Perang Dunia

Perusahan Dara dan Rani saling bersebrangan, selain saling berhadapan dua perusahan itu saling bersaing satu dengan yang lain, demi menjadi yang terbaik.

Persaingan perusahan membuat hubungan Dara dan Rani semakin menjauh, meski sejak SMA mereka sudah saling bersiteru karena masalah laki-laki kini saat dewasa permusuhan mereka semakin di perparah dengan tuntutan pekerjaan masing-masing yang membuat mereka berdua harus bersaing

“lebih baik Ana gagal berkencan sebelas kali, daripada dirimu gagal berumah tangga empat kali atau kau mau memecahkan rekor Ana? Bergonta ganti pasangan sudah seperti...” Rani memblas ejekan Dara, tidak kalah ketusnya

“Kau!” Dara ingin menghampiri Rani mengajak ribut tapi Ana mencegahnya

“Kau ingin istirahat juga kan? Pergilah cari tempat duduk dan pesan makananmu, lalu makan dengan diam” berbeda dengan Rani, Ana lebih memilih meladeni Dara dengan tenang karena ia tahu sekarang mereka berada di tempat umum lebih tepatnya di area perusahan mereka

Ana tidak ingin Rani ataupun Dara terkena masalah di perusahannya hanya gara-gara dendam pribadi

“kenapa kau mengusir ku? kita kan teman satu kelas tidak kah kau memberiku ucapan selamat?” Rani duduk di salah satu kursi di meja Rani Dan Ana

“Selamat?” tanya Ana dengan bingung

“Ya, selamat karena perusahan ku telah menang project besar karena kecerdasanku dan mengalahkan perusahan milik Rani! ” sombong Dara

"Ran, jadi kau cerita kalah tender tadi, kalah dengan Dara?" tanya Ana memastikan dan di jawab anggukan pelan oleh Rani

“kenapa kau senang sekali mencampuri urusan orang lain? Urusi saja urusan mu” kesal Rani mencoba membendung emosinya

“Hahaha... kau marah ya? Karena kalah tender?”

“Kau!”

“Rani! Tenang... disini ada Akira” Ana memperingatkan Rani agar tidak main tangan, cek cok mulut saja sudah menarik perhatian pengunjung lain apalagi mau baku hantam di tambah di sana ada Akira yang sedang tertidur bagaimana jika ia terbangun dan melihat ibunya sedang berantem?

“Iya..Rani sayang kau harus mendengarkan sahabat baik mu itu” ejek Dara membuat Rani meradang dan tidak bisa membendung lagi amarahnya

Rani sudah tidak bisa membendung amarahnya, ia meraih rambut Dara dan menariknya dengan kencang. Ana yang melihat itu terkejut dan beruaha untuk membantu memisahkan mereka tapi sialnya, Rambunya yang kribo dengan mudah sekali dijambak oleh Dara. Akhirnya terjadilah perkelahian tiga wanita sebaya itu dengan garannya, saling jambak-menjambak rambut

Taman Kota

Rani dan Ana berada di taman kota, setelah pertarungan tadi mereka menenagkan diri sambil mengobati luka bekas pertarungan tadi di wajah masing-masing

"pantas saja Akira sering berkelahi dengan teman sejelasnya, ibunya saja bar-bar begitu" ucap Ana sambil memutar-mutarkan telur di pelipisnya yang terkena bogem mentah Dara

"bukan aku yang bar bar, Dia aja yang mulai duluan " elak Rani

"Akira, sayang apa yang kamu lihat tadi tidak boleh kamu tiru ya" Ana berbicara halus agar adegan kurang etis tadi tidak ditiru

"i-iya tante.. " Akira mengangguk patuh

"tenang saja, Anak ku sudah tahu mana yang benar dan mana yang salah"

"dari mana kau tahu? dia memukuli temen sekelasnya itu karena mengikuti mu!"

