Terjerat Cinta Razia Pak Polisi

Terjerat Cinta Razia Pak Polisi

Part 1

Ceisya Aliyana Raquel. Gadis berusia 19 tahun. Seorang mahasiswi semester 6 jurusan kedokteran gigi di salah satu Universitas ternama di daerahnya.

Tumbuh dengan didikan keluarga baik membuatnya menjadi gadis yang mandiri. Tapi, jangan salah apabila berada di dekat kedua orang tuanya dia akan berubah menjadi gadis yang manja. Memiliki adik laki-laki yang saat ini sedang duduk di bangku SMA. Bukan hal yang baru lagi ketika melihat sepasang adik kakak itu bertengkar dan saling menjahili satu sama lain.

Otaknya yang encer membuatnya menempuh pendidikan dalam waktu yang singkat. Tidak pernah terbayang di benaknya untuk menjalin kasih bersama para lelaki. Polos tentunya. Di masa yang sekarang banyak para gadis asik bersenang-senang menikmati masa-masa sebelum mereka berumah tangga atau mengejar cita-cita. Sedangkan Ceisya? Dia tidak termasuk salah satunya. Malah gadis itu termasuk golongan yang bodoamat tentang percintaan dan menikmati masa-masa muda. Hanya belajar, belajar, dan belajar.

Fokusnya adalah mengejar cita-citanya menjadi seorang Dokter spesialis gigi yang dapat membantu anak-anak untuk menjaga kesehatan rongga mulutnya. Anak-anak, tentunya sudah sangat melekat dengan makanan yang dapat merusak kualitas gigi mereka. Contohnya ada dua yaitu coklat dan permen. Orang dewasa juga akan tergoda apalagi anak-anak?

Mimpinya supaya cepat dapat bekerja dengan profesinya. Makanya dia sangat fokus dengan pendidikannya.

Sayang sekali dia harus tinggal terpisah bersama kedua orang tuanya. Kalau bukan jarak pasti dia sudah asik bercanda ria dengan orang tuanya. Ya, jarak. Jarak antara rumahnya dan Universitas lumayan jauh. Satu-satunya alternatif adalah menyewa kosan.

Ini adalah tahun keduanya menempuh pendidikan di Universitas dan sebentar lagi akan memasuki tahun ketiga.

Drttt drttt

Suara panggilan video masuk tepat saat gadis berusia 19 tahun itu memasuki kamarnya karena baru saja selesai mandi dan bersiap untuk berangkat ke kampus.

"Assalamu'alaikum, Bunda."

"Wa'alaikumsalam, Sayang."

"Ada apa nelfon pagi-pagi, Bun?"

"Oh itu, tidak apa-apa kok. Kamu sudah mau berangkat ke kampus?"

"Iya,Bun. Ini baru selesai mandi."

"Sarapan?"

"Udah kok, Bun."

"*Oh ya? Sarapan apa?"

"Cuma masak nasi goreng aja, Bun. Hehe*..."

"*Ya sudah, kalau begitu Bunda tutup dulu telfonnya ya? Nanti hati-hati berangkatnya!"

"Iya, Bunda. Love you, Bun."

Ceisya melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul sembilan pagi. Segera dia bersiap-siap untuk berangkat karena kelas akan dimulai pukul setengah sepuluh.

Setelah memastikan dirinya rapi dan kosan terkunci aman, Ceisya langsung melesat pergi bersama motor kesayangannya.

Ditengah perjalanan Ceisya mengingat-ingat apakah ada yang tertinggal. Hmmm...seperti ada yang kurang.

Sesaat kemudian dia langsung meringis kala mengingat dirinya tidak memakai helm. Semoga tidak ada razia di jalan. Ceisya berdo'a itu.

Namun, do'anya sepertinya tidak mujarab. Buktinya sekarang. Sudah terlihat jalanan yang cukup padat di jam segini. Dan di depan sana terlihat banyaknya kendaraan yang diberhentikan oleh petugas.

Woahh, nasib yang baik bukan?

Nasi sudah menjadi bubur. Mau putar balik pasti waktunya mepet karena dirinya sudah cukup dekat dengan kampus. Mau lanjut pasti akan dirazia.

Yang hanya bisa dilakukan Ceisya adalah berdo'a supaya Allah berada di pihaknya.

"Ett ettt etttt. Berhenti dulu, Bu!"

Astaga!

Ibu!

Seketika Ceisya naik pitam. Apakah wajahnya terlalu boros ataukah mata petugas itu katarak. Kalau iya? Ceisya akan langsung pindah jurusan menjadi Dokter bedah. Agar dia bisa mencongkel mata petugas tersebut.

Nafasnya sudah memburu. Tapi, itulah konsekuensi yang harus dia terima.

"Anda tau kesalahan anda? Dan dimana letak kesalahannya? Berikan alasannya!"

Ceisya hanya memutar bola matanya jengah.

Apakah dia harus membalasnya juga. Sepertinya iya.

"Tau...Om."

"O-om?"

Woww! Benar. Pembalasan Ceisya berhasil.

"Ekhem...bisa tolong turun sebentar!?"

Ceisya melihat jam di pergelangan tangannya. Dia menggeleng. "No! Saya harus berangkat sekarang." tolaknya dengan santai.

Tampak petugas yang masih muda tersebut tercengang. Berani-beraninya gadis ini menolak perintahnya.

Ceisya gusar saat melihat jam di tangannya.

"Om, bisa gak ini di skip dulu?"

"Di s-skip?"

Ceisya menganggukkan kepalanya.

'Oh, astaga! Siap-siap berhadapan dengan Buk Dosen killer seantero kampus!

"Tidak bisa! Sekarang turun atau hukuman?"

Ceisya menggelengkan kepalanya. "Om, jangan berbelit-belit deh! Saya tuh mau ke kampus. Lihat nih jam berapa!"

"Itu urusan anda bukan urusan saya." jawabnya santai.

Ceisya menarik nafasnya dalam. "Gini ya, Om. Izinin saya pergi nanti pulang dari kampus saya ke sini lagi. Ya?"

"Tidak ada acara negoisasi!"

"Sekarang turun atau-"

"Iya, Om, iya. Nih turun. Sabar kenapa sih!"

Dengan terpaksa Ceisya turun dari motornya.

"Nih, baca!" ujarnya menyodorkan secarik kertas.

Ceisya mengambilnya dan membacanya. Seketika matanya terbelalak melihat isi tulisan di kertas itu.

"OM!" teriak Ceisya frustasi.

"Ya. Ada apa?"

Berulang kali Ceisya menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya kasar. "Yakali saya di suruh nyapu jalanan!" ucap Ceisya setengah sabar.

"Ya. Memang."

"Hiksss...Om tega banget!"

Ceisya menangis tersedu-sedu sampai-sampai datang seorang pemuda yang memakai seragam sama mendekati mereka. Penasaran tentu saja.

"Hei, bro. Kau apakan gadis itu?" tanya Daniel sambil menepuk bahu sahabatnya. Melihat itu senyuman smirk muncul di bibir mungil Ceisya.

Petugas yang menangani Ceisya tadi hanya menghela nafasnya panjang. "Ini cewek gak mematu-"

Belum sempat dia melanjutkan perkataannya, Ceisya langsung menangis kencang.

"Ehh, ehh. Kenapa?"

"Om itu jahat, Pak!" adu Ceisya dengan lelehan air matanya membasahi pipi chubby-nya.

"Astaga! Aku masih muda di panggil Bapak." keluh Daniel sambil memasang ekspresi kaget.

"Om ini?" tunjuk Daniel ke arah sahabatnya sambil menepuk bahunya. Ingin tertawa karena sahabatnya di panggil Om. Tapi, dia urungkan karena melihat ekspresi tidak bersahabat yang ditunjukkan sahabatnya. "Dia lakuin apa sama kamu?" tanya Daniel.

"Hiksss...dia...dia jahat! Aku diputusin, Pak. Pria cabul!"

Mereka yang mendengarnya langsung terbelalak.

"Zaf?" Daniel memandang tidak percaya ke arah sahabatnya.

"Cih! Mana ada!"

"Bohong! Dia bohong, Pak. Hikss...tega-teganya." masih dengan dramanya Ceisya bertahan.

"Wahh, wahh! Aku masih tidak percaya kau seperti itu, Zaf. Sungguh mengejutkan. Ckck!"

Melihat waktu yang semakin sedikit, Ceisya langsung mengeluarkan jurusnya agar dia bisa kabur. "Masa aku di suruh nyapu jalanan, Pak! Tega sekali! Udah dandan cantik-cantik mau buat kejutan ehh malah aku yang terkejut. Pria tidak bermoral. Aku benci!"

Daniel terperangah memandang Ceisya.

"Buang-buang waktu saja!"

Pukkk

Masih sempat-sempatnya Ceisya memukul lengannya kemudian kabur secepat mungkin.

Motor yang dikendarai Ceisya melesat begitu saja meninggalkan dua orang yang masih memandangnya kaget.

Sesampainya di kampus

Benar saja. Kelas sudah dimulai sejak 10 menit yang lalu. Ceisya menelan ludahnya kasar melihat wajah garang sang Dosen yang terkenal seantero kampus.

'Mampus

Ceisya meringis saat sang Dosen melihat keberadaannya.

"CEISYA!" suaranya menggelegar di dalam ruangan fakultas kedokteran.

'Astaga! Astaga! Astaga!

Baru kali ini seorang Ceisya Aliyana Raquel terlambat mengikuti kelasnya. Hemmm...riwayat sejarah terbaru sepanjang hidupnya. Dan semua itu gara-gara Polisi sinting itu!

"S-saya, B-buk." seketika nyali dan jiwa psikopat Ceisya langsung melebur secara bersamaan.

"Masuk kamu!" Ceisya yang berada di ambang pintu langsung berlari terbirit-birit mendekati meja sang Dosen.

Siapa pun yang terlambat pastinya tidak akan berani langsung duduk di bangkunya. Harus berhadapan dengan seorang harimau dulu. Tidak tahu nasib kedepannya bagaimana. Apakah selamat atau tamat.

"Kamu tahu kan kalau saya tidak suka ada mahasiswa atau mahasiswi yang terlambat di jam saya?"

Ceisya langsung mengangguk cepat.

"Apakah ada alasan yang begitu kuat sehingga kamu terlambat?"

Bola mata Ceisya bergerak gelisah. "I-itu, B-buk...tadi ad-"

Brakk

Mendengar gebrakan meja langsung membuat Ceisya menjawab dengan spontan, cepat, dan tentunya dengan sekali tarikan nafas. "Tadi di jalan ada razia, Buk. Jadi, saya terjebak macet." jawab Ceisya berbicara tanpa spasi.

"Begitu?"

"Iya, Buk." jawab Ceisya dengan cepat sambil menganggukkan kepalanya berkali-kali.

"Baiklah. Hari ini kamu saya bebaskan. Tapi, ingat! Jangan diulangi lagi! Ini juga untuk pelajaran bagi semuanya. Mengerti!"

"Mengerti, Buk."

"Yasudah. Silahkan kamu duduk!"

Lega. Tentu saja. Ceisya tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia langsung berlari menuju bangkunya.

"Huft! Aman, aman."

Ceisya lolos di ujian babak senam jantung di pagi hari menjelang siang itu.

Seketika ruangan menjadi sunyi. Tidak ada yang berani mengobrol apalagi berbisik. Hal itu pasti akan cepat diketahui oleh sang Dosen. Telinganya sungguh tajam dan matanya yang jeli membuat mahasiswa atau mahasiswi tidak berkutik dibuatnya.

'Dasar Dosen terkutuk

...…...

kencangkan sabung pengamannya 🤣

Happy reading yah! Semoga suka 🤗🤗🤗

Jangan lupa jejaknya ditinggalkan yah 🤗

🐼LIKE

🐼KOMEN

🐼FAVORIT

Gift sama votenya juga boleh 😁ga maksa lho ya 😹

Terpopuler

Comments

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

hehehe.... mentang2 pakpolisinya baik hati ceisha main sinetron nih.. 🤭

2022-06-18

1

ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸʚɞ⃝🍀𝑬𝒓𝒊𝒛𝒂𝒀𝒖𝒖

ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸʚɞ⃝🍀𝑬𝒓𝒊𝒛𝒂𝒀𝒖𝒖

ceisya ketemu polisi cakep nih kayanya. untungnya ga jadi ditilang ya

2022-06-18

1

ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸʚɞ⃝🍀𝑬𝒓𝒊𝒛𝒂𝒀𝒖𝒖

ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸʚɞ⃝🍀𝑬𝒓𝒊𝒛𝒂𝒀𝒖𝒖

kejar dlu cita2mu dn bahagia kan ortu baru mikir cinta2 ya

2022-06-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!