#Dibuang_Seperti_Sampah
#part_5
***
[Kamu di mana Sha? Mas di depan rumah kamu nih, tapi kok gelap?]
Kuabaikan pesan dari mas Zaka, dan meletakkan ponselku di atas nakas. Mau apa lagi dia datang ke rumahku?
Aku memutuskan untuk kembali tinggal di rumah ummi lagi, sampai aku benar-benar resmi berpisah dari mas Zaka. Aku nggak mau kalau aku masih tinggal di rumahku, mas Zaka dan ibunya bertindak lebih nekat lagi seperti kemarin. Apalagi mereka tidak segan-segan menggunakan Azka sebagai tameng kelakuan mereka yang nggak waras.
Aku menghela nafas panjang sambil merebahkan tubuhku di samping Azka yang sedang tertidur lelap. Aku memijit kepalaku pelan, kepalaku berdenyut hebat tiap ingat perlakuan mereka. Pusing sekali rasanya.
Baru saja memejamkan mata, kudengar kak Yanti mengetuk pelan pintu kamarku sambil memanggil-manggil namaku.
"Masuk aja kak, gak di kunci."
Kak Yanti hanya membuka pintu dan berdiri di depan kamarku..
"Dek, ada anak pemburu amplop tuh di depan." Ucap kak Yanti sambil cekikikan.
Aku menoleh dan mengernyitkan dahi tanda bingung ke arah kak Yanti.
"Siapa?"
"Ciyeee... Mentang-mentang mau pisah, sudah lupa sama anak pemburu amplop." Lanjutnya sambil terbahak-bahak.
Aku hanya melempar kak Yanti dengan bantal, sambil melirik ke arah Azka, khawatir dia bangun karena mendengar suara tawa kak Yanti.
"Hihihi...sorry." ucapnya sambil berbisik.
"Bilang aja udah tidur deh" sahutku malas.
"Yee..tadi kakak juga bilang gitu. Tapi dia gak mau pulang kalo belum ketemu sama kamu dek," jawab kak Yanti sambil memutar mata jengah.
"Lagipula, emak mu bilang, nggak boleh mutusin tali silaturahmi!."
"Hush... Emang bukan emaknya kakak juga?" Ucapku sambil melotot ke arah kak Yanti.
Aku beranjak malas dari tempat tidurku. "Temenin yuk!" Ucapku sambil menarik tangan kak Yanti.
"Ngapain mas?" Tanyaku begitu sampai di ruang tamu. Kulihat mas Zaka sekarang lebih kurus dan terkesan berantakan. Beda saat masih bersamaku, penampilannya selalu perlente.
"Duduk dulu Sha," ucapnya kikuk
"Kebalik kaleeee..." Jawabku emosi. Aku mudah sekali tersulut emosi jika berbicara dengan mas Zaka beberapa hari terakhir ini. Padahal dulu, jangankan menjawab dengan suara tinggi, membantah ucapannya saja aku nggak berani.
Kak Yanti hanya cekikikan melihat sikapku. "Sukurin..." Ucapnya nyaris tidak terdengar.
"Eh ini Sha... Aku bawa susu buat Azka." ucap mas Zaka menyodorkan kantong plastik berlogo IndoApril ke arahku. Tetapi dengan cepat kak Yanti merebutnya dari tangan mas Zaka.
"Cuma satu kaleng?, Udah sekian lama cuma ngasih satu kaleng? Loe pikir Azka kalo minum susu cuma setetes kali ya?" Ucap ka Yanti sinis setelah melihat isi kantong plastik tersebut.
Aku menyenggol lengan kak Yanti, sambil meliriknya. Bukannya aku membela mas Zaka, hanya saja, aku tidak suka sikap kak Yanti yang kurang bersyukur.
"Halaaah...," Ucapnya sambil mengibaskan tangan di depanku. "Cuek aja, dia aja sama keluarganya bisa seenaknya kok." Lanjutnya sambil melirik sinis ke arah mas Zaka.
Mas Zaka semakin salah tingkah mendengar ucapan kak Yanti. Tidak lama mas Zaka pamit pulang.
***
Hampir 6 bulan proses perceraianku, akhirnya ketukan palu hakim meresmikan statusku menjadi janda. Proses perceraian memang berjalan sedikit alot, karena mas Zaka bersikukuh tidak mau bercerai denganku. Tetapi dengan saksi dan bukti-bukti yang ada, hakim akhirnya mengabulkan gugatanku. Aku berusaha menghindar sebisa mungkin dari mas Zaka selama di Pengadilan Agama, aku nggak mau ada drama lagi dengan mas Zaka.
Setelah resmi bercerai, seharusnya aku bahagia. Akhirnya bisa terbebas dari mas Zaka dan keluarganya. Tapi ada nyeri di dada yang tidak dapat aku ungkapkan. Apalagi setiap aku memandang wajah Azka, anakku. Selalu saja ada air menggenang di pelupuk mataku.
Setelah perceraian, aku memutuskan tinggal di rumahku lagi, aku sudah bebas. Mas Zaka tidak bisa lagi bertindak sesuka hati di rumahku dengan dalih masih suamiku, karena kami sudah resmi bercerai.
Berkali-kali mas Zaka datang ke rumahku, sebanyak itu pula aku tidak pernah membukakan pintu untuknya.
Salahkah aku? Bukan maksudku memutuskan silaturahmi, bukan niatku pula menghalangi mas Zaka bertemu dengan Azka. Hanya saja, masih ada rasa takut di diriku. Aku pernah sedikit trauma takut hamil karena kejadian yang menimpa kakak dan temanku, tidak kupungkiri, kamu yang berusaha menyembuhkan ku mas. Tapi sekarang, kau menorehkan luka baru karena melecehkanku!.
Rupanya mas Zaka pantang menyerah, tidak di terima di rumah, dia nekat datang ke kantorku. Sialnya aku tidak menyadari keberadaanya di lobi kantor.
"Aisha!" Teriaknya memanggil sambil berlari kecil mengahmpiriku.
Aku hanya memutar bola mataku malas begitu aku mengetahui asal suara tersebut. Akupun mempercepat langkahku demi menghindari mas Zaka. Tapi cekalan tangan mas Zaka menghentikanku.
"Apaan sih mas?" Bentakku sambil menepis tangan mas Zaka.
"Kita perlu bicara Sha, ada yang perlu mas sampein ke kamu"
"Soal apa? Mas kawin? Udah itung-itungan belum sama semua uangku yang di pakai sama ibu dan dipinjam mba-mba mu itu?" Jawabku emosi.
"Sha, ini tentang aku, kamu, juga Azka. Aku mau rujuk sama kamu Sha." Jawabnya memelas.
Cih! Apa dia bilang? Rujuk? Setelah ketukan palu yang kudapat dengan susah payah, sekarang dia bilang rujuk? Mimpi kamu mas! Batinku.
"Ka--" Aku terhenti begitu mendengar namaku dipanggil sesorang.
"Aisha! Aisha Putri Ridwan!" aku mencari suara yang berteriak memanggil namaku. Ku lihat, dari kejauhan sosok yang dulu pernah membuat jantung berdebar semasa putih abu-abu.
"Kak Ivan?"
"Hai..." Jawabnya dengan nafas yang sedikit terengah-engah. Kak Ivan tersenyum melihatku, dan melirik ke arah mas Zaka.
Dapat kulihat jelas perubahan raut mas Zaka, begitu kak Ivan tersenyum ramah kepadaku.
"Ayo Sha," mas Zaka menarik tanganku
Aku menepis tangan mas Zaka kasar.
"Ayo kemana?" Tanyaku sambil mengernyitkan dahi ke arah mas Zaka
"Kita belum selesai bicara Sha!." Jawabnya mulai sedikit emosi.
"Kalau mau bicara, bicara aja di sini!" Jawabku juga nggak mau kalah.
Kak Ivan hanya diam dan menatap ke arahku dan mas Zaka bergantian.
"Aku ganggu ya?" Tanya kak Ivan ragu-ragu.
"Gak!"
"Ya!"
Kak Ivan tertawa begitu mendengar jawabanku dan mas Zaka yang berbeda di waktu yang bersaman. Akupun hanya tersenyum melihat kak Ivan tertawa. Beda halnya dengan mas Zaka.
"Kamu bakalan nyesel, udah selingkuh dari aku Sha!" Ucapnya sambil berlalu.
Dasar laki-laki gilaaaaaa!!! Batinku
***
Saran dan kritiknya yaa...
Makasih 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Luna Sweet
bagus aisha...bner2 hrs tegas sm org ky gtu jd ikt dongkol 😡😡
2021-09-24
1
Dharsha Alfysya
woi... sadar woi... sadar... selingkuh darimana??? udah resmi cerai woi...
bodoh dipelihara.... ckckck....
2021-09-07
0
Dasini Siti Rochani
Azka ulang dulu aja..ganti baju wanita...soale kamu lemah...nurut ibumu yg gila harta..yg lupa bahwa yg ngurus kebutuhan kluargamu itu istrimu
2021-08-02
0