Happy Reading
"Mana yang nabrak mas Arya? Mana sini! Biar aku tampol" kata Ara sambil berlari kecil di UGD. Intinya membuat rusuh UGD.
"Astagfirullah Ara. Ini rumah sakit loh, jangan rusuh kayak gini. Tidak baik!" kata Arya yang kini berbaring di ranjang rumah sakit. Dengan balutan perban di dagu.
"Habisnya, kenapa mas nggak nyuruh supir aja ke supermarket?.... Istrinya mas cemas di rumah.. Sekarang mana yang nabrak mas?. Biar Ara kasih pelajaran" kata Ara dengan sewot.
"Maaf mba saya tidak sengaja menyerempet mas Arya di parkiran supermarket. Semua biayanya sudah saya tanggung" kata pria itu dengan bersalah. .
"Oh jadi kamu yang nabrak suami teman aku?" kata Ara nyolot.
"Ara udah? Nggak usah nyolot." kata Arya tegas membuat Ara menciut.
"Iya mas" kata Ara nurut namun menatap pria itu nyalang.
"Mas Farhan terima kasih sudah menolong. Maafkan teman istri saya ya, dia panikan orangnya. Sekali lagi terimakasih sudah membawa saya ke UGD" kata Arya sambil menjabat tangan pria itu.
"Sama-sama mas, justru saya yang harusnya minta maaf dan berterima kasih karena mau mamaafkan saya" kata pemuda yang bernama Farhan itu.
*cekrek.
"Loh Ra? Kok Farhan kamu foto! Untuk apa?" tanya Arya heran melihat Ara menfoto pria bernama Farhan itu.
"Buat jaga-jaga, sini! Aku minta no HP kamu. Sama alamat rumah kamu. Untung nggak aku laporkan ke kantor polisi" kata Ara jutek dan nyolot.
Farhan hanya geleng-geleng dan mengeluarkan dompetnya lalu memberikan KTPnya dan kartu namanya.
"Kamu, kamu!! Apoteker?" tanya Ara gagap.
"Alhamdulillah, iya" jawab Farhan dengan tersenyum.
"Hahahahahaha, kasihan deh Ra, senior mu ini" kata Arya mengejek.
"Senior? Maksudnya bagaimana mas?" tanya Farhan heran.
"Ara ini mahasiswi jurusan farmasi Han, dan akan KKN sebentar lagi" kata Arya sambil melirik Ara.
"Oh kamu anak farmasi toh, perkenalkan saya Farhan Effendy Rahman senang bertemu dengan mu" kata Farhan dengan menjabat tangan.
"Ra? Tadi nyolot kok sekarang diem? Hahaha" kata Arya mengejek Ara. Karena dia diam dan mengabaikan jabatan tangan Farhan.
"Mas!" kata Ara malu.
"Yaudah kita pulang yuk, Nisa udah cemas tau" kata Ara mengalihkan.
"Iya udah ayok, makasih ya sekali lagi Han. Main ya ke rumah, kalau kepo sama Ara, bisa kenalan kok. Jomblo ini" kata Arya berbisik pada Farhan.
"Ah mas bisa saja, dia galak mas. Dan mana mau dia sama saya, yang ada dia gengsi hahahaha" kata Farhan tertawa pelan.
"Bisa aja Han, yaudah saya pulang ya. Terima kasih untuk semuanya" kata Arya menjabat tangan Farhan.
"Siap mas" jawab Farhan tersenyum.
...***...
"Mas kenapa buat Ara malu di depan dia sih?" kata Ara sewot sambil menyetir mobil. Tadi dia ke rumah sakit menggunakan taxi online.
Tujuannya agar dia bisa mengendarai mobil Arya itu.
"Lah, kamu sendiri yang nyolot terus. Ingat Ra, dia yang sudah menolong mas. Dan jangan bicara yang aneh-aneh terhadap Nisa. Nanti dia kepikiran" kata Arya berpesan.
"Iya deh, Ara nggak ngomporin Nisa. Yaudah mas istirahat. Nanti kalau kita sudah sampai rumah, Ara bangunin" kata Ara sambil menyetel musik yang judulnya 'Memikirkan Dia - SEVENTEEN'.
*Flashback*
"Ra? Maaf banget. Tio nggak bisa terima perasaan Ara. Tio suka dan cinta sama orang lain" kata Tio sambil mengusap air mata Ara yang sudah mengalir.
"Jadi? Jadi? Semua yang Tio tunjukkan ke Ara hanya kasihan? Atau apa?" tanya Ara yang mulai menangis.
"Ra, mungkin di kelas 10 Tio suka sama Ara. Tapi,, suka itu hanya sebagai pengagum. Semakin kesini Tio sadar, perasaan Tio yang sesungguhnya hanya untuk Karin bukan Ara" kata Tio mencoba menjelaskan.
"Makasih ya Tio, setidaknya Ara bisa sabar dan setia untuk mencintai satu orang saja selama 2 tahun ini." kata Ara dengan tegar walaupun air matanya sudah mengalir deras.
"Ra? Please jangan nangis. Please!. Nanti Adi marah sama Tio." kata Tio mulai panik.
"Nggak kok, Ara nggak nangis. Yaudah sekarang kejar ya cintanya Tio semoga Karin membalas perasaan Tio. Makasih Tio, dengan ini Ara sadar. Bahwa ikhlas itu lebih baik. Makasih yah, kalau begitu Ara pulang dulu" kata Ara sambil berpamitan.
Tio yang melihat itu hanya terdiam melihat kepergian Ara.
Di dalam hati Tio "Ra seandainya kamu tahu, aku mencintai kamu saat kita disuruh piket bareng sama bu Tisa" kata Tio dengan menunduk.
Namun!! Kini dia sadar, cinta dan perasaannya lebih besar kepada Karin.
*Flashback off*
...***...
"Ya Allah mas, kamu ceroboh banget sih. Anak baru satu udah ceroboh. Aku gelisah di sini" kata Nisa yang mulai cemas dan mengomeli suaminya yaitu Arya.
"Hahaha mas Arya dimarahin bini. Rasaiin 🤪" kata Ara mengejek.
"Kamu juga Ra, kenapa nggak angkat telpon aku?.... Aku cemas di rumah!. Calista juga nangis terus, aku bingung" kata Nisa mulai cengeng.
Sejak melahirkan, Nisa menjadi sosok yang cengeng. "Hehe maaf ya nyonya Praja hihi." kata Ara meminta maaf kepada Nisa.
"Dasar kamu!. Udah sore mending kamu pulang aja. Aku mau marahin suami aku" kata Nisa mulai garang.
"Hahaha oke aku pulang. Hati-hati mas, ada singa ngamuk" kata Ara mulai mengejek lagi.
"Ara!! Diem" kata Nisa mulai geram.
Ara langsung saja ngacir berlari ke luar rumah dan mengendarai motornya itu.
...***...
*Ara pov*
Nisa beruntung mempunyai suami seperti mas Arya yang sangat mencintainya. Sedangkan aku? Pacar saja tidak ada. Yang aku pikirkan hanya bagaimana cara lulus menjadi apoteker dan lulus S2 untuk menjadi dosen.
*boom*
Astagfirullah, ban motorku bocor. Ya Allah, kenapa semuanya tidak berjalan sesuai rencana?.
"Gimana dong?, mana mau hujan lagi" gumam ku kebingungan.
*tin tin tin*
Mobil silver avanza ini berhenti di depan motorku. Dan orang itu langsung keluar. Dengan Jas berwarna putih. Apa. Itu sneli dokter atau apoteker. Eh tunggu bukannya dia orang yang di rumah sakit tadi?.
"Motornya kenapa mba?" tanya dia sama aku dengan sopan. Masya Allah ada yang orang sesopan dan setampan dia.
"Ini mas, bannya bocor" jawab ku singkat.
"Yaudah nebeng saya aja, motornya mba diambil sama bengkel kenalan saya nanti" kata dia santai. Lah aku mau nolak atau gimana ya?. Bingung.
"Mba?, kita kan sudah saling kenal. Jadi jangan sungkan" kata dia dengan tersenyum dan ternyata dia masih mengingat aku.
"Iya mas saya mau. Kita nunggu bengkelnya mas? Atau gimana?" Tanya ku bingung, aku juga nggak mau asal menitip motor ini.
"Iya kita tunggu ya bengkelnya dulu" katanya dengan tersenyum.
Akhirnya aku nurut saja dan mengangguk. Kami menunggu jemputan dari bengkel itu di dalam mobilnya. Dan sesekali aku mengecek motorku itu..
Dan tak lama menunggu, datanglah bengkel kenalan dirinya dan aku memberikan kunci motor ku pada orang bengkel itu.
"Nitip ya pak" kata beliau dengan sopan.
"Baik mas" jawab bapak ini dengan ramah. Kemudian aku langsung masuk ke mobil dan duduk di sebelah mas2 ini.
Setelah memasang seatbelt, mobil melaju menuju rumahku.
"Kuliah dimana?" tanya mas2 ini.
"Di Universitas Peradaban" jawabku singkat.
"Oh begitu. Apa kamu kenal dengan Melia?" tanyanya padaku.
"Oh Melia, iya aku mengenalnya, dia rekan ku saat menjadi asprak" jawabku dengan santai. Dan ternyata hujan turun.
"Wah hebat, kamu asprak. Melia itu sepupu saya, setelah S1 kamu mau lanjut apa?" tanya dia mulai kepo namun tetap fokus menyetir mobil.
"Insya Allah S2 dulu setelah itu baru profesi" jawabku apa adanya.
"Semoga berhasil ya, hmm gimana kalau kita bicara santai aja. Panggil nama aja ya" katanya dengan santai.
Masya Allah senyumnya bikin aku melting deh. Tapi, jangan termakan pesonanya Ra. Kamu harus fokus, bisa aja dia cuma modus doang.
"Kalian tahu? Bertemu orang baru merupakan cara kita beradaptasi"
-Azzahra Wijaya-
*Ara pov end*
-Bersambung-
Hei guys!
Jangan lupa vote ya dan like
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments