Pagi hari tiba disuguhkan dengan pemandangan padatnya jalan raya Ibu kota, banyak kendaraan bermotor berlalu-lalang. Bintang yang tengah berada di ruangannya bersama Pak Sundoko, keduanya tengah disibukkan oleh pekerjaan masing-masing. Semakin hari, pekerjaan di kantor semakin banyak mendekati akhir tahun klien justru semakin bertambah.
"Bin, sebentar lagi akan ada seorang asisten baru yang akan membantu pekerjaan kamu." Ujar Pak Sundoko, sontak Bintang pun terheran. Ia merasa mampu mengerjakan semua pekerjaannya, lalu untuk apa asisten baru? Pikirnya keheranan.
Melihat alis Bintang yang terangkat dan dahinya yang berkerut, Pak Sundoko pun menjelaskan alasannya merekrut pekerja baru sebagai asisten keduanya yang akan membantu pekerjaannya dan Bintang.
"Tapi Pak, sepertinya kita tidak membutuhkan tenaga kerja baru untuk saat ini." Bintang melontarkan jawabannya.
"Jadi begini Bin, saya akan pindah sementara ke kantor cabang yang bermasalah di luar kota untuk beberapa bulan ke depan. Jadi posisi manager saya serahkan sama kamu dan akan ada pegawai baru yang nantinya akan menjadi asisten kamu." Ucap Pak Sundoko yang hanya diangguki oleh Bintang.
"Tetapi kenapa kabarnya mendadak, Pak?"
"Saya baru mendapat laporan dari CEO. Jadi tolong kamu buat pegawai baru kita itu senyaman mungkin ya, seperti saya yang selalu membuat kamu senyaman mungkin bekerja dengan saya." Pak Sundoko berdiri menghampiri Bintang seraya menepuk pelan bahu Bintang.
"Insyaallah, Pak." Sahutnya.
⭐
⭐
"Selamat pagi."
"Pagi." Bintang menoleh ke arah seseorang yang baru saja memasuki ruangannya yang ia ketahui sebagai pegawai baru itu. Seorang wanita cantik berpenampilan anggun, rok span selutut dipadukan dengan blazer berwarna krem dengan dalaman tangtop hitam yang menampakkan jelas tonjolan dadanya dan juga dada putih mulusnya.
Reflek Bintang tersenyum dan segera mengalihkan pandangannya dari pegawai baru itu.
"Ehm, apa benar ini dengan Bapak Bintang Hadijaya?" Tanya Tasya sengaja mendominasi suasana agar tidak canggung.
Lumayan sih, lebih ganteng dari fotonya. Aku pikir foto itu pake efek, ternyata pikiranku aja yang jelek.
"Ya benar, silahkan perkenalkan diri kamu." Bintang menyahuti tanpa mengarahkan pandangan matanya ke arah Tasya. Hingga wanita itupun heran, apa sebegitu jeleknya dirinya hingga Bintang tak mau menatapnya? Atau penampilannya kurang menarik? Ia sengaja berpenampilan semenarik mungkin pagi ini hanya demi menarik perhatian pria itu.
Bayangkan saja, Tasya bahkan rela merombak penampilan sehari-harinya. Entah setan apa yang merasukinya hingga hatinya begitu tergugah untuk merebut perhatian pria bernama Bintang itu.
"Saya Tasya, usia 25 tahun, hobi memasak, rumah saya.." Tasya berhenti berbicara karena Bintang izin untuk mengangkat telfon sebentar.
Kok gue ngerasa dia aneh ya? Masa GGA sih, ganteng-ganteng aneh? Daritadi gue ngomong ngga ditatap, apa dia sengaja acuh sama gue? Seumur-umur baru kali ini sih nemu spesies kaya dia. Semangat Tasya! Lo pasti bisa, jangan sampe diketawain sama Monica!
"Maaf ya, silahkan." Bintang kembali duduk di kursinya selepas mengangkat panggilan entah dari siapa.
"Nama Saya Tasya, usia 25 tahun."
"Baiklah, tempat kamu di sana silahkan kerjakan apa yang seharusnya." Tasya mengangguk segera menuju ke meja tepat berada di seberang meja Bintang, mungkin hanya berjarak tiga meter saja.
