Emlyn melihat jam di dashbor mobil menunjukkan pukul 5.59, kurang 1 menit lagi pukul 6 dan pria yang mengajaknya bertemu itu ternyata serius menempati janjinya.
“Kita makan dulu…,” Ucap Darrien yang dijawab dengan anggukan halus oleh Emlyn.
Darrien membawa Emlyn ke sebuah restaurant bintang 4 bernuansa barat, terlihat mahal dan berkelas. Pengunjung yang makan di sana rata-rata adalah pembisnis dan orang asing.
Emlyn menunduk melihat pakaiannya dari ujung rambut ke ujung kaki, ia hanya menggunakan kemeja dan celana bahan biasa, bahkan flatshoes yang ia kenakan sudah mulai lusuh.
“Haii Darrien, tumben kemari, apa kau akan rapat?” Tanya seorang pria yang terlihat seperti manajer atau pemilik restaurant itu.
“Tidak, hanya makan malam biasa.”
“Baiklah, mau pesan apa? Seperti biasa, steak premium?” Tanya pria itu yakin.
“Of course, tentu saja. It’s still the best.”
“Dan kau…?,” Tanya pria itu pada wanita yang datang bersama dengan Darrien.
“Ahh, kenalkan, dia salah satu karyawan Kenneth. Dan ini Lewis, pemilik restaurant ini.” Terang Darrien dengan singkat.
“Apa kau bisa makan apa saja? Steak premiumnya sangat enak, kau harus mencobanya.” Lanjut Darrien lagi tanpa memberi jeda pada Emlyn untuk memperkenalkan diri atau sekedar berjabat tangan dengan pria yang ia sebut Lewis itu.
“Ya, boleh, samakan saja.” Jawab Emlyn tersenyum kikuk pada Lewis yang menunggu jawabannya.
“Yup…, silahkan duduk di manapun kalian mau, mohon menunggu sekitar 10 hingga 15 menit dan selamat menikmati…,” Ucap Lewis mempersilahkan.
Darrien dan Emlyn memilih duduk di pojokan yang jauh dari pengunjung yang lain agar tidak terlalu menarik perhatian. Tapi sepertinya itu tidak berlaku untuk Darrien, karena sedari tadi pria itu berhasil menarik daya tarik para kaum hawa.
Beberapa pengunjung wanita menoleh dan memutarkan kepala mereka hanya untuk melirik ke wajah tampan dan tubuh atletis Darrien. Emlyn meringis menyadari hal itu, membuatnya tak nyaman karena pasti ia menjadi bahan gosip dan dibanding-bandingkan dengan penampilan Darrien.
“Berikan aku ponselmu.” Pinta Darrien tiba-tiba menadahkan telapak tangannya.
“Untuk apa?” Tanya Emlyn heran.
“Turuti saja.” Perintah Darrien tidak suka ditanya. Emlyn menghela nafas kasar lalu dengan sabar memberikan ponselnya pada Darrien. Pria itu terlihat menekan-nekan layar kemudian melihat ke ponselnya sendiri yang bergetar.
“Simpan nomorku, balas pesanku, dan angkat telfon dariku.” Ucap Darrien sambil mengembalikan ponsel Emlyn, terdengar memberi perintah.
“Kenapa?” Tanya Emlyn yang semakin bingung.
“Turuti saja. Dan…, jangan gunakan kemeja berkancing lagi…, sangat merepotkan.” Ucap Darrien menatap ogah pada pakaian Emlyn.
Emlyn menelan ludahnya kasar, yang benar saja, penampilannya baru saja dikritik oleh Darrien.
Emilyn memperhatikan kemejanya, dadanya bergemuruh karena kesal, memang benar pakaiannya tidak menarik, tapi ia tidak berharap mendapatkan kritikan mengenai penampilannya, apalagi diucapkan oleh seorang pria. Mata Emlyn terasa panas, rasanya ia ingin menangis.
“Apa tujuanmu mengajakku ke sini untuk menghina ku?” Tanya Emlyn dengan suara sedikit bergetar.
“Tidak, aku hanya mengatakan faktanya, siapa yang menghinamu?”
Emlyn berdecih kesal, sepertinya ia tidak sanggup menahan kekesalannya lagi, tapi akan sangat lucu jika ia lampiaskan di sana, apalagi Darrien adalah teman bossnya, bagaimana ia akan melanjutkan bekerja di kantornya jika ia membalas Darrien dengan ocehannya.
“Maaf Mr. Darrien, sebenarnya aku sudah punya janji. Dan aku tidak menyangka kau akan mengajakku bertemu untuk makan malam. Aku harus permisi sekarang.”
“Batalkan janjimu…,” Jawab Darrien dengan dingin, terlihat tidak suka.
“Maaf sekali, tidak bisa. Sebagai ganti ruginya, aku yang akan membayar makan malammu. Permisi…,” Ucap Emlyn dengan cepat segera beranjak dari kursinya dan berjalan menuju kasir.
Darrien tampak semakin kesal saat melihat Emlyn benar-benar menggesek kartunya dengan cepat dan terburu-buru melangkah pergi meninggalkan restaurant itu.
“Heh! Dia benar-benar meninggalkanku…,” Ucap Darrien tidak percaya ia baru saja ditinggal pergi oleh seorang wanita.
Emlyn duduk di dalam taksi, air matanya menetes di pipinya, tak kuasa untuk menahan tangisnya lagi. Hatinya terasa sangat sakit, apa ia sungguh harus mendapatkan perlakuan itu dari Darrien, ia bahkan tidak mengharapkan permintaan maaf dari pria yang sudah menidurinya dengan paksa itu, dan sekarang ia harus mendengarkan penghinaan dari pria yang sama, ia bahkan baru saja menggesek kartu debitnya untuk membayar makanan mahal yang ia tidak sentuh sama sekali.
“Dasar brengs*k…,” Desis Emlyn marah.
Darrien menekan nomor yang tadi sudah ia simpan dengan inisial huruf EB, bunyi panggilan terdengar dua kali, kemudian dimatikan oleh penerima telfon.
"Sial, dia menolak telfon ku!" Gerutu Darrien kesal.
Emlyn melangkah malas menyusuri jalanan kecil menuju kostnya yang jauh dari kata mewah. Hanya tinggal di kostan kecil seharga 800.000 dengan fasilitas seadanya, ia sudah bertahan selama 8 tahun di sana sejak pertama kali merantau di kota J.
Di sana juga ia menyimpan kenangan 3 tahun bersama Kay yang ia kira bisa bersama hingga maut memisahkan.
Harinya kini terasa sepi dan hampa, biasanya Kay yang akan menemaninya hingga larut malam sepulang kerja dan menghibur setiap keluh kesahnya. Sekarang ia tidak lagi bisa merasakan itu semua.
Emlyn merenungi nasib dirinya yang terasa amat sial. Setelah memergoki pacarnya tidur dengan selingkuhannya, justru ia harus ditiduri paksa oleh pria yang tidak ia kenal dengan jelas, ia merasa dirinya diperkos@ luar dalam.
...***...
Darrien sedang memakai kemejanya, mengancingkan satu per satu dan memasukkan sisa kemeja ke selipan celananya. Tangannya sibuk menekan calling pada nama contact EB, siapa lagi jika bukan Emlyn Blossom.
Darrien sepertinya harus melakukan upaya ekstra untuk menarik perhatian Emlyn. Sudah beberapa kali ia menelfon perempuan itu, tapi selalu di tolak dan diabaikan.
Wanita itu bahkan tidak menuntut apa-apa setelah kejadian malam itu, mengungkitnya pun tidak.
"Apa Emlyn trauma karena diriku?" Darrien mengacak-acak rambutnya di depan cermin, ada sedikit rasa bersalah.
Pagi ini Emlyn tiba lebih pagi, ia memutuskan untuk datang ke kantor lebih awal karena tidak bisa tidur dengan nyenyak.
“Hai Emlyn, pagi sekali…,” Sapa Bella yang baru tiba, ia selalu datang pagi karena rumahnya yang jauh dan memilih berangkat lebih awal untuk menghindari macet.
“Iyahh, tidurku kurang nyenyak…”
“Apa kau sedang ada masalah? Belakangan sepertinya kau banyak diam dan melamun.”
“Tidak, hanya ada beberapa hal yang sedang ku pikirkan…,” Jawab Emlyn jujur.
“Hmm, kau bisa bercerita jika butuh bantuanku oke?” Tawar Bella bersungguh-sungguh.
“Terima kasih Kak Bella, kau sangat baik…,”
Tak lama, para karyawan mulai berdatangan dan memenuhi tempat duduk masing-masing. Kenneth memasuki kantor menuju ruang kerjanya diikuti oleh Darrien yang mengikutinya dari belakang.
Emlyn yang tampak kaget dengan kehadiran Darrien segera memalingkan wajahnya ke arah lain.
Entah apa yang sedang Kenneth dan Darrien diskusikan, tapi kedua boss muda itu tampak sibuk dan serius.
“Darrien…,” Panggil Kenneth menghela nafas sabar di sela diskusi mereka.
“Yaaa?” Jawab Darrien santai.
“Apa kau serius memintaku memindahkan Emlyn menjadi assisten mu??” Tanya Kenneth terdengar tidak percaya dalam suaranya.
“Aku serius, dan aku memang butuh assisten.”
“Kita rekrut karyawan baru saja...”
“Nooo!! Aku ingin Emlyn, dia sangat cocok untuk jadi assistenku.” Tekad Darrien kekeh.
“Otakmu begitu pintar berbisnis, tapi kenapa begitu bodoh dalam hal percintaan?” Ucapan Kenneth berhasil membuat bibir Darrien terperangah kaget, bagaimana Kenneth begitu gampang menebak motif dan tujuannya. Apakah tampak jelas dirinya sedang mengejar perhatian Emlyn?
"Pilih orang lain saja!" Tolak Kenneth dengan tegas.
.
.
.
.
.
To Be Continue~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments