Waktu Menjawab Sebuah Pernyataan

Genap enam bulan Mas Husein memintaku menemani mengerjakan skripsi, lebih tepatnya membantunya mengumpulkan bahan dan mengetikan skripsinya.

perjuangan kami tak mudah karna skripsi yang diambil membutuhkan banyak pengamatan dan analisis yang tajam.

tapi sebuah usaha tak kan menghianati hasil, Mas Husein mendapatkan Nilai A untuk sebuah skripsi yang baru saja di sidangkan.

ku lihat matanya Elang nya berbinar binar saat keluar dari ruangan sidang, tak lupa sujud syukur yang Mas Husein lakukan pertama kali saat mendengar para pembimbing dan penguji mengeluarkan nilai hasil skripsinya.

" Terima kasih atas semua yang kamu lakukan buatku Dee,

semangat mu, optimismu dan bantuan-bantuanmu, aku lulus dee. Terima kasih gadisku " ucapnya yang tak henti hentinya berterima kasih padaku.

Aku sangat terharu, tanpa sadar air mata kebahagiaan menetes dari mataku.

dengan cekatan Mas Husein menyeka air mataku dengan tisu, aduuhh kok jadi melankolis banget sihhh.

kali ini pemilik mata elang itu tersenyum tulus padaku

ada harapan yang besar yang di tujukan ke aku.

" selamat ya mas, Abah pasti bahagia mendengar ini ".

Setelah menunggu dua bulan lamanya akhirnya acara wisuda pun berlangsung, Mas Husein tak memintaku menjadi pendamping wisudanya. aku sendiri juga tak ingin mempertanyakannya. mungkin saja Mas Husein masih belum siap memperkenalkan aku dengan Abah dan Ibunya. Kali ini aku masih mencoba berpositif thingking. tapi tidak untuk pemandangan yang barusan aku lihat.

Pagi itu sebenarnya aku tak ingin ke Kampus, karna kampus sedang ada acara wisuda. rame sudah pasti, belum lagi kalau kena macet pas di pintu masuk kampus. Tapi aku tak punya pilihan aku harus ke kampus, padahal ini hari Sabtu.

kalau tidak ke kampus hari ini bisa-bisa buku yang ketinggalan di ruang BEM -J keburu raib di pindahkan oleh tangan tangan tak bertanggung jawab.

kalau hilang atau ketelingsut kan bahaya, itu buku milik perpustakaan pusat. bukunya tebal dan buku itu cetakan lama pasti sudah tak di jual belikan lagi. kalau hilang dimana cari buku seperti itu.

Dengan males ku putuskan ke kampus, secepat kilat ku lajukan motor ku. tinggal ambil buku langsung pulang, pikirku. namun hal hal itu tak jadi ku lakukan, entah mengapa ada dorongan ingin melintas di aula tempat Mas Husein wisuda. apakah ini cara Allah memberi kan kode buatku?.

Tak perlu basa basi lagi, ku lajukan motor menuju aula...

ku parkir motorku depan aula. setibanya di sana ku lihat para wisudawan / I sudah selesai melakukan prosesi wisuda. masih banyak yang dihalaman sambil ber foto-foto bareng teman dan sanak famili.

Mataku masih mengawasi satu persatu para wisudawan itu, tapi yang ku cari tak kunjung ku temukan. " ya sudhalah, pulang saja" ucapku kecewa.

tapi...

ada sesuatu yang membuatku tercengang... ya... Jihan. Mengapa Jihan disini? dengan pakai formal seperti mendampingi seseorang yang sedang wisuda. apakah waktu telah menjawab pertanyaan beberapa bulan yang lalu atas sebuah pernyataan dari Mas Husein soal Jihan.

aku berpaling dan menjauhi tempat itu sebelum Jihan mengetahui kalau aku disini...

" Dewiiii... Dee... deee, tunggu.... " teriak seseorang dari belakang

deg... apa yang harus ku lakukan?

langkah ku hentikan, karna aku hafal sekali si pemilik suara yang berteriak barusan.

" Dee... ngapain kamu di sini? teman kostmu ada yang wisuda juga? " tanya si pemilik suara itu yang tiba-tiba sudah berdiri tepat di belakang ku

aku berbalik, kali ini kami sudah berhadapan

Jihan, cantik sekali hari ini, mengenakan gamis warna pink polos di padu jilbab bunga warna senada. sedangkan aku, pakai celana bahan denim dan kaos oblong warna hitam dengan jilbab warna merah maroon polos. terkesan sangat santai untuk acara se formal ini.