Bintang berdiri sejenak, melangkah menuju pintu. Dan Tasya terheran kala pria itu justru membiarkan pintu terbuka dan terlihat beberapa orang karyawan yang berlalu lalang.
"Maaf Pak, kok dibuka ya?" Tasya yang merasa kurang nyaman melihat pintu terbuka akhirnya memutuskan untuk bertanya.
"Biar tidak terjadi fitnah!"
Duar.
Fitnah? Emang Lo pikir gue mau ngapain Lo?
Setelahnya Bintang tidak lagi bersuara, sibuk berkutat dengan setumpuk berkas yang ada di mejanya. Berbeda dengan Tasya yang diam-diam justru mengamati gerak-gerik Bintang, seolah mencoba untuk memahami karakter seorang Bintang.
.
Beberapa menit telah berlalu, Tasya merasa bosan. Ia memutuskan untuk mencoba mengobrol dengan Bintang saat waktu istirahat telah tiba. Tasya mendekat membawa sebuah kotak makan bersamanya, Bintang terlihat masih tidak memperhatikan dirinya sama sekali.
"Ehm, Pak?"
"Pak?"
Budeg!
"Pak Bintang??" Kali ini Tasya meninggikan sedikit intonasi suaranya setelah dua kali memanggil tetapi tidak dihiraukan lelaki itu.
Ga manggil di telepon, manggil langsung juga dicuekin. Ini orang budeg apa sengaja sih? Untung gue manusia, kalau gue malaikat udah gue cabut nyawa nih orang! Ya masa dia nyuekin panggilan malaikat!
"Eh ya? Ada apa Tasya?"
"Bapak mau makan bareng sama saya." Tawar Tasya.
"Maaf ya, saya nggak bisa." Tolak Bintang secara sopan dengan tutur kata yang santun. Penolakan Bintang tak membuat Tasya menyerah, wanita itu kembali mencari akal agar Bintang mau makan bersamanya.
"Yahhh, saya terlanjur bawa banyak nih Pak. Sayang dong kalau nggak ada yang makan, saya mana sanggup makan segini banyak." Ujar Tasya kecewa, raut wajahnya meredup. Tetapi hal itu tidak membuat Bintang mengiyakan permintaan Tasya, pria itu masih kekeh menolak.
"Terimakasih ya Tasya, tapi maaf saya nggak bisa. Kamu bisa berbagi sama teman-teman yang lain."
Ditolak lagi? Wah udah turun berapa derajat nih harga diri gue?
"Saya buang aja deh Pak."
"Jangan, saya mau."
Yesss! Dasar jual mahal, udah enak ditawarin makan gratis juga! Gue kepret juga Lo ya?!
"Beneran nih Pak?"
"Iya, mubadzir buang makanan yang masih layak dimakan."
"Bentar ya Pak, saya ambil kursi dulu." Tanpa menghiraukan panggilan Bintang, Tasya segera mengacir mengambil kursinya dan memindahkan tepat di sebelah kursi bintang dengan sebuah meja lipat yang sengaja ia bawa.
.
.
Bintang memakan makanan yang telah Tasya siapkan di sebuah piring. Walau mereka makan di piring masing-masing tetapi setidaknya misi Tasya sudah ada sedikit kemajuan.
"Pak, maaf ya." Tasya menyentuh bibir Bintang dimana terdapat sebutir nasi yang masih nangkring di sana. Bintang mendelik segera menjauhkan kepalanya, ia tiba-tiba saja merasa canggung.
"Kamu bisa bilang, saya bisa mengelap sendiri."
"Eh iya Pak."
Emang Lo bisa ngelap sendiri, gue aja pengin modus. Modus sedikit nggak papa kan? Daripada gue spaneng ditolak terus daritadi.
"Lain kali jangan bawa terlalu banyak jika memang kamu tidak sanggup menghabiskan."
Bawa lagi maksud lo? Enak aja Lo, makan gratisan mulu dong! Kerja bukannya tajir malah tekor gue ngasih makan anak orang tiap hari!
Tasya kikuk hanya mengangguk saja, walaupun dirinya ditegur tetapi rasa senang itu membuncah kala Bintang mau berbicara dengan menatapnya walaupun hanya beberapa detik saja.
⭐
⭐
...Kerja tambah tajir ❌...
...Kerja tambah tekor✔️...
Vote like and komennya ya say...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments