2.

Aku saat ini berada di antara dunia gelap dan dunia terang. Hujan deras menyambut kedatanganku ke tempat baru ini, aku belum memikirkan bagaimana dan dimana aku akan tinggal selama di sini. Aku mengambil langkah maju, menginjak dunia yang baru. Kegelapan tertinggal di belakangku, seolah ingin menggapai dengan seribu bayangan tangan yang tak kasat mata.

"Kukira akan seindah apa, rupanya hanya penuh dengan gemerlap lampu dimana-mana," gumamku lirih sambil terus berjalan.

Aku berbelok ke gang yang paling gelap di sini. "Huh, ternyata ada kegelapan juga di sini. Kukira hanya ada cahaya memenuhi dunia terang ini. Rupanya tetap sama, dimana ada cahaya, disitulah ada bayangan kegelapan!" aku meringkuk mencoba mengintai dari gang ini, terlalu sepi, bahkan sangat sepi. Padahal hanya hujan seperti ini dan tak kulihat satu pun manusia yang tinggal di sini.

"Apa aku harus masuk ke salah satu rumah dan meminjam beberapa barang dari sana, mungkin aku juga bisa mendapat makanan?!" pikirku menyusun rencana singkat untuk bertahan beberapa hari di sini.

Baru saja aku akan menjalankan rencana dadakan yang kubuat barusan, suara benturan keras terdengar. Aku menoleh dan melihat sebuah mobil terbalik. "Sebuah kecelakaan? Serius? Betapa rapuhnya orang-orang yang tinggal di sini?!" ejekku berkomentar. Aku mendekat mobil di depanku hancur sana-sini, pengendaranya terluka parah, darah mengucur dari kepalanya.

"To ... long ...," rintihnya lirih, sepertinya dia meminta bantuan dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya.

"Anda bisa mendengar saya?" tanyaku tenang.

"To ... long ..., antarkan tuan muda saya ke rumahnya. Beliau sudah ditunggu oleh semua keluarga yang tak pernah dilihatnya. Kamu ..., pasti akan mendapatkan imbalan yang setimpal ...," katanya putus-putus. Aku melirik kursi belakang dan melihat seorang anak kecil kurang lebih seumuran denganku. Aku menyeringai kecil, bukankah ini kesempatan yang dibuatkan dewa untukku. Jika keluarganya tak pernah melihat, maka aku bisa menjadi dirinya. Namun, aku tak ingin meninggalkan seorang anak kecil yang tak bersalah hanya untuk kepentingaku sendiri.

"Baiklah, akan saya bantu!" ucapku setuju. Otak licikku menyusun rencana baru, aku bisa pergi ke keluarga anak itu bersama dengannya. Sampai di sana aku bisa berpura-pura tak sadarkan diri dan melihat bagaimana ke depannya aku bertindak. Jika bisa aku akan menggantikan tempatnya, tapi jika tidak aku akan menjadi kawan dan penyelamat hidupnya saja.

"Ini alamatnya ... dan ini telepon, mungkin seseorang akan menelepon." pria itu semakin terlihat sekarat, mungkin lilin kehidupannya sebentar lagi akan padam.

"Saya mengerti!" aku membuka pintu belakang dan membawa anak yang tak sadarkan diri itu keluar. Aku harus segera menjauh, sebelum tiket masuk di tanganku ini direbut orang.

"Masalah arah bisa kupikirkan nanti, yang jelas aku harus menjauh dari sini dulu! Lagipula aku bisa bertanya nanti."

...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...

Dua jam berlalu mencari alamat yang harus kutuju. Astaga, kalau aku tak mendapat apa-apa, ini akan menjadi kerugian pertama dalam hidupku. Aku menatap rumah di depanku, luas dan megah. Tipe rumah orang kaya. "Mari kita lihat apa yang terjadi saat kamu sadar, tuan muda!" aku menyeringai kecil, membiarkan dia tergeletak di dekat semak-semak. Aku menukar bajuku dengan pakaian yang dia kenakan, tak lupa kalung yang dipakainya kuambil dan kupakai di leherku. Sebagai sentuhan akhir, aku mengambil batu dan melukai diriku sendiri. Membuat lecet di sana-sini sebelum melukai kepalaku.

Kembali kuseret anak tadi, dia kutaruh di dekat pagar dan aku tergeletak di sampingnya, sedikit jauh dari pagar. Tentu saja sebelum berpura-pura pingsan aku menendang pagar dan membuat sedikit kegaduhan. "Permainan dimulai, kawan!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!