Bab 5

Gadis berambut panjang dengan gaya keriting gantung itu mendengus kesal didalam kamarnya. Sudah 1 minggu kebelakang ini, Gabriel, kekasihnya itu tidak ada kabar. Disekolah pun jarang terlihat. Jika biasanya Gabriel lah yang selalu menampakkan dirinya dihadapan Shilla, kini berganti menjadi hilang bagai ditelan bumi. Berbeda kelas memang menjadi penghalang, pikirnya. Dan hari ini adalah hari minggu. Ia sangat bosan dirumah karena hanya sendiri. Orang tua nya pergi entah kemana karena pekerjaan mereka yang menuntut waktu untuk kesana kemari tak tentu arah. Membuatnya seperti anak tunggal yang kekurangan kasih sayang. Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.

Shilla nampak berfikir sembari menatap langit-langit kamarnya. Lalu ia menyambar ponselnya dan menelepon seseorang untuk mengenyahkan fikiran buruknya pada Gabriel.

"Hallo Shill, kenapa?" tanya seseorang diseberang sana.

"Ehm Vi, lo tau nggak Gabriel kemana? Akhir-akhir ini dia nggak ada kabar. Gue kirim pesan atau telfon juga nggak ada jawaban." sedih Shilla. Ia memilin ujung bajunya sendiri.

"Coba nanti gue mampir kerumahnya ya, soalnya ini gue lagi mau ke rumah Alvin. Nanti gue tanya Alvin deh." ucap Sivia.

"Oke Vi, makasih ya."

Sambungan telepone terputus, dan lagi-lagi Shilla mendengus kesal. Tidak ada jawaban yang membuatnya bernafas lega. Menjalin hubungan selama bertahun-tahun membuatnya begitu mencintai Gabriel. Bahkan lebih dari dirinya sendiri. Semoga saja yang dicintai juga mencintai dirinya.

********

Sivia bergegas menuju mobilnya dan melaju kerumah Alvin.

Sesampainya dirumah Alvin, Sivia disambut hangat oleh asisten rumah tangga dirumah Alvin. Wanita paruh baya tersebut sudah lama juga mengenal Sivia karena gadis itu juga sering kali berkunjung kerumah Alvin.

"Alvinnya ada Bi?" tanya Sivia sopan.

"Ada Non, saya panggilkan dulu ya."

"Iya Bi." Bibi mempersilahkan Sivia untuk duduk diruang tamu yang besarnya melebihi kamar Bibi tersebut.

Tap..Tap..Tap..

Alvin datang menuruni tangga pelan dan langsung duduk didepan Sivia. Kedua sikunya bertumpu pada lututnya yang tertekuk itu.

"Kenapa Vi? Tumben lo hari minggu nggak ke pantai malah kesini." ucap Alvin.

"Gabriel kemana ya?" tanya Sivia. Sama sekali tidak menyambung dengan ucapan Alvin. Ia mengernyitkan dahinya sejenak.

"Pacarnya Gabriel kan Shilla, kenapa lo yang nyari?" heran Alvin.

"Tadi Shilla nelpon gue, katanya Gabriel nggak ada kabar 1 minggu ini. Disekolah juga Gabriel kayak ngehindari Shilla gitu. Padahal kan dia sering nongkrong ya sama lo. Kira-kira lo tau nggak sih Gabriel kenapa?"

"Gue nggak tau. Setiap gue sama Gabriel, dia banyak diamnya. Setiap gue nanya Shilla ke dia, dia juga jawabnya cuek gitu."

"Apa iya sih Gabriel selingkuh?" tuduh Sivia. Matanya sedikit berjuling membayangkan ulah Gabriel.

"Astaga Via! Lo kan tau Gabriel sama Shilla udah 3 Tahun ini pacaran. Masa sih Gabriel tega kayak gitu sama Shilla. Mereka bukan cuma sepasang kekasih, tapi sahabat juga." ucap Alvin menyadarkan Sivia.

"Atau, Gabriel menghindar karena dia punya penyakit mematikan kali Vin? Kayak disinetron-sinetron gitu, ngehindarin pacarnya biar pacarnya nggak sedih." Alvin semakin memelototkan matanya. Ia menyentil dahi Sivia dengan telunjuknya.

"Kebanyakan nonton sinetron lo Vi."

"Hehehehe" cengir Sivia.

"Lo berdua pagi-pagi udah pacaran aja." ucap Rio yang baru saja keluar dari kamar.

Sivia memperhatikan Rio dari bawah sampai atas. Kembali ke bawah lagi hingga ke atas lagi. Benar-benar rapi dan wangi. Tidak biasanya Rio berdandan seperti ini pada hari minggu. Pasti ada apa-apa, pikir Sivia.

"Mau kemana lo Rio?" tanya Sivia menyipitkan matanya, seolah memang ia sudah menaruh curiga pada Rio.