"Apa? mengikuti ku? "

"dia melihat video silat yang ada di ponsel mu dan mempraktekkannya kepada temen sekolahnya"

"APA?!! "

"Lain kali kau harus berhati-hati, di rumah mu itu ada anak kecil yang harus ada pengawasan orang dewasa"

"Akira sayang, kau tidak boleh melihat-lihat ponsel Mama tanpa sepengetahuan Mama... " Rani memeluk, penyemangatnya itu dengan penuh kasih

"lalu bagaimana dengan permintaan ku tadi? "

"permintaan? permintaan apa? " tanya Rani lupa apa yang di maksud Ana

"pekerjaan, carikan pekerjaan di kantor mu! sebagai office gilrs juga tidak apa-apa"

"Ist..., memangnya aku ini teman apaan? masak membiarkan sahabat sendiri kerja sebagai office gilrs"

"kata mu tidak ada lowongan pekerjaan untuk ku"

"Ck, tenang saja. pokoknya besok pagi kau datang saja ke kantor ku"

"yang bener? "

"hem"

"terimakasih bestie" Ana memeluk Rani dengan erat sampai melupakan Akira yang tergencet di antara mereka berdua

"tante.. tante... Akira tidak bisa bernafas"

"ohh... maaf sayang, tante terlalu senang sampai lupa Akira ada di bawah" Ana mencubit gemas pipi gemul Akira

Pagi harinya

keluaraga Ana sedang sarapan pagi bersama namun berbeda dengan sarapan pagi seperti biasanya karena hari ini Ana mengunakan pakaian rapi sekaligus kacamata hitam saat sarapan. membuat Mama Iren dan Lyla saling memandang heran

Pertarungan kemarin membuat wajah Ana terkena cakaran dan bogem mentah di matanya, membuat salah satu matanya membiru dan bengkak.

Tidak ingin keluarganya tahu Ana sengaja mengunkan kacamata hitam besar yang hampir menutupi seperempat wajahnya untuk menutupi memar dan bekas cakaran

“Apa kakak bisa melihat dengan kacamata hitam seperti itu?” tanya Lyla pada akhirnya

“aku baru sakit mata dan takut menularkan kepada kalian”

"istt... " mendengar kata menular Lyla langsung pindah tempat duduk, ia tidak ingin duduk bersebelahan dengan Ana

“Lalu kenapa kua memakai baju rapi? Apa kau ingin pergi?” tanya Mama Iren

“Hari ini ada interview pekerjaan di perusahaan milik Rani”

"secepat itu? kaka me dapatkan pekerjaan?" Lyla heran, baru juga kemarin kakaknya itu disuruh mencari kerja langsung dapat saja

"baru interview belum diterima"

“bagus, semoga kau diterima dan cepat segera bertemu jodoh” doa Mama Iren

“Mama sebenarnya menyuruh aku cari pekerjaan atau jodoh sih?”

“dua-duanya” jawab Mama Iren enteng

“BTW kak, aku boleh pinjem tas yang di belikan mantan kencan kakak, ya?” mohon Lyla

“Jangan sentuh, kakak ingin mengembalikannya”

“Kalau ingin di kembalikan kenapa di bawa pulang? Lagi pula kakak memangnya tahu alamat pria itu? Kakak sendiri kan yang bilang kalau kalian tertukar teman kencan? Lebih baik barang itu aku pakai dari pada mubazir di taruh di dalam lemari”

“aku bilang jangan sentuh!”

“Kau itu pelit sekali dengan adik mu sendiri? Ku selalu meminjam barang barang milik Lyla tapi Lyla pinjam tas mu saja tidak boleh” bela Mama Iren

“Bukan tidak boleh ma, tapi itu bukan barang ku”

“Kau sendirikan yang bilang jika itu hadiah untuk mu, jadi mana mungkin barang itu bukan punya mu?”

“Tapi ma..”

“sudah, tidak adaa tapi-tapi, biarkan Lyla meminjam tas mu”

Jika Mama Iren sudah berbicara tegas seperti itu Ana tidak bisa membantah lagi, Lyla yang merasa menang karena mendapat pembelaan dari Mama Iren menjulurkan lidahnya mengejek Ana

“Kakak tenang saja, aku akan menjaga tas ini dengan baik “ ucap Lyla dengan senyum kemenangan

Terpopuler

Comments

Muhammad Dimas Prasetyo

Muhammad Dimas Prasetyo

semangat thorrr...lanjut cerita nya seru lucu lain daripada yg lain..

2022-04-17

4

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 95 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!