"Rio!" Ruang tamu disebuah rumah mewah seperti mansion itu terdengar menggema setelah Alvin meneriaki saudaranya yang tak kunjung keluar dari kamar. Padahal mereka sudah hampir telat pergi ke Sekolah pagi ini.
"Berisik lo!" Umpat Rio sambil menuruni anak tangga dengan sedikit berlari. Dipundaknya tersampir tas hitam yang membawakan buku-bukunya.
"Kalian nggak sarapan dulu?" tanya Manda dari meja makan tak jauh dari tempat Rio dan Alvin berada. Kepalanya sedikit melongok agar terlihat oleh kedua anaknya yang masih berdebat kecil.
"Nanti aja Ma disekolah." Pungkas Alvin kemudian menyeret Rio keluar menuju mobilnya berada.
Rio dan Alvin bergegas menuju SMA NURAGA untuk memulai aktivitasnya sebagai pelajar. 2 minggu libur setelah kenaikan kelas sudah mereka lewati dengan berlibur kepuncak bersama teman-temannya, juga keluarga kecilnya. Dan kini mereka sudah akan memulai hari baru dikelas 3 SMA.
"Alvin, Rio!"
Kedua pria tampan berbeda warna kulit itu menoleh saat namanya merasa terpanggil. Terlihat gadis pendek nan sedikit berisi berlari kecil disepanjang koridor menghampiri mereka yang sudah tepat didepan pintu kelas. Rambut panjangnya berayun kesana kemari seiring gerakannya yang berlari kecil.
"Kenapa Vi?" Tanya Alvin menatap lekat pada sang gadis.
"Kalian tau nggak sih, nanti itu ada murid baru dikelas kita. Katanya sih dari Bandung." Ucap Sivia bersemangat. Gadis itu selalu senang jika ada seorang murid baru yang smikut bergabung di SMA NURAGA. Barangkali mereka bisa menjadi teman akrab bukan?
"Nggak penting banget deh Via." Ucap Rio sambil berlalu masuk kedalam kelas. Mulutnya sedikit ia cebikkan agar membuat Sivia kesal.
"Hih, nyebelin." Gerutu Sivia menatap kesal pada pemuda yang memiliki gingsul disisi kanan dan kiri giginya.
Alvin yang melihat Sivia mengerucutkan bibirnya pun mencubit pelan hidung Sivia karena gemas, kemudian berlalu menuju kelas bersama.
Sivia dan Alvin memang seperti sepasang kekasih, meski kenyataannya mereka hanyalah seorang sahabat. Sering terlihat berdua saja tanpa sahabatnya yang lain membuat mereka disangka-sangka telah menjalin asmara dibelakang para sahabatnya alias backstreet.
***
Mini. Seorang guru galak nan gendut itu berjalan didepan kelas sembari menenteng buku pelajaran. Sunyi senyap tanpa suara. Karena jika sekali saja siswa atau siswi berbicara, maka semakin murka saja guru yang sangat dibenci semua siswa dikelas itu. Yang menjadi sorotan para siswa atau siswi dikelas tersebut bukanlah guru yang menyebalkan bagi mereka itu, akan tetapi seorang gadis mungil berdagu tirus dibelakang sang guru lah yang menjadi sorotan pagi ini.
"Pagi anak-anak." Guru itu menyapa dengan suara lantang serta sorot mata yang sangat tajam. Menyapu kearah seluruh anak didiknya yang selalu diam selagi wanita paruh baya itu berbicara.
"Pagi Bu!" Sorak para siswa dan siswi secara serentak.
"Saya membawa teman baru yang akan menjadi teman kalian dikelas ini. Saya harap kalian bisa menerima gadis ini dengan baik. Jangan ada yang saling bully membully karena saya benar-benar akan menghukum kalian jika ada kekerasan didalam kelas ini." Pesan Mini kepada anak didiknya.
"Perkenalkan dirimu nak." Ucapnya pada seorang gadis disampingnya dengan lembut.
"Selamat pagi semuanya. Perkenalkan nama saya Alyssa Saufika. Panggil saja Ify.. Saya pindahan dari Bandung." Ucap gadis yang dibawa Mini tersebut. Dengan senyum manis mengembang tentunya, menyapa teman-teman barunya yang diharap akan berbaik hati kepadanya.
"Apa ada yang mau bertanya?" Tanya Mini menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru kelas.
"Silahkan, Rio." Melihat Rio yang langsung mengangkat jari jemarinya keatas, Mini tak membuang waktu lagi untuk segera mempersilahkan Rio bertanya apa yang ingin ia tanyakan.
"Kenapa nama Lo nggak nyambung? Harusnya Lo dipanggil Lyssa atau Fika. Kenapa nyelonong jadi ke Ify?" Tanyanya setengah mengejek. Seisi kelas tertawa karena ucapan Rio. Namun tidak dengan Mini dan Ify tentunya. Matanya tajam sekali menatap Rio, seraya berdecih. Mulutnya sudah komat kamit menyumpahi Rio dengan sumpah serapah seisi kebun binatang. Bahkan untuk menjawab pertanyaan Rio saja, gadis cantik itu enggan.
"Rio, kamu mau saya hukum?" Tanya Mini dengan mata yang semakin melotot. Sudah hafal sekali dengan gelagat Rio yang selalu usil kepada siapapun.
"Nggak Bu. Saya maunya dicintai Ibu saja." Kembali seisi kelas tertawa. Kali ini, Mini pun ikut tertawa meski hanya sebentar. Ia kembali mengulum senyumnya lalu memasang wajah galaknya.
"Baiklah ify, silahkan kamu duduk disebelah Alvin. Dan Rio, kamu pindah ya disebelah Shilla." Rio mendelik sembari melebarkan mulutnya.
"Apa sih Bu, nggak bisa dong. Ify aja yang duduk sama Shilla. Kan sama-sama cewek." Kilah Rio karena tak mau dipindah. Ia sudah terlalu nyaman dengan bangkunya yang sekarang.
"Jangan membantah!"
Kini giliran Rio yang berdecih. Ia terpaksa duduk dibelakang Alvin, disamping Shilla. Memang Shilla sahabatnya, tetap saja ia harus meninggalkan bangkunya yang nyaman tersebut.
"Silahkan duduk, Ify."
ify berjalan pelan dan duduk disamping Alvin yang menatapnya datar. Lalu tersenyum. Akhirnya ify pun ikut tersenyum karena melihat senyum Alvin, yang menurutnya sangat familiar diwajahnya.
"Awas lo ya, udah ngrebut tempat duduk Gue." Bisik Rio dari belakang. Ify hanya melirik malas. Tak mau meladeni lebih. Lebih tepatnya ia masih malas mencari gara-gara dengan siapapun itu.
***
Lonceng istirahat sudah terdengar. Mini pun mengakhiri jam mata pelajarannya lalu melenggang keluar setelah mengucapkan salam kepada anak didiknya.
Sivia dengan semangat menggandeng 1 sahabatnya menghampiri tempat duduk ify dan Shilla yang terlihat sudah bercengkrama dengan akrab.
"Hai Fy, gue Sivia." Ucapnya sembari mengulurkan tangan. Senyumnya merekah sempurna, hingga terlihat dua lesung pipi di kiri dan kanan.
"Hai Sivia." Uap ify tersenyum senang. Akhirnya, ada juga yang mau berbaik hati mengajaknya berkenalan.
"Gue Agni."
"Gue Shilla."
Mereka berempat bercengkrama didalam kelas seolah mereka sudah mengenal lama. Jika mengenal orang asing namun satu frekuensi, tidaklah berat jika hanya berakrab ria dan bercanda bersama.
"Ayo ke kantin!." Ajak Shilla dengan pandangan sendu. Perutnya sudah sangat keroncongan sejak pagi tadi karena tak memakan apapun dari rumah.
Mengangguk setuju, akhirnya empat gadis manis itu pun pergi ke kantin.
