Hari Jumat yang di tunggu-tunggu karena akan menjelang weekend dan juga malam ini Kenneth, atasan Emlyn berulang tahun dan mentraktir semua karyawan untuk makan malam di sebuah restaurant.
“Emlyn, kemari, duduk di sini.” Pinta Bella yang berada di satu meja bundar dengan Kenneth dan Darrien.
Emlyn menggeleng kepalanya pelan pada Bella, memberi tanda silang pada tangannya. Ia merasa sungkan untuk duduk bersama dengan para atasan, Bella pun memakluminya.
Ternyata hal itu tak luput dari penglihatan Darrien, tiba-tiba ia merasa penasaran dengan Emlyn yang terlihat berusaha menjaga jarak dan beberapa kali seperti sengaja menghindari tatapan matanya tiap mereka bertemu.
“Mr. Kenneth, lanjut karaokeeee…,” Teriak beberapa karyawan yang lain berbarengan.
“Bolehhh…,” Teriak Kenneth menyambut dengan senang, ia adalah Boss yang tidak perhitungan dan sangat menyenangkan.
“Yeahhh!!!” Sorak mereka kesenangan.
Seusai makan malam, acara pun berlanjut ke karaoke. Semua bersuka ria, berteriak kegirangan melantunkan lagu-lagu kesukaan mereka.
"Aku ke toilet dulu...," Bisik Emlyn pada teman di sampingnya.
Darrien yang berapa hari ini terus memperhatikannya, seperti sudah terhipnotis. Ke manapun Emlyn melangkah, ia pasti akan mengikuti pergerakannya.
Darrien ikut keluar dari ruang karaoke VVIP yang muat untuk 30an orang itu.
Grapps...
"Akhh...," Emlyn berteriak histeris saat merasa tangannya ditarik seseorang.
"Maaf, apa aku mengagetkanmu?" Tanya Darrien halus.
Emlyn menepis tangan Darrien dan menunduk, tidak berani menatap mata tajam yang sedang memperhatikannya itu.
"Tidak, ada apa Mr. Darrien?" Jawab Emlyn, tentu saja ia kaget.
"Aku tunggu kau di sini, nanti kita baru ngobrol...," Darrien mencondongkan tubuhnya saat mengatakannya, sengaja berbicara mendekati telinga Emlyn, membuat gadis itu bergidik kikuk.
Wangian parfum bercampur aroma tubuh Emlyn tercium menenangkan di hidung Darrien.
Emlyn bergegas memutar badannya dan berjalan cepat ke dalam salah satu bilik toilet wanita. Emlyn memegang dadanya yang berdegup tak karuan.
"Sial*n, apa mau Playboy itu mencari masalah denganku...," Keluh Emlyn kesal.
Darrien Harrison, wajahnya memang tampan dan bertubuh atletis. Tapi seisi kantor tahu ia suka ke club dan berganti pasangan. Darrien pun tidak pernah secara langsung menyangkal gosip yang beredar itu.
Pria itu pun pernah beberapa kali masuk ke kantor dengan keadaan acak-acakan, seperti sehabis mabuk dan bangun kesiangan. Tapi jika masalah pekerjaan, dia sangat sempurna dan tegas.
Emlyn tak mau ambil pusing, ia yakin pria itu barusan mengusiknya hanya karena sedang mabuk.
Emlyn menyusuri lorong menuju ruang karaoke, ia baru saja keluar dari toilet dan tersentak kaget melihat Darrien sedang berdiri tak jauh dari sana, tapi tak sendiri, dia bersama dengan seorang wanita yang bersandar di dinding dengan tangan merangkulkan mesra di lehernya.
Tidak tampak jelas apa yang sedang mereka lakukan, karena lampu lorong yang remang dan gelap, terlihat seperti saling berbisik atau mungkin berciuman.
Ia menghela nafas kasar, merasa kesal karena belakangan ini ia sering sekali bertemu dan berurusan dengan Darrien yang membuatnya merasa canggung.
Apalagi tangan kekar pria itu sempat menggengam pergelangan tangannya.
Emlyn melewati Darrien yang membelakanginya, berpura-pura tidak melihatnya, tapi Darrien tentu saja menyadarinya, ia sangat teliti dalam hal apapun.
"Apa-apaan, tuh kan udah ku duga dia salah orang... Huffss," Batin Emlyn.
Emlyn kembali ke ruang karaoke dengan wajah merona merah, ia merasa malu melihat perilaku teman yang juga rekan kerja bossnya itu bermesraan di tempat umum.
"Apa dia tidak takut digosipkan?" Batin Emlyn lagi, dalam hatinya justru ia yang merasa malu dan tertiba teringat saat Darrien menarik tangannya, untungnya dia bisa memaklumi.