" eh itu mbak kost ku wisuda, cuman mau melihat dan ngasih selamat saja '' jawabku sekenanya.. jujur aku gugup sekali, jangan sampai ada yang tau kalau aku ingin melihat Mas Husein

" mbak kostmu siapa? "

" mbak Mutia, taukan? jurusan Sosiologi juga kok! '' semoga kebohongan ku tak dapat di baca Jihan.

" oh Mbak Mutia, taulah kan aku sering tidur di kostmu dee "

" yaudah seperti nya mbak Mutia dah balik, aku langsung ke kost ajah, siapa tau dia sudah di kost"

"oke"

" oh ya Ji, siapa yang wisuda? saudara mu kah? "

ku beranikan bertanya untuk mencari jawaban atas peryataan Mas Husein dulu.

" lagi dampingin itu! " tunjuknya ke seseorang yang seperti nya aku kenal

deg... mengapa begitu sakit saat Jihan menunjuknya, aku seperti mengenal Bapak itu, tapi dimana ya aku ketemu?

" Ayooo dee ku kenal kan sama Abah "

tanganku di tarik Jihan, aku mencoba mengelak tapi tak mungkin, aku takut Jihan curiga kalau aku tak mengikuti nya dan aku tak punya alasan menolak nya untuk dikenalkan dengan Abah yang kutau beliau adalah calon mertua Jihan. Jihan sering cerita tentang Abah akhir-akhir ini.

" Abah kenalin ini Riyanti Dewi sahabatku " ucap Jihan, ku lihat Jihan sangat dekat dengan beliau, sepertinya Jihan sudah mengenal beliau lama.

" pagi pak, saya Dee " ucapku memperkenalkan diri

"Abah Abdurahman " jawaban beliau membuat ku hilang keseimbangan, apa hubungannya dengan Husein Abdurrahman? mungkin hanya kebetulan saja.

" yang wisuda mana Ji? " tanyaku menyelidik

" itu... yang wisuda Mas Husein Ketua BEM-J kita yang dulu. kamu tau kan Dee? BTW kamu udah kenal belum? "

tunjuknya pada seseorang yang dari tadi ku cari...

Aku benar-benar tak mampu menguasai keseimbangan tubuh ini, Ada apa denganku? apa yang harus aku lakukan? marah pada Mas Husein? tapi apa hubungan ku denganya. bolehkah aku menyebutkan kalau aku pacar Mas Husein?sedangkan dia tak pernah mempublikasikan kebersamaan ini sebagai pacaran. namun yang pasti selama ini aku dan dia hanya memiliki satu ikatan, ikatan saling ingin memiliki.

Mata elang itu sudah menatapku dengan tajam, berjalan menghampiri kami dengan sangat tenang soalah-oalah tidak ada apapun antara kita berdua.

" Mas kenalkan ini Riyanti Dewi sahabat ku "

" hay Riyanti Dewi, Aku Husein, kamu anak sosiologi juga kan? aku sering lihat kamu pas lewat koridor "

dia memilih pura-pura tidak mengenalku

" Iya Mas aku anak Sosiologi juga angkatan 05, teman sekelas Jihan " jawabku tegas, bahkan nada suaraku terkesan tinggi.

" Ini calon mu Ji? " tanyaku mencoba memecahkan kebekuan ini.

" Iya Dee " jawab Jihan penuh bahagia, hal itu terlihat dari rona pipi nya yang memerah.

" sebentar aku ingin memperjelas ucapan Jihan ya Dee... aku bukan calon suami Jihan tapi Jihan calon menantu pilihan Abahku "

aku mencoba mencerna apa yang Mas Husein barusan katakan.

" Husein, Abah tidak suka kamu bicara seperti itu ke Jihan"

Abah angkat bicara, beliau marah dengan ucapan Husein yang menyakiti Jihan

" sudahlah Abah justru sikap Abah lah yang sudah menyakiti Jihan , aku berusaha jujur Bah, biarkan Jihan menata hati nya lagi untuk orang lain, jangan memberikan harapan kosong padanya, dia berhak bahagia begitu juga aku ".

aku mulai paham peta nya sekarang, ku lirik Jihan yang mulai sendu pasti sakit hatimu Jihan.. sama seperti aku tapi aku yakin Mas Husein lebih sakit lagi dari pada kita berdua.

" maaf aku pamit dulu ya, senang berkenalan dengan kalian semua, nanti ku telpon ya Ji... " selaku sebelum terjadi perdebatan lagi, aku berjalan sambil undur diri.

kau tak mau menyaksikan lebih jauh lagi drama ini, aku tak ingin melihat semua ini dari sudut pandang ku biarlah meraka yang bercerita dari sudut pandang meraka kepadaku.

Apapun itu waktu sudah menjelaskan padaku tentang pernyataan Mas Husein beberapa bulan yang lalu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!