Baru saja menginjakkan kaki di ambang pintu kantin, Sivia sudah melihat lambaian tangan Alvin untuk ikut duduk di bangkunya. Dengan semangat 45 Sivia langsung menggandeng 3 sahabatnya menuju bangku Alvin yang juga terdapat 3 pria tampan termasuk Rio didalamnya, membuat Ify memanyunkan bibirnya tak suka. Bahkan gadis itu memutar bola mata jengah.
"Hai, gue bawa temen baru nih." Ucap Sivia memperkenalkan Ify pada Cakka dan Gabriel. Jelas saja harus perkenalan, karena kelas mereka berbeda.
"Hai, gue Gabriel dan ini Cakka."
ify menyambut hangat uluran tangan mereka satu persatu.
"Yaudah, mari duduk. Gue mau pesen bakso dulu. Kalian mau nitip nggak?" Ucap Agni menatap ketiga sahabat perempuannya.
"Samain aja Ag." Sahut Shilla yang sudah terlebih dulu disuapi Gabriel karena memang mereka sepasang kekasih. Mengumbar kemesraan di Sekolah bukanlah kali pertamanya mereka melakukan hal tersebut.
Agni pergi meninggalkan mereka lalu memesan sebuah bakso, minum untuknya dan juga teman-temannya.
"Kalian pacaran ya?" Tanya ify menatap Shilla dan Gabriel secara bergantian.
"Hehe iya Fy." Sahut Gabriel terkekeh ringan. ify hanya menganggukkan kepalanya, memahami sepasang kekasih dihadapan yang mungkin saja memang sedang dimabuk asmara.
"Kalau Cakka, pacarnya siapa?" Tanya ify, jengah menatap pada kemesraan Shilla dan Gabriel hingga memutuskan obrolan ringan yang lain.
"Kenapa? Lo suka sama Cakka?" Rio mendahului Cakka berbicara. Menatap pada gadis berambut hutam legam tersebut.
"Enggak. Gue cuma nanya."
"Agni pacar gue Fy." Jawab Cakka.
"Kalo Sivia, pacarnya Alvin apa Rio?" Tanya ify lagi, membuat Rio membatin. Seperti sedang sensus penduduk saja.
"Kepo banget sih Lo." Ucap Rio dengan ketus. Baginya, Ify ini sangat cerewet. Padahal ia mengira bahwa Ify adalah seseorang yang pendiam seperti kulkas. Enak diejek karena tidak akan melawan atau membantah jika harus menjadi babunya nanti.
"Terserah gue lah. Mulut-mulut gue juga." Sewot ify mulai berani menatap pada sorot mata elang milik pemuda hitam manis tersebut.
"Tapi berisik! Gue mau makan keganggu sama Lo!" Ucap Rio mulai menaikkan intonasi bicaranya.
"Ya kalau keganggu pergi. Lo kan punya kaki."
"Yang duluan disini itu gue. Harusnya elo yang nggak usah kesini."
"Gue kesini diajak. Bukan datang sendiri."
Rio dan Ify tengah menjadi pusat perhatian di seluruh penjuru kantin. Ada yang iri, ada yang gemas, ada yang cemburu, ada yang sok ilfil terlebih pada ify karena sok dekat dengan most wanted seperti Rio. Lagipula, mana Ify tahu jika pemuda yang menyebalkan baginya itu adalah kecintaan pada siswi-siswi di SMA tersebut.
"Gue nggak pacaran sama siapapun diantara mereka Fy." Ucap Sivia menengahi. Tak mau semakin panjang perdebatan antara dua anak manusia yang memiliki sifat egois sama tingginya tersebut.
Kemudian, Ify hanya menganggukkan kepalanya mengerti.
Setelah Agni datang membawa nampan yang berisi bakso dan juga minuman, mereka pun makan dengan sunyi tanpa berbicara. Terlebih Rio dan Ify yang masih memendam kejengkelen antara satu sama lain.
'Awas aja, habis Lo sama Gue.' Batin seseorang menatap tajam kepadw Ify.
𝘽𝙀𝙍𝙎𝘼𝙈𝘽𝙐𝙉𝙂...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments