Di hutan Vanaya ada banyak sungai kecil yang memiliki aliran arus yang deras. Aliran sungai ini merupakan cabang dari aliran sungai Kala. Sungai kala merupakan salah satu sungai yang terbesar di daratan benua Pangea dan membelah hutan Vanaya menjadi 2 bagian. Cabang-cabang ini berpisah dari hulu sungai Kala yang kemudian bersatu lagi dengan aliran sungai utama di daerah selatan hutan Vanaya dan mengalir langsung menuju samudera Panthalassa.

 

Sakya tahu bahwa dirinya berada di salah satu cabang aliran sungai Kala. Suatu saat dia akan terbawa ke aliran utama sungai Kala.

 

Aliran utama sungai Kala sangatlah lebar. Untuk menyeberanginya memakan waktu seperempat hari menggunakan perahu. Dikarenakan lebarnya aliran utama sungai mengalir dengan tenang. Akan tetapi ayahnya pernah berkata bahwa di dalam sungai yang tenang berkumpul binatang yang berbahaya. Dapat dipastikan bahwa orang yang berenang di sungai Kala tidak akan pernah naik lagi ke daratan.

 

Sebelum dia sampai di aliran utama sungai Kala, Sakya harus keluar dari cabang sungai ini.

 

Dalam keputusasaan, muncul secercah harapan. Sebatang kayu terlihat terapung terbawa arus. Sekuat tenaga dia meraih kayu tersebut dan berhasil. Sakya menggunakan sisa tenaganya untuk memeluk erat batang kayu tersebut.

 

Sakya tidak tahu berapa lama dia telah memeluk batang kayu tersebut dan terbawa arus cabang sungai Kala. Akan tetapi, dia merasakan arus sungai sudah mulai melambat. Artinya, tidak lama lagi dia akan tiba di aliran utama sungai Kala. Dengan sekuat tenaga dari apa yang tersisa, Sakya berusaha mendorong dirinya ke pinggir sungai. Dorongan air sungai yang mulai melemah membuat usaha Sakya tidak terlalu berat. Dia berhasil mencapai pinggir sungai.

 

Sakya berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga dan mengeluarkan air yang terminum. Setelah menghimpun sedikit tenaga, Sakya melihat keadaan sekelilingnya. Saat ini, dia berada di dasar ngarai sungai. Untuk keluar dari ngarai tersebut, dia harus memanjat dinding ngarai sekitar 30 meter. Tentu saja pada saat ini, Sakya tahu bahwa dia tidak akan berhasil memanjat puncaknya.

 

"Apakah aku akan mati disini?" pikir Sakya.

 

Tidak sengaja matanya melihat mulut gua yang berada disekitar ketinggian 5 meter di dinding ngarai. Saat ini Sakya hanya memiliki dua pilihan. Mati di pinggir sungai dengan resiko mayatnya menjadi pengisi perut binatang buas atau mati di dalam gua.

 

Akhirnya dia memutuskan untuk naik ke mulut goa dan mati di sana.

 

Sakya bersusah payah merangkak memanjat dinding ngarai. Saat tiba di mulut goa, dia sudah tidak punya tenaga lagi, kini Sakya hanya bisa berbaring lemah di mulut Goa.

 

Untungnya goa tersebut cukup besar. Lebar lorongnya sebesar 2 meter sementara kedalamannya sekitar 15 meter. Di dalam goa tampak seberkas sinar matahari masuk dari atap gua. Seperti laron yang tertarik pada api, Sakya merayap masuk ke dalam Goa.

 

Di dalam goa, ruangan semakin melebar membuat lingkaran seukuran 5 meter. Ada kolam kecil di tengah goa, dipinggirnya tumbuh bunga yang baru dia lihat pertama kalinya. Batangnya menggembung seperti bola seukuran kepala orang dewasa dan berkilauan berwarna emas sementara daunnya berwarna biru seukuran bola mata. Tingginya hanya sampai betis orang dewasa.

 

Entah kenapa Sakya jadi teringat akan perkataan kakeknya,"Sakya, manusia yang beruntung itu ketika dia mendapatkan kehidupan dan kematian yang indah. Kehidupan yang indah itu adalah ketika kita dikaruniai dengan umur yang panjang, dan kematian yang indah itu adalah kematian yang cepat." Kakeknya selalu berkata seperti itu jika sedang membicarakan tentang hidup dan mati.

 

"Bagaimana caranya agar umur kita bisa panjang kek?" tanya Sakya penasaran.

 

"Makan... Makan... Dan makan... Hahaha," jawab kakeknya.

 

Apakah Sakya mengingatnya karena dia akan mati hari ini? Di dalam goa ini dia akan mati karena kelaparan dan kelelahan. Dalam jangkauan tangannya hanya ada air kolam dan bunda berwarna biru. Haruskah dia memakannya? jika tumbuhan tersebut bisa dimakan maka kematiannya akan tertunda, tapi jika beracun, maka dia akan mati dengan cepat. Apapun akhirnya, berdasarkan pandangan kakeknya dia adalah orang yang beruntung, ada kesempatan mendapatkan kehidupan atau mungkin kematian yang indah.

 

Sakya mengulurkan tangannya menggapai tumbuhan tersebut. Batang yang berbentuk bola ternyata empuk dan berair. Dia mendekatkan tumbuhan dalam mulutnya dan menggigitnya. rasanya berair, empuk dan manis. Ketika masuk ke dalam mulut dagingnya meleleh dan langsung mengalir ketenggorokannya. Rasa hangat menjalar dari tenggorokan ke perutnya membuatnya nyaman. Akan tetapi, lama-kelamaan perutnya semakin terasa panas.

 

"Akhhh!" Sakya menjerit. Perutnya terasa terbakar dan mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. "Ternyata tumbuhan beracun... Aku akan mati." Sakya mulai cemas, rasa panas yang sudah menjalar keseluruh tubuhnya sudah mulai tidak tertahankan.

 

Sisa bunga terjatuh dari tangannya. Sakya berusaha mengurangi rasa sakit dengan cara memegang perut namun tidak berhasil. Karena tidak tahan Sakya memasukkan kepalanya ke kolam dan minum airnya sampai lambung yang penuh. Sayangnya, rasa panas tidak berkurang sedikitpun. Jeritan Sakya memenuhi seluruh ruangan goa dan segalanya menjadi gelap.

 

Sakya tidak tahu bahwa bunga yang dia makan adalah bunga Kalvaraksa.

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

Apa kasiatnya ?

2021-01-04

0

AaBlack GAMING

AaBlack GAMING

Woww

2020-08-26

0

AaBlack GAMING

AaBlack GAMING

Okehhh

2020-08-26

0

lihat semua
Episodes
1 KEHANCURAN DESA PARAKA
2 Ini Hanya Mimpi
3 Vaghra Sattva
4 Bunga Kalvaraksa
5 Resana Sattva
6 Sagara Sang Penguasa Hutan Vanaya Timur
7 Kakek Tua Misterius
8 Peradaban Leluhur
9 Belajar di Balai Vanuya
10 Belajar Ilmu Pedang
11 Instruktur Zasit
12 Peperangan di Padang Gabbala
13 Prajurit Elit Pasukan Pinggala
14 Mahan Sang Penguasa Hutan Vanaya Selatan
15 Memburu Durta Vaghra Sattva
16 Bhati Sang Penguasa Hutan Vanaya Barat
17 Pertarungan Sakya dan Sagara
18 Menyelamatkan Milik Sagara
19 Pertarungan Sakya Melawan Kacana
20 Yang Mulia, Apakah Anda Menangis?
21 Menjadi Catur Praboditha
22 Penobatan Sang Penguasa Baru Vanaya Utara
23 Kota Lokapatti
24 Alun-Alun Lokapatti
25 Vaidya Shrie
26 Pertempuran di alun-alun Lokapatti
27 Aku Menyelamatkan Mereka Bukan Kalian
28 Bisakah Kau Membantuku Memakaikan Pakaian Ini?
29 Ada Apa Dengan Wanita Ini?
30 Aku Perempuan, Ah
31 Indeks Sakya Paraka
32 Perayaan Dewi Daru
33 Persembahan di Bukit Varsani
34 Berjuanglah Bersamaku!
35 Apakah Aku Mempunyai Pilihan?
36 Kita Bisa Membunuh Rakshasa.
37 Berperang Demi Masa Depan
38 Persiapan Perang
39 Persiapan Perang bag 2
40 Serangan Balasan Rakshasa
41 Operasi Tangkap Kucing
42 Aku begitu malu … Ah
43 Tanda Pertama Kedatangan Hari Pralaya
44 Hutan Stana Ras Nara
45 Bisakah Aku Menjadi Bulan?
46 Tambang Batu Permata Tua
47 Sarang 'Yang Terlupakan' Part 1
48 Sarang ‘Yang Terlupakan’ (part 2)
49 Sarang ‘Yang Terlupakan’ (part 3)
50 Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ part 1
51 Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ Part 2
52 Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ Part 3
53 Kekuatan ‘Yang Terlupakan’ Part 1
54 Kekuatan ‘Yang Terlupakan’ Part 2
55 Selamat Datang, Siswa Baru
56 Menara Pembuktian Mantra Sadhaka
57 Ujian di Menara Pembuktian Mantra Sadhaka
Episodes

Updated 57 Episodes

1
KEHANCURAN DESA PARAKA
2
Ini Hanya Mimpi
3
Vaghra Sattva
4
Bunga Kalvaraksa
5
Resana Sattva
6
Sagara Sang Penguasa Hutan Vanaya Timur
7
Kakek Tua Misterius
8
Peradaban Leluhur
9
Belajar di Balai Vanuya
10
Belajar Ilmu Pedang
11
Instruktur Zasit
12
Peperangan di Padang Gabbala
13
Prajurit Elit Pasukan Pinggala
14
Mahan Sang Penguasa Hutan Vanaya Selatan
15
Memburu Durta Vaghra Sattva
16
Bhati Sang Penguasa Hutan Vanaya Barat
17
Pertarungan Sakya dan Sagara
18
Menyelamatkan Milik Sagara
19
Pertarungan Sakya Melawan Kacana
20
Yang Mulia, Apakah Anda Menangis?
21
Menjadi Catur Praboditha
22
Penobatan Sang Penguasa Baru Vanaya Utara
23
Kota Lokapatti
24
Alun-Alun Lokapatti
25
Vaidya Shrie
26
Pertempuran di alun-alun Lokapatti
27
Aku Menyelamatkan Mereka Bukan Kalian
28
Bisakah Kau Membantuku Memakaikan Pakaian Ini?
29
Ada Apa Dengan Wanita Ini?
30
Aku Perempuan, Ah
31
Indeks Sakya Paraka
32
Perayaan Dewi Daru
33
Persembahan di Bukit Varsani
34
Berjuanglah Bersamaku!
35
Apakah Aku Mempunyai Pilihan?
36
Kita Bisa Membunuh Rakshasa.
37
Berperang Demi Masa Depan
38
Persiapan Perang
39
Persiapan Perang bag 2
40
Serangan Balasan Rakshasa
41
Operasi Tangkap Kucing
42
Aku begitu malu … Ah
43
Tanda Pertama Kedatangan Hari Pralaya
44
Hutan Stana Ras Nara
45
Bisakah Aku Menjadi Bulan?
46
Tambang Batu Permata Tua
47
Sarang 'Yang Terlupakan' Part 1
48
Sarang ‘Yang Terlupakan’ (part 2)
49
Sarang ‘Yang Terlupakan’ (part 3)
50
Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ part 1
51
Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ Part 2
52
Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ Part 3
53
Kekuatan ‘Yang Terlupakan’ Part 1
54
Kekuatan ‘Yang Terlupakan’ Part 2
55
Selamat Datang, Siswa Baru
56
Menara Pembuktian Mantra Sadhaka
57
Ujian di Menara Pembuktian Mantra Sadhaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!