Tak lama, Darrienpun kembali ke ruang karaoke dan kembali duduk di samping Kenneth, meminum birnya dan tidak melepaskan perhatiannya dari Emlyn yang sudah memergokinya tadi.
"Kenapa dia tampak biasa saja, apa dia sama sekali tidak terusik saat melihatku bersama wanita lain? Wahh Wahh...," Batin Darrien meneguk habis segelas kecil alkoholnya. Ada suatu rasa tertantang di dalam diri Darrien, karena selama ini dia bisa mendapatkan wanita manapun yang ia incar.
"Broo, santai saja minumnya...," Tegur Kenneth menepuk pundak Darrien.
Darrien memperhatikan Emlyn yang kaku dan biasa saja, sesekali gadis itu tertawa menanggapi keseruan teman-temannya yang masih bernyanyi.
Emlyn merasa ada yang memperhatikannya sedari tadi, ia pun menoleh ke sekitarnya dan tatapan matanya kembali bertemu dengan Darrien.
Gadis manis itu spontan membuang muka dan menyesap es jeruk untuk menghilangkan kecanggungannya.
Darrien memicingkan matanya, menatap heran dan penasaran pada Emlyn. Apa dia sedang menghindarinya?
...***...
Tak terasa, acara karaoke 3 jam itu akhirnya selesai juga. Emlyn yang adalah tipe penyendiri hanya membuntuti teman-temannya dari belakang yang sedang berjalan keluar dari ruang karaoke mereka.
Tanpa Emlyn sadari, ternyata masih ada orang lain di belakangnya, tiba-tiba saja ada yg menarik tangannya.
“Ahh…,” Emlyn terkesiap kaget, pintu karaoke ditutup dengan rapi oleh orang yang menariknya, matanya terbelalak melihat siapa yang menarik dan menahannya di ruangan itu, lagi lagi, Darrien Harrison!!!
Emlyn memperhatikan seisi ruangan, bisa-bisanya hanya tersisa mereka berdua di sana.
“Mr. Darrien, ada apa?” Tanya Emlyn dengan gemetar, tidak bisa menutupi kepanikkannya.
Darrien terkekeh melihat Emlyn yang terlihat panik dan polos di matanya.
Darrien memperhatikan Emlyn dari atas ke bawah, gadis itu jelas bukan tipenya, pakaiannya biasa dan tertutup, terkesan culun malahan, dengan kemeja kancing dan celana kerja panjang, tidak menarik baginya, tapi entah kenapa ia ingin sekali mendekati Emlyn, seperti ada magnet yang menariknya.
Mata jeli Darrien menjelajahi wajah kaget dan panik Emlyn, matanya berwarna hitam kecoklatan indah, hidungnya mancung, dan bibirnya kecil manis berwarna pink.
"Apa aku memiliki kesalahan padamu?" Tanya Darrien pelan.
"Tidak...," Jawab Emlyn cepat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, seperti anak kecil yang ketakutan.
"Lantas, kenapa kau menghindariku?" Tanya Darrien lagi.
"Tidak, aku tidak menghindarimu, mungkin anda salah paham Mr. Darrien..," Jawab Emlyn dengan cepat, sambil melirik kanan kiri mencari celah untuk kabur.
Darrien menatap tajam kedua mata Emlyn, mencari jawaban di sana. Kedua mata itu terasa tulus dan jujur.
Ditatap dengan begitu intens dan serius, membuat jantung Emlyn semakin berdegup kencang. Ia tanpa sadar menggigit bibir bawahnya, membuat Darrien yang melihatnya menelan ludah, bibir itu..., tiba-tiba ingin ia mengecapnya sedikit saja.
Darrien mengikuti nalurinya, mendekatkan wajahnya, hingga jarak mereka sangat tipis, Emlyn bahkan bisa mencium bau alkohol dari tubuh Darrien.
Emlyn dengan cepat memalingkan wajahnya saat Darrien mendekatkan bibirnya, pria itu tersenyum mendapat penolakan itu, menertawakan dirinya sendiri.
Jika tidak memikirkan Darrien adalah salah satu atasan di kantornya, mungkin Emlyn sudah menampar Darrien.
“Mr. Darrien…, sepertinya anda mabuk. Saya akan panggilkan yang lain untuk membantu.” Ucap Emlyn menghindari Darrien dan mengambil langkah ingin membuka pintu.
Darrien kembali menarik Emlyn dengan cepat dan segera melum@t bibirnya, Emlyn terkesiap kaget, mendorong Darrien sebisanya, tapi percuma. Pria itu terlalu bersemangat, apalagi setelah merasakan bibir itu terasa manis, Darrien merasa menginginkan lebih.
Emlyn merontah dan mendorong Darrien dengan sekuat tenaganya, memanfaatkan kekuatan tangan dan kakinya yang sudah ia latih di tempat kebugaran.
"Ahhh!" Teriak Darrien pelan saat merasakan sakit di tulang keringnya yang ditendang oleh Emlyn.
"Sadarlah Mr. Darrien!" Pekik Emlyn kesal.
Tapi emosi Darrien malah terpancing, ia tak tinggal diam, Darrien dengan cepat menarik tangan Emlyn keluar dari ruang karaoke itu.
Terkejut dengan reaksi kasar tiba-tiba Darrien, Emlyn tidak bisa mengelak, ia hanya mengikuti ke mana Darrien menariknya, melintasi lorong di sisi kiri mereka, menghindari kerumunan teman mereka dengan keluar dari pintu lain.
"Tol....," Emlyn ingin berteriak memanggil temannya saat jarak mereka tak terlalu jauh dari gerombolan itu.
"Diam...! Awas kau berani berteriak!" Peringat Darrien dengan cepat dan tegas.
Emlyn yang sudah merasa panik dan takut terdiam kaget, tanpa sadar ia mengikuti langkah Darrien yang membawanya ke parkiran mobil dan mendorongnya masuk ke mobilnya.
Emlyn sempat memberontak dan berusaha kabur, tapi tatapan dan tindakan Darrien mendominasinya.
Emlyn memejamkan matanya, tangannya saling bertautan mengenggam karena Darrien mengendarai mobilnya dalam diam dengan kecepatan sedang apalagi jalanan yang sudah mulai lenggang, pikirannya sudah membayangkan yang bukan-bukan.
“Turun!” Perintah Darrien saat mobilnya sudah berhenti terparkir rapi di sebuah basement.
“Heii… kau mau bawa aku ke mana?” Pekik Emlyn protes tangannya yang ditarik paksa oleh Darrien. Pria itu terlihat tergesa-gesa dan tidak bisa diajak bicara.
Darrien menekan tombol lift ke lantai 15, menuntut Emlyn ke sebuah kamar apartemen miliknya.
Emlyn menatap takjub melihat ukuran apartemen yang cukup luas itu, walaupun hanya memiliki 1 ruang tidur, tapi apartemen itu memiliki ruang tamu dan dapur serta teras yang menampilkan langsung pemandangan kota malam.
Tunggu, ini bukan saatnya terkesima dengan keindahan apartemen itu!
Darrien berjalan menuju dapur dan mengambil sebotol minuman berwarna putih, yang Emlyn yakin itu adalah alkohol. Pria itu menuangkannya ke gelas dan meneguknya dengan kasar.
Darrien menatap Emlyn yang masih berdiri mematung di depan pintu, jelas terlihat wanita itu kebingungan dan ketakutan berada di sana.
“Apa yang kau lakukan? Kenapa diam saja? Cepat buka!” Perintah Darrien yang mendapat tatapan heran dari Emlyn.
“Maaf Mr. Darrien, sepertinya anda salah orang. Saya sama sekali tidak ada hubungan dan masalah apapun dengan anda…,” Ucap Emlyn berusaha membela diri dan menenangkan Darrien.
Darrien melangkahkan kakinya mendekati Emlyn dengan tangan membawa segelas air yang tadi ia tuang dari botol. Darrien meminum air itu dan meletakkan gelasnya di lemari nakas secara asal di sampingnya.
Tangannya yang kosong segera menjangkau pinggang Emlyn, tangan satunya menahan tengkuk leher Emlyn yang berusaha menjauhkan wajah dan tubuhnya dari Darrien.
“Mr. Darrien, sadarlah!” Pekik Emlyn panik.
Darrien memegang kedua rahang Emlyn agar wanita itu membukakan mulutnya dan ia mel*matkan mulut itu seiring dengan menyalurkan air alkohol yang sedari tadi ia tahan di mulutnya.
“Eghhh… hukss..hukkss…,” Emlyn tersedak mendapatkan serangan dadakan itu, apalagi alkohol itu terasa sangat pahit.
“Kau gilaaa! Kau sedang mabuk dan kau salah sasaran Mr. Darrien! Lepaskan akuuu!” Berontak Emlyn yang kesal dan panik.
“Aku tidak salah sasaran, apalagi salah orang, aku sangat sadar…,” Bisik Darrien dengan dingin.
“Jika kau tidak salah orang, kenapa kau lakukan ini padaku?” Tanya Emlyn kesal.
“Aku ingin merasakanmu…,” Jawaban yang barusan didengar Emlyn membuatnya terdiam kaget, apa lagi ini???
.
.
.
.
.
To Be Continue~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments