Langit sudah mulai gelap dengan warna jingga yang mulai mendominasi, sang Surya pun mulai terbenam di ufuk barat pertanda hari akan segera malam. Dingin mulai merasuk, hawa ibukota memang tengah tak menentu belakangan terakhir. Seorang wanita cantik tengah berdiri di depan gedung pencakar langit yang merupakan kantornya sendiri.
"Dingin banget, lupa bawa jaket." Ujar Tasya sembari mengusap lengannya yang mulai dingin karena blazernya hanya berlengan hingga siku saja.
Tin..
Sebuah mobil hitam mengklakson tepat di hadapan Tasya, ia kira itu mobil milik Monica yang sudah dalam perjalanan menjemputnya. Tetapi ternyata saat jendela mobil dibuka, nampaklah seorang pria tampan di dalam mobil yang tersenyum ramah.
"Eh, Bapak saya kira teman saya." Tasya tersenyum kikuk.
"Kamu masih belum pulang?" Ujar Bintang dari dalam mobil.
"Ehm, belum Pak, sepertinya teman saya sibuk makanya tidak bisa menjemput." Tasya mengumpati mulutnya yang bisa-bisanya berkata hal dusta, padahal Monica sudah bilang hendak menjemputnya.
"Apa mau pulang sekarang?" Tanya Bintang lagi yang benar-benar tidak peka. Tasya mengutuk dalam hati atas ketidakpekaan pria yang merupakan targetnya itu.
Tahun depan! Pake nanya lagi ini orang!
"I..iya Pak." Sahutnya berharap Bintang akan segera menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil pria itu.
"Ya sudah masuk." Bintang berbicara pada Tasya setelah beberapa menit menatap layar gawainya. Dengan antusiasme Tasya membuka pintu mobil Bintang yang membuat lelaki tampan itu menyeringit heran.
"Ayo jalan Pak. Rumah saya di jalan Taman Indah nomor 17 gerbang warna hitam."
"Jalan kemana?" Tanya Bintang heran.
"Ya ke rumah saya lah Pak!" Sahut Tasya merotasi mata jengah.
Masa iya jalan ke surga!
"Loh, yang suruh kamu masuk mobil saya siapa?" Tanya Bintang penuh keheranan menatap gadis di hadapannya yang juga mengerut heran.
"Maksud Bapak?"
Ya iyalah gue masuk mobil ini, masa iya gue masuk hutan terlarang!
"Maksud saya, kamu masuk mobil taksi yang ada di belakang mobil saya. Itu sudah saya order untuk kamu, silahkan."
Jedarrrr!
Tasya malu bukan main, bahkan ia tidak tahu lagi dimana harus menaruh wajahnya. Kedua pipinya memanas memunculkan rona merah saking malunya, karena tindakannya sendiri yang berpikir bahwa Bintang dengan baik hati akan mengantarkan dirinya pulang. Bukannya malah memesan taksi online, kalau itu Tasya bahkan bisa memesannya sendiri.
Sial! Bintang kejoraaaa, kalau ini gue bisa pesan sendiri, Lo pikir hape gue jadul sampe pesenin taksi segala! Modus berujung mampus ini mah!
Tasya menggaruk tengkuknya beranjak hendak turun dari mobil Bintang, ia bahkan merasa sangat malu hanya sekedar untuk menoleh dan berpamitan pada Bintang. Pria yang menjadi lawan bicara Tasya itu hanya geleng-geleng kepala, ia baru melihat wanita sejenis Tasya yang menurutnya sedikit berlebihan.
⭐
⭐
Bintang yang baru saja hendak mengistirahatkan dirinya kembali harus membuka pintu rumah ketika mendengar bel rumah berbunyi nyaring. Ia menghela nafas, belum selesai rasa penatnya sudah ada saja orang yang bertamu. Selepas menunaikan sholat, Bintang memang sudah berencana hendak istirahat dari rasa penatnya seharian bekerja.
"Waalaikumsalam."
"Selamat malam, Pak Bintang."
Alis bintang merengut heran, Tasya? Hendak apa wanita itu mengunjungi rumahnya malam-malam dan lagi darimana wanita itu tahu rumahnya? Bukannya mempersilahkan masuk, Bintang justru melamun hingga suara Tasya berhasil menyadarkan pria itu dari lamunannya.
"Malam, ada apa ya? Duduk di sini saja ya, tidak enak dilihat tetangga kalau cuma berdua di dalam rumah." Tasya mengangguk setuju segera duduk di kursi yang ada di teras rumah Bintang, rumah dengan design modern namun masih tetap berkesan sederhana.
"Jadi?"
"Jadi begini Pak, tas saya ketinggalan di mobil Bapak sepertinya. Jadi tadi saya membayar taksi menggunakan anting saya, nah kedatangan saya kemari untuk mengambil tas saya." Ucap Tasya mengusap-usap tangannya yang terasa begitu dingin, apalagi kakinya yang hanya tertutup rok span selutut. Wanita itu tidak kuat menahan dingin, karena dia mengidap penyakit asma yang akan kambuh jika terkena suhu dingin.
"Loh kamu membayar pada taksi tadi?" Tasya mengangguk kembali.
"Padahal sudah saya bayar lewat aplikasi."
Mampus! Kena tipu kan gue? Bodoh Lo Tasya, bukannya nanya dulu malah main bayar gitu aja! Mana itu anting pemberian mamah kemarin, bisa ditabok mamah nih gue!
"Saya nggak tau Pak, saya kira Bapak belum bayar. Waduh gimana ini?"
"Ya nggak gimana-gimana udah, ayo ikut saya."
"Kemana Pak?"
"Ya ke garasi lah ngambil tas kamu di mobil, masa iya ke rumah tetangga!"
"Iya siapa tau Bapak ngajak saya ke pelaminan!"
Mulut sialan!
Bintang tidak menghiraukan hanya fokus untuk membuka pintu garasinya. Ia segera memberikan tas milik Tasya yang ternyata terjatuh tergeletak di bawah headboard mobilnya.
"Ini tas kamu."
"I..iya Pak." Suara gadis cantik itu terdengar gemetar dan samar-samar tidak jelas. Lantas Bintang segera membawa Tasya kembali duduk dan memberikan segelas teh hangat untuk wanita itu.
"Kamu kenapa?"
"Sa..saya.."
Grep!
⭐
⭐
Vote like and komennya ya say...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments