Vaghra Sattva

Sementara itu, setelah Sakya meninggalkan ayahnya, dia berlari berlari memasuki hutan Vanaya menuju rumah singgah sesuai dengan petunjuk ayahnya.

 

Hutan Vanaya terletak disebelah selatan Benua Pangea. Merupakan tempat yang membatasi antara benua Pangea dan samudra Phantalasa.

 

Hutan Vanaya merupakan hutan terluas di benua Pangea. Luasnya hampir seperlima bagian daratan Pangea. Dari Timur ke Barat membutuhkan waktu sekitar 90 hari perjalanan sementara dari utara ke selatan membutuhkan sekitar 65 hari perjalanan.

 

Didalamnya terdapat berbagai jenis hutan dan vegetasi tanaman.

 

Di sebalah bagian barat Vanaya terhampar hutan sabana dengan rumput tinggi yang hijau kekuningan sejauh mata memandang dilengkapi dengan beberapa pohon jati dan perdu yang menjulang tinggi.

 

Di sebelah Utara gurun berbukit dengan vegetasi pohon kaktus. Kemudian Timur merupakan hutan tropis dengan ratusan jenis tumbuhan berdaun lebar dan tinggi. Hampir tidak Ada sinar matahari yang masuk kedalam hutan.

 

Sementara disebelah selatan merupakan hutan pegunungan dengan vegetasi hutan tropis. Pepohonan setinggi 50 meter menjulang tinggi dengan kabut yang selalu menyelimutinya sepanjang hari.

 

Sakya tiba di tempat singgah yang biasa digunakan bersama ayahnya. Tempat singgah berupa pohon besar yang memiliki akar yang sudah naik di atas tanah membentuk rongga-rongga besar yang bisa dimasuki oleh manusia. Ditengahnya terdapat rongga yang cukup luas untuk tidur 4 orang manusia.

 

Rongga ini aman dari gangguan hewan besar yang ada di hutan Vanaya karena selain akarnya kuat, rongga-rongga di sekelilingnya cukup rapat hanya sebesar ukuran tubuh manusia. Hanya ular atau binatang kecil lainnya yang bisa masuk. Namun, binatang-binatang tersebut bukanlah ancaman bagi para pemburu.

 

Di tengah ruangan Sakya duduk sambil menangis. Kepalanya dibenamkan ke sela lututnya, menunggu keluarganya tiba di tempat singgah.

 

Malam mulai tiba, binatang malam mulai bersuara. Saat Sakya bersama ayahnya, dia tidak merasa takut, akan tetapi malam ini dia sendirian untuk pertama kalinya. Sakya bahkan takut untuk menyalakan api unggun. Dia tahu api dapat mengusir sebagian binatang-binatang yang berburu di makan hari. Api merupakan keharusan bagi seorang pemburu saat mereka menghabiskan malam di hutan.

 

Air mata Sakya sudah habis mengering. Karena sudah terlalu lelah, diapun tertidur.

 

Sinar matahari pagi menyeruak diantara rongga-rongga akar, membangunkan Sakya dari tidurnya. Matanya merah dan bengkak karena menangis.

 

Pagi sudah tiba namun ayah dan ibunya belum datang. Sakya masih percaya mungkin pagi ini mereka akan tiba. Jadi dia menunggu dan terus menunggu sampai bunyi perutnya menyadarkannya bahwa kemarin pagi adalah makan terakhir yang dia dapatkan bersama ayahnya.

 

Sakya ingin menunggu, akan tetapi perutnya tidak mau bekerjasama. Akhirnya dia memutuskan untuk berburu.

 

Berbekal pisau batu yang terselip di sabuk pinggangnya, dia melangkah keluar tempat singgah. Rencananya, Sakya akan kembali ke desanya sekaligus mencari buruan dalam perjalanan pulang.

 

Di sepanjang perjalanan dia melihat kelinci, **** dan binatang buruan lainnya. Akan tetapi, tanpa busur panah, berburu terasa sangat sulit. Dia tidak bisa mengejar bintang tersebut dan membutuhkan waktu apabila dia membuat jebakan. Akhirnya Sakya memutuskan untuk memetik buah.

 

Saat Sakya sedang memanjat pohon, dia mendengar suara-suara dan kaki berjalan. Dia mengenal suara itu.

 

"Rakshasa."

 

Dengan cepat Sakya turun dari pohon dan langsung berlari menjauh. Sayangnya, suara gemerisik saat dia turun dan berlari terdengar oleh para rakshasa. Sakya mendengar langkah kaki para raksasa semakin cepat menuju ke arahnya.

 

Sakya mempercepat larinya menuju jalur yang rimbun dengan pepohonan dan semak belukar. Dia berharap rimbunnya jalur setapak dapat menghalangi pandangan para raksasa.

 

Sayangnya, daun dan ranting yang bergoyang memberi petunjuk keberadaannya. Langkah kaki Sakya yang lebih kecil dibandingkan langkah raksasa yang panjang semakin memperpendek jarak antara dia dan para raksasa. Setelah hampir berlari cukup lama. Suara langkah raksasa tiba-tiba terhenti dan tidak terdengar lagi.

 

"Mereka berhenti mengejarku," pikir Sakya berhenti untuk mengambil nafas. Sakya mendesah mensyukuri bahwa para raksasa menyerah mengejarnya. Dia menarik nafas panjang dan mulai mengatur nafasnya. Namun, siapa sangka kalau dia mendengar suara selain dari nafasnya sendiri.

 

"Grmmm."

 

"Sialan," umpat Sakya. Ternyata raksasa itu berhenti mengejarnya bukan karena menyerah. Mereka berhenti karena ada yang lebih menakutkan dari mereka sendiri. Seekor harimau sebesar 4 meter berjalan dengan tenang ke arah Sakya. Dikeningnya terdapat sebuah tanduk hitam legam berkilat sepanjang satu siku. Sakya tahu bahwa itu bukan harimau biasa tapi vaghra sattva.

 

Semua orang tahu bahwa hutan Vanaya bukan hanya tempat bagi binatang liar saja, hutan Vanaya juga terkenal sebagai tempat berkumpulnya ras sattva yang merupakan salah satu ras yang hidup di benua Pangea.

 

Ras sattva mempunyai bentuk tubuh binatang, perbedaannya adalah sattva memiliki tubuh dua kali lebih besar dan lebih kuat dibanding binatang biasa. Dikeningnya memiliki ksidra menyerupai tanduk yang berwarna hitam mengkilat seperti kristal.

 

Menurut mitos, mereka mampu berkomunikasi dan berpikir seperti manusia. Namun belum pernah ada yang membuktikannya karena tidak ada yang masih hidup setelah bertemu dengan ras sattva.

 

Melihat vaghra sattva yang semakin mendekatinya Sakya mengerti mengapa rakshasa memilih mundur.

 

Dalam pertarungan satu lawan satu antara raksasa dan vaghra sattva, dapat dipastikan bahwa vaghra akan jadi pemenangnya. Hasil berbeda apabila main keroyokan, meskipun kemungkinan besar rakshasa menang sudah pasti akan ada banyak korban.

 

Sakya ingin menangis saat ini, sayangnya dia tidak punya waktu untuk itu. Dengan cepat dia mengamati sekelilingnya dan mencari area pepohonan yang cukup rapat. Tidak terlalu besar supaya bisa cepat untuk dilewati dan tidak terlalu kecil sehingga tidak mudah dipatahkan oleh vaghra. Tempat rimbun untuk sembunyi bukanlah pilihan yang tepat saat ini.

 

Setelah menemukan jalur yang sesuai, Sakya berlari sekuat tenaga. Vaghra tidak terlihat namun Sakya masih mendengar auman vaghra. Kadang terdengar ada di belakang, terkadang di samping kiri dan kanannya.

 

Tangan dan kakinya sudah mulai terasa pedih karena goresan ranting dan duri pepohonan, paru-parunya sudah terasa panas terbakar tapi dia terus berlari, dia harus terus berlari kalau dia ingin bertemu keluarganya lagi. Selama jalannya masih terlindung oleh lebatnya pepohonan, Sakya masih aman.

 

Tiba-tiba kakinya tidak merasakan apa-apa. Sakya merasa melayang. Ketika dia melihat kesekelilingnya tidak ada pepohonan di kanan dan kirinya. Ketika Sakya melihat kebawah, yang ada hanyalah aliran sungai setinggi 20 meter kaki di bawah kakinya.

 

"Aaaaaa!" jeritan Sakya menggema di sekitar jurang dan langsung menghilang saat tubuhnya masuk ke dalam aliran sungai.

 

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

jatuh ke jurang, biasanya kalo di cersil bakal menemukan " harta " pendekar legendaris zaman dahulu.

2021-01-04

1

Elang Putih

Elang Putih

Hay...
like dan rate 5 sudah mendarat...
feedback ke "mantan, i'm still loving you"

tinggalkan jejak disana ya, aku menunggu kedatanganmu marloysa🤗

2020-04-26

0

lihat semua
Episodes
1 KEHANCURAN DESA PARAKA
2 Ini Hanya Mimpi
3 Vaghra Sattva
4 Bunga Kalvaraksa
5 Resana Sattva
6 Sagara Sang Penguasa Hutan Vanaya Timur
7 Kakek Tua Misterius
8 Peradaban Leluhur
9 Belajar di Balai Vanuya
10 Belajar Ilmu Pedang
11 Instruktur Zasit
12 Peperangan di Padang Gabbala
13 Prajurit Elit Pasukan Pinggala
14 Mahan Sang Penguasa Hutan Vanaya Selatan
15 Memburu Durta Vaghra Sattva
16 Bhati Sang Penguasa Hutan Vanaya Barat
17 Pertarungan Sakya dan Sagara
18 Menyelamatkan Milik Sagara
19 Pertarungan Sakya Melawan Kacana
20 Yang Mulia, Apakah Anda Menangis?
21 Menjadi Catur Praboditha
22 Penobatan Sang Penguasa Baru Vanaya Utara
23 Kota Lokapatti
24 Alun-Alun Lokapatti
25 Vaidya Shrie
26 Pertempuran di alun-alun Lokapatti
27 Aku Menyelamatkan Mereka Bukan Kalian
28 Bisakah Kau Membantuku Memakaikan Pakaian Ini?
29 Ada Apa Dengan Wanita Ini?
30 Aku Perempuan, Ah
31 Indeks Sakya Paraka
32 Perayaan Dewi Daru
33 Persembahan di Bukit Varsani
34 Berjuanglah Bersamaku!
35 Apakah Aku Mempunyai Pilihan?
36 Kita Bisa Membunuh Rakshasa.
37 Berperang Demi Masa Depan
38 Persiapan Perang
39 Persiapan Perang bag 2
40 Serangan Balasan Rakshasa
41 Operasi Tangkap Kucing
42 Aku begitu malu … Ah
43 Tanda Pertama Kedatangan Hari Pralaya
44 Hutan Stana Ras Nara
45 Bisakah Aku Menjadi Bulan?
46 Tambang Batu Permata Tua
47 Sarang 'Yang Terlupakan' Part 1
48 Sarang ‘Yang Terlupakan’ (part 2)
49 Sarang ‘Yang Terlupakan’ (part 3)
50 Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ part 1
51 Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ Part 2
52 Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ Part 3
53 Kekuatan ‘Yang Terlupakan’ Part 1
54 Kekuatan ‘Yang Terlupakan’ Part 2
55 Selamat Datang, Siswa Baru
56 Menara Pembuktian Mantra Sadhaka
57 Ujian di Menara Pembuktian Mantra Sadhaka
Episodes

Updated 57 Episodes

1
KEHANCURAN DESA PARAKA
2
Ini Hanya Mimpi
3
Vaghra Sattva
4
Bunga Kalvaraksa
5
Resana Sattva
6
Sagara Sang Penguasa Hutan Vanaya Timur
7
Kakek Tua Misterius
8
Peradaban Leluhur
9
Belajar di Balai Vanuya
10
Belajar Ilmu Pedang
11
Instruktur Zasit
12
Peperangan di Padang Gabbala
13
Prajurit Elit Pasukan Pinggala
14
Mahan Sang Penguasa Hutan Vanaya Selatan
15
Memburu Durta Vaghra Sattva
16
Bhati Sang Penguasa Hutan Vanaya Barat
17
Pertarungan Sakya dan Sagara
18
Menyelamatkan Milik Sagara
19
Pertarungan Sakya Melawan Kacana
20
Yang Mulia, Apakah Anda Menangis?
21
Menjadi Catur Praboditha
22
Penobatan Sang Penguasa Baru Vanaya Utara
23
Kota Lokapatti
24
Alun-Alun Lokapatti
25
Vaidya Shrie
26
Pertempuran di alun-alun Lokapatti
27
Aku Menyelamatkan Mereka Bukan Kalian
28
Bisakah Kau Membantuku Memakaikan Pakaian Ini?
29
Ada Apa Dengan Wanita Ini?
30
Aku Perempuan, Ah
31
Indeks Sakya Paraka
32
Perayaan Dewi Daru
33
Persembahan di Bukit Varsani
34
Berjuanglah Bersamaku!
35
Apakah Aku Mempunyai Pilihan?
36
Kita Bisa Membunuh Rakshasa.
37
Berperang Demi Masa Depan
38
Persiapan Perang
39
Persiapan Perang bag 2
40
Serangan Balasan Rakshasa
41
Operasi Tangkap Kucing
42
Aku begitu malu … Ah
43
Tanda Pertama Kedatangan Hari Pralaya
44
Hutan Stana Ras Nara
45
Bisakah Aku Menjadi Bulan?
46
Tambang Batu Permata Tua
47
Sarang 'Yang Terlupakan' Part 1
48
Sarang ‘Yang Terlupakan’ (part 2)
49
Sarang ‘Yang Terlupakan’ (part 3)
50
Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ part 1
51
Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ Part 2
52
Pertempuran di Sarang ‘Yang Terlupakan’ Part 3
53
Kekuatan ‘Yang Terlupakan’ Part 1
54
Kekuatan ‘Yang Terlupakan’ Part 2
55
Selamat Datang, Siswa Baru
56
Menara Pembuktian Mantra Sadhaka
57
Ujian di Menara Pembuktian Mantra Sadhaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!