Dua hari kemudian, anak di sebelahku mulai merintih. Akhirnya, penantian ini sudah mencapai permulaan. Biarkan kudengarkan dulu ceritamu, baru aku menyusul untuk sadarkan diri.
Keributan sedikit terjadi, dokter keluarga datang dan mengecek keadaan anak yang masih terbaring lemah di sampingku yang berpura-pura tak sadarkan diri. Dokter tadi mengatakan tak ada masalah yang serius, luka-lukanya juga sudah mulai membaik. Selepas si dokter pergi, nenek yang punya hobi menangis menyuruh pelayannya membawakan air minum dan bubur. "Bisakah kamu mengingat siapa nama kamu, nak?" jantungku berdegup lebih cepat, jawaban dari anak itu adalah kunci untuk diriku mengambil langkah selanjutnya.
"Mungkin kamu masih bingung karena baru saja sadar, tetapi jawaban darimu sungguh penting bagi kami, nak?" sangat-sangat penting juga bagiku, jadi cepatlah jawab.
Anak di sebelahku tak menjawab, hanya rintihan kesakitan yang terdengar, sepertinya dia kesakitan karena mencoba mengingat sesuatu. "Jangan dipaksakan, nak. Seharusnya kami tak.menanyakan padamu tantang ini sekarang!" si nenek membujuk dengan lemah lembut.
"Andai saja orang yang kami suruh tak meninggal dalam kecelakaan itu, kami tak akan bertanya padamu." helaan napas panjang terdengar dari si kakek. Ah, dewa berpihak padaku. Si supir yang meminta tolong rupanya tak akan bisa memberi kesaksian tentangku, ditambah anak di sebelahku sepertinya melupakan segalanya. Sungguh semua keberuntungan berpihak padaku, si tanpa nama.
"Pa, anak ini sudah sadar, kapan anak yang satunya sadar juga, ya?" hmm, mungkin aku harus menghentikan semua sekarang. Apa harus kubiarkan beberapa saat lagi, ya.
"Ma, anak itu terluka lebih parah, jadi mungkin butuh lebih banyak waktu untuk pulih. Sebenarnya papa sedikit bingung, kenapa ada dua anak yang dibawa?" sial, aku tak menyangka kalau mereka tahu hanya ada satu anak yang dibawa oleh paman-paman yang meminta tolong padaku kemarin.
"Entahlah, mobil yang digunakan juga hancur. Kalau kedua anak ini tak mencoba kemari, mungkin mereka akan ikut tewas akibat ledakan, ya pa." serius, mobil kemarin meledak. Astaga, kalau aku terlambat sedikit saja, aku pasti ikut terseret saat mencoba menolong anak ini bukan.
"Kita keluar dulu, biarkan dokter keluarga memeriksa anak yang sudah sadar ini!" suara langkah kaki terdengar, akhirnya hanya ada diriku dan anak ini ditinggal di sini.
...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...
Setelah selesai diperiksa, ternyata anak itu sudah membaik. Luka-lukanya juga sudah mulai sembuh, hanya ada masalah dengan otaknya. Sepertinya akibat guncangan yang diterima, anak itu mengalami amnesia. Si dokter mengatakan kalau kemungkinan besar anak yang satunya, alias si tanpa nama pun mungkin akan lupa ingatan juga.
Tinggallah dua tuan rumah itu, mereka berdua sibuk berbincang di depan anak-anak yang masih terbaring. Anak yang satunya sudah sadarkan diri, dan akan yang lainnya masih terus berpura-pura pingsan. Menahan lapar tak terlalu sulit bagi si tanpa nama, dia sudah biasa tak makan selama beberapa hari waktu tinggal di dunia gelap. "Apa akhirnya kita harus melakukan tes?" si nenek bertanya ragu.
"Tidak perlu, anak yang masih tak sadarkan diri itu pasti cucu kita. Kalau tidak, mengapa kalung anak lelaki kita yang bodoh ada padanya?!" aku tersenyum dalam hati mendengar ucapan beliau, teruslah berasumsi dan meyakini hal tersebut, dengan begitu aku bisa menjadi cucu kalian yang paling manis.
Aku memutuskan untuk mengakhiri kepura-puraanku, sudah cukup dengan akting pingsannya. Aku harus sadar dan memainkan peran sebagai cucu yang amnesia ringan.
Pada hari itu, dua takdir pun tertukar karena kelicikan pemeran utama pria kita. Siapa bilang penjahat tak bisa jadi tokoh utama suatu cerita, aku akan membuat cerita dengan jalur baru yang membuatku mencapai puncak kerajaan di sisi terang ini. Akan kubuktikan kalau aku bisa menjadi penguasa di dua tempat yang berbeda latar ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments