"Tok...tok...tok..."
Ceisya menggeliat pelan saat suara ketukan pintu kosannya samar-samar terdengar di telinganya.
Sekali lagi suara ketukan pintu terdengar. Ceisya meraba-raba kasurnya dan dapatlah ponselnya yang tersembunyi di selimut tebalnya.
"Hoammm..." Ceisya menutup mulutnya saat sedang menguap. "Jam berapa sih?" ucapnya dengan nada serak sambil menghidupkan layar ponselnya.
Ceisya mengerjap-ngerjapkan matanya saat melihat layar ponselnya yang menunjukkan tepat pukul tujuh pagi.
Terpaksa Ceisya bangkit dari tidurnya dan duduk sebentar sambil meregangkan otot-ototnya.
Saat di rasa sedikit bugar, Ceisya melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar kemudian menuju pintu depan untuk membukakan pintu.
Ceklek
"Taraaa..." teriak seseorang sambil menentangkan tangannya.
Ceisya hanya mengerjapkan kedua bola matanya. Sesaat kemudian dia memekik.
"REVA!" teriaknya langsung melompat ke pelukan Reva. "Uuuhh...kangen banget."
Reva hanya terkekeh dan pasrah saat tubuhnya dipeluk erat. "Jadi, ceritanya gak dibolehin masuk nih?" sindir Reva.
Ceisya segera melepaskan pelukannya. "Hehe, lupa." ucapnya sambil menyengir. "Yuk!"
Ceisya mengajak Reva ke kamarnya. Reva hanya menggelengkan kepalanya melihat suasana kamar Ceisya yang sudah seperti kapal pecah. Buku-buku berserakan di atas meja dan ada beberapa yang teronggok di lantai. Kasur acak-acakan.
Menyadari kamarnya yang tidak rapi Ceisya hanya menyengir.
"Parah!" satu kata yang terucap dari bibir Reva.
"Kayak enggak pernah aja. Malahan kamu lebih parah!" ejek Ceisya balik.
Reva tergelak. Memang benar apa yang dibilang oleh sahabatnya yang satu ini.
"Bantuin lah." pinta Ceisya selagi dia membereskan kasurnya. Menyusun bantal sedemikian rupa dan melipat selimut hingga rapi.
Reva menganggukkan kepalanya kemudian berjongkok untuk memunguti buku-buku Ceisya yang berserakan di lantai kamarnya.
"Ngapain aja selama aku nggak ada?" tanya Reva sambil menumpukkan buku-buku Ceisya ke atas meja.
"Huft! Sepi tau gak. Gak ada temen ngobrol. Gak ada temen buat ketawa."
"Ketawa sendirian kan bisa?" Reva mengulum bibirnya saat melihat ekspresi wajah Ceisya.
"Di kira aku ODGJ apa?" ujarnya cemberut.
"Otw mungkin." canda Reva langsung mendapat lemparan bantal tepat mengenai kakinya.
Ceisya menyipitkan kedua matanya dan memandang Reva. "Berarti kamu sudah masuk ODGJ tingkat akut!"
"Sialan!" Reva mengambil bantal yang teronggok di lantai kemudian melemparkan balik bantal ke arah Ceisya.
Sesaat mereka saling pandang kemudian tertawa bersamaan melihat tingkah mereka berdua kalau sudah bersamaan.
"Va."
"Kenapa?" tanya Reva yang kini sudah duduk di atas kursi tempat Ceisya belajar.
"Di sana...sudah dapat pangeran?"
"Pangeran?" tanya Reva bingung.
"Iya, pengeran."
"Pangeran apaan?"
"Pangeran berkuda hitam. Hahahaha..."
Ceisya tertawa namun sesaat dia menghentikan tawanya.
Reva hanya memandang Ceisya bingung.
"Sudah. Jangan di bahas. Aku mau mandi dulu." Ceisya menyambar handuk yang tergantung di balik pintu.
"Kenapa anak itu?" lirih Reva menatap kepergian Ceisya.
Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Seperti hari biasa Ceisya berangkat ke kampus. Bedanya dia sendirian karena Reva masuk kelas siang.
Sesampainya di kelas, Ceisya mendengarkan penjelasan materi dari Dosennya dengan khidmat. Sesekali dia bertanya dan tentunya di jawab oleh sang Dosen.
Saat kelas telah selesai, Ceisya tidak langsung pulang. Melainkan dia menunggu Reva. Mereka berencana untuk pergi keluar.
"Beneran mau nungguin aku sampai kelas selesai?" tanya Reva.
Ceisya mengangguk. "Biar nanti gak repot pulang lagi ke kosan."
"Ya sudah. Aku masuk ke kelas dulu ya?"
"Iya."
Sembari menunggu Reva, Ceisya menghabiskan waktunya berada di dalam perpustakaan. Apa lagi kalau bukan membaca. Entahlah. Kenapa ada mahkluk spesies langka yang satu ini. Waktu luangnya selalu dia habiskan dengan memandangi tulisan-tulisan di buku tebal.
Tidak terasa Ceisya sudah menghabiskan waktu berjam-jam di dalam perpustakaan tersebut. Hingga bunyi notifikasi ponselnya membuat dia tersadar. Segera dia membereskan buku-bukunya tersebut kemudian keluar dari perpustakaan menuju tempat parkiran di mana Reva sudah menunggu di sana.
"Kemana aja?" tanya Reva.
"Perpus."
"Gila! Berjam-jam lamanya cuma memandang buku-buku tebal itu. Hemmm...tidak diragukan lagi." ujar Reva yang selalu geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu.
