"Dev, Wil mungkin aku ngajak kalian ketemuan setelah sekian lama ini bukan hanya untuk kangen kangenan dan juga tanya kabar kalian tapi aku sebenarnya juga pingin banget ngomong serius sama kalian," ucap mama Aida dengan mode serius.
"Ada apa Da kok kayaknya serius gitu," ucap mama Devi.
"Sebenarnya saat kemarin aku ketemu kamu dan anak kamu di supermarket itu aku langsung merasa cocok sama anak kamu dan aku juga merasa seperti nya dia sangat cocok untuk Raka kamu tahu sendiri aku sekarang ini sedang mencarikan jodoh untuk anak ku itu karena usianya yang sudah kepala tiga," sahut mama Aida bicara serius sedangkan mama Devi dan papa Wildan hanya bisa mendengarkan.
"Iya, Wil, Dev. Istri ku kemarin bilang kalau dia merasa sangat cocok dengan anak mu meskipun aku sendiri juga tak tahu bagaimana rupanya tetapi jika penilaiannya suka maka aku jamin bahwa aku juga akan suka," lanjut papa Bagas.
"Maksudnya apa?" tanya papa Wildan yang masih belum paham.
"Jadi, aku dan istriku ingin meminta izin kalian untuk menjodohkan anak anak kita untuk ke tahap yang lebih serius," sahut papa Bagas.
"Apakah Vania sudah punya pacar?" tanya mama Aida spontan langsung mendapat gelengan dari mama Devi secara spontan juga.
"Bagus, bukannya itu akan lebih baik untuk keluarga kita karena bisa mempererat keluarga Pradipta dan juga Rasendriya Dev, Wil," sahut mama Aida meyakinkan sahabat-sahabatnya itu.
Mama Devi dan papa Wildan tampak sedang memikirkan ucapan sahabat sahabatnya itu, bagaimana pun itu adalah tentang masa depan sang anak tapi jika di lihat dari Vania sendiri seperti nya anak itu jika di biarkan saja mungkin akan terus menjomblo seumur hidupnya karena seperti tak tertarik akan sebuah pernikahan.
"Aku akan coba untuk membicarakannya dengan istri dan juga anakku karena bagaimana pun nantinya yang menjalankan rumah tangga adalah anak ku bukan aku kalau memang dia setuju maka aku dan Devi juga akan setuju akan perjodohan ini." tutur papa Wildan memberikan jawaban yang sangat melegakan hati mama Aida meskipun belum seratus persen terjawab tetapi sepertinya akan mendapat jawaban yang memuaskan nantinya.
Setelah itu mereka pun berbincang-bincang lagi hingga waktu untuk berpisah pun terjadi, mama Devi dan papa Wildan sudah pulang terlebih dahulu menyisakan mama Aida dan papa Bagas.
"Pa, semoga aja Vania mau ya." ucap mama Aida.
"Iya, semoga saja ma."
Setelah itu mereka pun juga pergi dan ingin segera mengatakan hal ini kepada Raka agar Raka bisa bersiap saat nanti jawaban dari Vania sudah di dapatkan mereka akan langsung melamar dan menikahkan mereka, mama Aida tidak akan lama lama jika jawaban sudah di dapatkan.
Sampai di mansion mama Aida langsung menunggu kedatangan Raka yang ternyata belum pulang dari rumah sakit, tak lama untungnya Raka kembali.
"Raka kamu buruan sana mandi terus nanti turun ke bawah ya papa dan mama ada kabar buat kamu," sahut mama Aida.
Raka pun menuruti saja dan segera mandi karena tubuhnya memang sudah sangat capek dan berkeringat.
Selang beberapa lama setelah di rasa segar Raka pun turun ke bawah dengan kaos oblong dan juga celana pendek membuat kesan santai.
"Ada apa ma?" tanya Raka to the point karena dia tahu kalau mama nya ini pasti akan berbicara hal yang tidak tidak.
"Sayang, duduk dulu." Raka pun segera duduk.
"Ada apa ma?" ulangnya lagi.
"Raka, kamu kan tahu mama sama papa ini sudah tua dan tidak bisa terus menjaga kamu jadi papa dan mama sudah mencarikan jodoh yang tepat buat kamu," ucap mama Aida.
"Maksud mama apaan sih?" tanya Raka mencoba mengerti ucapan sang mama.
"Jadi mama sama papa bakalan jodohin kamu sayang, gimana kamu setuju kan?!"
"Enggak!" jawab Raka singkat padat jelas.
"Raka mama mohon untuk kali ini saja ya, mama tahu kalau kamu khawatir nanti perempuannya bukan orang baik tapi kamu tenang aja ceweknya ini anak dari sahabat mama kok jadi mama bisa jamin seratus persen kalau dia anak baik baik sayang," jelas mama Aida.
Raka seperti sedang mendapat kabar buruk karena bagaimana bisa dia harus di jodohin sama mamanya sendiri dengan wanita yang sama sekali Raka tidak kenal.
"Pa!" adu Raka namun sayang sang papa malah mendukung aksi mamanya.
"Raka, apa yang di katakan mamamu itu benar. Sudah saatnya kamu itu memiliki pendamping hidup, asal kamu tahu Danar temen kecil kamu itu udah menikah dan sekarang sedang menunggu kelahiran anaknya aja," sahut papa Bagas.
"Apa! Danar udah menikah kok dia gak bilang?"
"Ya mungkin karena sudah lama gak kontaknya jadi lupa kali," sahut papa Bagas.
"Raka papa mohon kamu pilih sesuatu yang nyaman buat kamu, tapi kamu juga harus ingat usia kamu boleh panjang tapi usia papa dan mama tidak bisa di prediksi Ka, iya kalau besok masih nafas lah kalau enggak gimana! Ya sudah kalau gitu papa sama mama ke kamar dulu," pamit papa Bagas setelah mengatakan panjang kali lebar sambil menepuk bahu sang anak agar memikirkan matang-matang keputusannya.
Raka pun memikirkannya semalaman untuk mencari jawaban hang pas buatnya yaitu menerima tawar sang mama dan papa atau tidak.
Pagi harinya saat di meja makan semua tampak diam menunggu keputusan yang di buat oleh Raka.
"Pa, ma." panggilnya.
"Iya, ada apa?" tanya mama Aida yang sok terkejut padahal sangat menunggu jawaban Raka.
"Raka setuju buat menerima perjodohan ini," sahut Raka setelah memikirkan panjang kemarin malam.
"Yeyyyy!" sorak gembira mama Aida.
"Oke, kalau gitu secepatnya kita bakalan ke rumah wanita itu ya," ucap mama dan di angguki oleh Raka dan juga papa Bagas.
Raka yakin dengan pilihan mamanya yang tidak akan pernah salah memilihkan jodoh untuknya karena dia juga sudah malas untuk mencari jodoh yang tepat karena banyak wanita yang hanya mengincar hartanya saja dan juga ketampanan namun seringkali Raka tak nyaman dengan mereka.
Sedangkan di ruang Vania mama Devi dan papa Wildan memang tak langsung memberitahu Vania malam hari kemarin tetapi berencana untuk mengatakannya di meja makan sekarang ini yang juga ada kak Danar dan sang istri.
"Vania," panggil mama Devi.
"Iya, ma."
"Papa mau ngomong!"
"Ada apa pa?"
"Loh mama kok malah lempar ke papa sih," protes papa Wildan.
"Ada apa sih?" tanya kak Danar yang juga merasa bingung.
"Sebenarnya kemarin malam papa sama mama ketemu sama sahabat lama kami yaitu tante Aida dan suami," jeda papa Wildan.
"Tante Aida dan Om Bagas?!" ucap kak Danar.
"Iya, mereka kemarin juga meminta izin untuk menjodohkan Vania dengan anaknya," lanjut papa Wildan membuat Vania membuatkan matanya.
"Apa maksud papa?!"
Papa pun menjelaskan semuanya bahkan mama Devi juga ikut membantu menjelaskan kepada sang anak tentang kejadian kemarin.
"Enggak, Vania udah besar ma pa dan juga ini bukan lagi jamannya Siti Nurbayan jadi Vania gak mau di jodoh jodoh in gak jelas kayak gitu, Vania berangkat dulu." tolaknya kemudian pergi meninggalkan meja makan dan menyalakan motor Scoopy nya untuk pergi bekerja.
"Pa, ini gimana?"
"Udah mama tenang aja, Vania tadi cuma syok aja kok tapi apa yakin dia pasti bakalan terima."
"Pa, ma jangan bilang kalau yang mau di jodohin sama adek itu Raka," terka Danar yang sialnya lagi benar.
"Iya, nar. Dia adalah raka temen kamu kecil dulu." balas mama.
"Wahh kalau jadi berarti aku kakaknya Raka dong!" sahut Danar dengan senangnya.
"Danar akan bantu sebisanya pa, ma." ucap Danar mencoba membujuk sang adik karena dia tahu kalau Raka adalah orang yang baik walau pun sikapnya sangat dingin dan cuek kepada orang luar tapi yakinlah kalau sudah mengenalnya maka semua pandangan orang tentangnya akan sangat berbeda.
.
.
Bersambung..........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
sri afrilinda
sampai disini suka sama ceritanya...😍
2024-07-05
0
Maritza Hanan
lanjut
2022-05-14
0
NANAHARA YUI
Semangat Sem-pai 😁
2022-05-05
0