Selang beberapa saat kemudian, pasangan itu tiba di kediaman mereka.
"Ah, kirain setelah Adelia menikah nanti, kita bisa ikut menikmati kekayaan Tuan Daniel. Eh, ternyata," kesal Pak Adi sambil membanting pintu mobil bututnya yang sudah berusia puluhan tahun tersebut.
"Iya, benar. Ibu pun berpikir begitu. Ya, paling tidak kita bisa pindah ke komplek perumahan yang lebih bagus dan mengganti si butut ini!" sambung Bu Ida sembari menepuk mobil butut milik Pak Adi.
Pasangan itu masuk ke dalam sebuah rumah minimalis berwarna cream tersebut kemudian duduk bersantai di ruang depan untuk sejenak. Selain untuk melepaskan penat, mereka juga mencoba merehatkan pikiran kusut mereka.
"Ibu benar-benar pusing. Padahal sebelum bertemu Tuan Daniel, Ibu merasa sangat lapar dan sekarang, jangankan lapar, rasa hausku pun rasa sirna setelah melihat kemarahan lelaki itu," keluh Bu Ida sambil menyandarkan tubuhnya di sofa yang ada di ruangan tersebut.
Sedangkan Pak Adi hanya diam. Ia menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan kosong menerawang. Ia benar-benar pusing dan bingung dengan masalah yang sedang dihadapi oleh keluarganya saat ini.
Tidak berselang lama, terdengar suara sepeda yang sedang diparkirkan di halaman depan rumah mereka yang berukuran kecil tersebut. Bu Ida dan Pak Adi saling pandang dengan pikiran masing-masing. Setelah beberapa saat, mereka pun saling melempar senyum.
"Kamu dengar itu, Yah? Sepertinya Dania sudah datang," ucap Bu Ida sambil tersenyum semringah menatap Pak Adi.
"Kamu benar, Bu. Sebaiknya kita tunggu dia masuk kemudian kita ajak dia bicara," jawab Pak Adi dengan wajah penuh harap. Ya, saat ini harapan satu-satunya terletak pada Dania. Jika seandainya mereka tidak berhasil menemukan Adelia.
Terdengar suara drap langkah kecil dan pelan dari teras luar dan akhirnya seorang gadis cantik dengan wajah teduh, masuk ke dalam rumah mereka. Gadis itu tersenyum ketika mengetahui bahwa Ayah dan Ibunya sedang duduk di ruangan tersebut.
"Ayah, Ibu," sapa gadis itu sembari menghampiri kedua orang tua tersebut. Tidak lupa, ia juga menyalami dan mencium punggung tangan mereka.
"Oh ya, Dania. Duduklah sebentar, ada yang ingin Ayah dan Ibu bicarakan kepadamu," ucap Bu Ida sambil tersenyum lebar menatap gadis itu.
"Baiklah," sahut Dania yang kemudian duduk tepat di hadapan kedua orang tua tersebut dan masih dengan senyuman hangatnya yang teduh.
Pak Adi menghembuskan napas berat sebelum ia mulai membuka perbincangan mereka saat itu.
"Begini, Dania sayang. Saat ini Ayah dan Ibu benar-benar membutuhkan bantuanmu. Kami sudah tidak tahu harus bagaimana lagi. Karena yang mampu menolong kami saat ini hanya kamu, Dania sayang," lirih Pak Adi yang kini memasang wajah penuh harap di hadapan Dania.
Dania terdiam untuk sesaat sambil terus memperhatikan ekspresi Ayah dan Ibunya. Ibu tiri lebih tepatnya. Ya, Bu Ida adalah Ibu tiri Dania sedangkan Pak Adi adalah Ayah kandungnya. Sedangkan Adelia sendiri adalah anak kandung Bu Ida dari mendiang suaminya terdahulu.
"Selama Dania sanggup, dengan senang hati pasti akan Dania bantu, Yah, Bu," jawab gadis itu.
Jawaban yang diberikan oleh Dania membuat Bu Ida dan Pak Adi senang. Mereka saling tatap dan melemparkan senyum satu sama lain.
"Ah, Ayah senang mendengarnya. Benar 'kan, Bu?" ucap Pak Adi dengan senyum semringah.
"Ya, itu benar, Dania." Bu Ida pun ikut melemparkan senyuman hangatnya kepada Dania. Padahal jarang-jarang wanita paruh baya itu tersenyum. Malah sebaliknya, Bu Ida tidak pernah menampakkan wajah ramah kepada Dania sebelumnya.
"Memangnya bantuan seperti apa yang harus Dania berikan kepada kalian, Yah?" tanya Dania heran.
"Dania sayang, kamu sudah tahu 'kan bahwa Adelia nekat kabur dari rumah sejak beberapa hari yang lalu. Nah, saat ini Tuan Daniel sangat marah. Lelaki itu bahkan sudah mengancam Ayah dan Ibu. Jika kita tidak bisa menemukan Adelia, itu artinya kita harus mengganti seluruh kerugian Tuan Daniel sepuluh kali lipat! Bayangkan itu, Dania. Sepuluh kali lipat," tutur Pak Adi dengan wajah kusutnya.
Lagi-lagi Dania terdiam. Terlihat gadis itu tengah berpikir keras, memikirkan ucapan Sang Ayah barusan. Sekarang bukan hanya Bu Ida dan Pak Adi yang saat ini dilanda kecemasan, bahkan dirinya pun ikut cemas. Dari mana mereka bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Sedangkan pekerjaan Pak Adi yang hanya seorang Pemborong Bangunan.
Dania yakin, biaya yang dikeluarkan oleh Tuan Daniel tidaklah sedikit untuk mempersiapkan pernikahannya bersama Adelia dan sekarang mereka harus menggantinya dengan biaya yang di luar nalar, sepuluh kali lipat.
"Lalu, apa yang harus Dania lakukan?" tanya Dania dengan alis yang saling bertautan.
"Dania, jika kami tidak berhasil menemukan Adelia, bisakah kamu menggantikan posisi kakakmu dan menikah dengan Tuan Daniel?" tanya Pak Adi dengan wajah penuh harap menatap putri semata wayangnya itu.
"Apa? Menggantikan posisi Kak Adel?" pekik Dania. "Tapi, apa menurut kalian Tuan Daniel akan setuju? Secara aku ...." Dania memperhatikan penampilannya saat itu dan ia sadar bahwa dirinya tidak layak menggantikan posisi Adelia secara Adelia itu cantik, modis dan pandai bersolek.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Rita Indrawati
nyimak dulu ya
2024-07-07
0
Efvi Ulyaniek
menarik
2024-01-14
0
Gagas Permadi
masih nyimak hadir
2024-01-10
0