"Ya, mau bagaimana lagi. Itu kan menyenangkan."
"Astaga!" ucap Reva frustasi.
"Langsung aja. Kita mau ke mana?" tanya Reva.
Tampak Ceisya berpikir. "Ke tempat biasa aja. Kayaknya adem."
"Boleh. Yuk lah!"
Ceisya dan Reva langsung tancap gas menuju tempat tujuan mereka.
Selang beberapa menit akhirnya mereka sampai di di pinggiran jalan yang sepi akan kendaraan beroda empat. Suasananya yang sejuk membuat mereka selalu nongkrong di sana. Ditambah ada pepohonan besar yang terdapat di sana.
"Mang, biasa!" teriak Reva.
"Siap, Neng!"
Entahlah. Mereka sangat suka mencicipi makanan pedagang berkaki lima itu. Sudah tidak diragukan lagi rasanya. Apalagi harganya.
"Nih, Neng!" ujar pemilik pedagang kaki lima sambil menyerahkan dua mangkok mie ayam. "Tumben baru ke sini? Kirain sudah lupa sama Mamang."
"Gak mungkin lupa lah, Mang. Kebetulan Reva baru aja pulang dari kampungnya. Jadi, aku gak mungkin lah sendirian ke sini." jawab Ceisya memberi alasan.
"Ohh. Begitu. Yasudah, Mamang balik dulu ya."
"Iya, Mang." jawab keduanya.
"Woahh! Makin enak aja." puji Reva langsung melahap makanannya.
Saat mereka sedang asik-asiknya menikmati mie ayam si Mamang, tiba-tiba datang dua kendaraan bermotor.
Ceisya dan Reva berpikir keras. Ada apa mereka datang ke sini. Apakah ada kasus pencurian, pembunuhan, ataukah narkoba? Memikirkannya saja sudah membuat mereka berdua bergidik ngeri. Apalagi melihat seragam yang melekat di kedua tubuh pria tersebut.
"Ssttt, Sya. Mereka mau nangkap kita ya?" beo Reva sambil berbisik.
"Kamu aja kali." balas Ceisya.
"Apa mau nangkap si Mamang karena sudah memakai tusuk di dagangannya?"
Plakkk
Ceisya langsung memukul lengan Reva pelan. Bisa-bisanya si Mamang di tuduh berbuat curang begitu.
"Enak aja nuduh si Mamang. Orang baik gitu. Yang ada kamu tuh yang di tangkap karena kasus pencemaran nama baik si Mamang."
"Yahh, jangan lah. Cantik-cantik gini masa di tangkap pak pol sih."
"Makanya diam. Makan tuh mie ayam mu, nanti di makan para serangga."
Reflek, Reva langsung memakan habis mie ayamnya.
"Sya, kok mereka mendekat?" tanya Reva saat melihat dua orang tersebut mendekati mereka.
"Mana ku tau." balas Ceisya.
"Hei, gadis bar-bar!"
Ceisya dan Reva spontan melihat arahnya.
"Siapa?" tanya Reva. Ceisya mengangkat kedua bahunya.
"Hei, kalian!"
Ceisya menunjukkan dirinya dan Reva. Seolah-olah bertanya "kami?"
"Ya, kalian."
"Ada apa?" tanya Ceisya heran sambil meneliti penampilan keduanya. Bagaimana Ceisya tidak mengenalinya. Mereka berdua saja memakai kaca mata hitam.
"Astaga! Kau gadis bar-bar."
Salah satu darinya membuka kaca matanya.
Ceisya spontan menjerit. "BAPAK!" teriak Ceisya heboh.
"Aku bukan Bapakmu. Memangnya aku menikahi Ibumu!?"
Daniel langsung memijat pangkal hidungnya. Frustasi, tentu saja.
"Kau, gadis bar-bar. Siapa namamu?" tanya Daniel.
"Namaku?"
"Astaga! Memangnya di sini aku bertanya kepada siapa selain dirimu?"
Ceisya menunjuk Reva yang duduk sambil melihat mereka. "Itu."
"Astaga!"
"Itu di samping Bapak siapa?"
"Hei, tidak baik tidak menjawab pertanyaan seseorang terlebih dahulu!"
"Bapak juga tidak menjawab pertanyaan saya? Jadi, kenapa saya harus menjawab pertanyaan Bapak? Adil bukan?"
Daniel menghela nafasnya panjang. "Begini ya gadis bar-bar. Aku tanya namamu siapa. Kalau sudah kau jawab baru aku akan menjawab pertanyaanmu itu." ujar Daniel pelan.
"Begitu. Namaku Ceisya."
"Oke. Baiklah, Ceisya. Sekarang aku akan menjawab pertanyaanmu." jawab Daniel lega karena persoalan nama sudah terselesaikan. "Di sampingku ini."
Daniel menyenggol lengan sahabatnya mengkode agar membuka kaca mata hitamnya itu.
"OM!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
ᶜᵃˡˡ ᴹᵉ ᴶⁱⁿᵍᵍᵃ😜
pedagang berkaki lima,,maksudnya pedagang kaki lima ya kak??😂
2023-09-18
1
²²🇳🇮🇩🇦
wah trnyata elang tersesat untung aja ada kaka baik. elang pinter banget sih apa lagi rajin sikat gigi jarang² loh ada anak yang rajin sikat gigi
2022-06-18
6
Beast Writer
Ceisya hanya berniat mensterilkan otaknya yang dah lama gak istirahat itu.
2022-06-18
1