"Kepo lo." ucap Rio.

"Lo mau kerumah ify kan?" tebak Alvin, ia menjentikkan telunjuknya kearah Rio.

"Kok lo tau?" Rio mendengus kesal karena rencananya sudah diketahui oleh saudaranya tersebut.

"Gue juga tau kalo lo suka sama ify." ucap Alvin dan Sivia bersama. Lalu tertawa.

"Kayak Dilan aja lo berdua, sok tau isi hati orang."

"Hati lo kan batu Yo." celetuk Sivia, ia masih tertawa.

"Heh ngawur aja lo. Kalau hati gue batu, nggak mungkin gue suka sama Ify." Rio berjalan mengambil kunci mobilnya dan berlalu keluar. Samar-samar ia mendengar ucapan Alvin.

"Ati-ati Rio, ntar ify keburu diambil Dayat."

Rio segera berlari menuju mobilnya. Mendengar nama Dayat disebut membuat bulu kuduknya merinding. Entah setan apa yang Dayat bawa kemana-mana hingga membuat Rio yang tidak takut hantu jadi begidik sendiri.

********

Ify kembali bercermin untuk kesekian kalinya. Ini benar-benar mendebarkan, batin ify. Ia sama sekali tidak menyangka jika akhirnya, Rio akan mengajaknya berkencan untuk pertama kalinya. Dan juga, untuk pertama kalinya ia berkencan dengan seorang laki-laki.

Sekali lagi, ia tersenyum dan berjingkat-jingkat didepan cerminnya.

Tet..tet..tet..

Ify bergegas keluar rumah karena mendengar klakson mobil Rio.

Baru saja ia menuruni anak tangga, ia sudah disuguhkan pemandangan indah yaitu Rio yang mencium punggung tangan Umari untuk meminta izin membawa Ify keluar. Benar-benar membuat hati sang Ify Alyssa meleleh dibuatnya.

"Hati-hati ya kalian." pesan Umari.

"Siap Om, saya pergi dulu ya Om." ucap Rio sopan. ify hanya melambai sambil memamerkan senyum manisnya.

Didalam mobil mereka hanya diam. Ify yang sibuk menata detak jantungnya, dan Rio yang sibuk memikirkan kata-kata untuk mengungkapkan perasaannya.

Sudah 1 minggu ini Ify dekat dengan Dayat, dan itu membuat Rio benar-benar takut kehilangan Ify. Rupanya itu rencana Alvin agar Rio sadar akan perasaannya pada ify.

"Kita sampai." ucap Rio senang, terlihat dari nada bicaranya yang terdengar tidak biasa.

Ify melihat sekelilingnya. Rupanya ia dibawa kepuncak gunung yang hijau nan sejuk. Ia langsung turun dari mobilnya dan berlari lalu berteriak girang. Udara yang sejuk membuat anak rambutnya berjatuhan disisi kanan dan kirinya. Menghirup udara dalam-dalam hingga ia merasakan benar-benar hidup. Melepaskan penat dan sesak didada yang selama ini ia pendam.

"Gilaaaaa ini sejuk banget Rio!." ucapnya penuh penekanan.

"Lo suka?" tanya Rio menatap lekat bola mata ify.

"Iyalah gue suka." Ify terlihat bahagia sekali.

"Fy gue mau jujur sama lo." Rio seakan benar-benar tidak bercanda. Hembusan nafas beratnya terdengar berkali-kali. Pria dengan gingsul di gigi kirinya itu terlihat gugup sekali.

"Jujur apa?"

"Gue suka sama lo." akui Rio dalam sekali tarikan nafas. Setelah itu, ia menahan nafasnya beberapa detik. Mengulum bibirnya kedalam, sembari masih menatap lekat bola mata Ify.

Gadis yang sedari tadi sudah menahan detakan jantungnya, semakin menahannya lagi agar tidak terbatuk-batuk. Sungguh itu tidaklah mudah. Ingin menghindari kontak mata dengan Rio, namun tidak bisa. Mata indah milik Rio terlalu mematri hingga sayang sekali untuk tidak dipandangnya.

"Lo mau nggak jadi pacar gue?" lanjut Rio.

ify masih menatap lekat bola mata Rio. Ia benar-benar menemukan keseriusan dibola mata hitam pekat itu. Senyumnya mengembang begitu saja menatap wajah pemuda hitam manis dihadapannya ini.

"Iya, gue mau." ucap Ify memekik.

Rio tersenyum lebar lalu memeluk erat gadis pujaannya itu. Akhirnya, setelah 8 bulan mereka bertemu dan bersama, ify resmi juga menjadi kekasihnya.

Dari kejauhan, mereka diperhatikan oleh satu sosok yang menatapnya nanar. Melihat Rio dan ify berpelukan sangatlah membuat hatinya sakit.

"Kenapa lo bawa dia kesini juga?" batinnya pilu.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!