Aku ingin merasakanmu…
Emlyn bukanlah wanita polos atau gadis baru beranjak dewasa yang tidak mengerti arah dari ucapan Darrien itu.
Tak ingin membuat waktu, Darrien kembali mencium Emlyn dan berusaha membuka kancing pakaian Emlyn meski wanita itu memberontak.
"Hentikan brengs*k!!" Ronta Emlyn mulai terisak tangis, kondisi yang ia hadapi sekarang membuatnya kembali teringat kenangan tentang Kay yang tidur dengan wanita selingkuhannya. Apa semua pria hanya menginginkan ini?
Darrien seperti sudah kehilangan akal sehatnya, tangannya menjangkau apapun yang bisa ia sentuh, remas dan mainkan.
Emlyn sudah kehabisan tenaga, rasanya sia-sia ia melawan. Tanpa sadar Emlyn melenguh saat tangan Darrien menyentuh bagian-bagian sensitifnya, pria itu tersenyum senang berhasil menaklukan perlawanan wanita yang sudah terbaring tanpa sehelai benang di hadapannya.
“Arrghh… Pakai pengamanmu, pengam…ahhh…,” Suara Emlyn hanya terdengar ******* saat Darrien memasuki intinya.
Darrien sempat terdiam dan mengernyit heran sesaat, lalu tersenyum dan melanjutkan kegiatannya memompanya di sana.
Waktu sudah menunjukkan pukul 08.19, Darrien baru saja membukakan matanya saat merasakan suhu kamar yang mulai menghangat. Ia mengerjapkan matanya, melihat ke sekelilingnya yang tampak berantakan dan kosong.
Ia sempat terbangun pukul 3 pagi saat merasakan sepertinya kasurnya sedikit bergoyang dan melihat seorang wanita melangkah keluar dari kamarnya, ternyata itu bukan mimpi, Emlyn memang sudah pergi subuh hari tadi.
...***...
Emlyn tampak malas dan tidak semangat ke kantor, ia terus berusaha menghindari bertemu dengan Darrien, apalagi bertatapan mata dengan pria itu. Syukurnya sudah dua hari ini Darrien pun tampak sibuk dan tidak mengganggunya, ia hanya terlihat sesekali dan melintasi ruangan Emlyn untuk menemui Kenneth.
Seperti saat ini, sudah ketiga kalinya hari ini Darrien melintas ruangan Emlyn untuk menuju ke ruangan Kenneth, tatapan matanya mencuri melirik melihat ke arah meja Emlyn, tapi wanita itu menundukkan kepalanya, berfokus pada komputernya atau dokumennya.
“Hmm…, ini sudah kesekian kalinya sejak kemarin kau keluar masuk ruangan ku tanpa hal yang jelas. Sebenarnya ada apa denganmu?” Tanya Kenneth tampak kesal karena konsentrasinya terganggu dengan kehadiran Darrien.
Darrien duduk di sofa, menghela nafas kesal, Kenneth yang tampak curiga mengikuti arah mata Darrien dengan pandangan matanya menyusuri kaca pembatas ruangan untuk melihat Emlyn, tapi wanita itu tampak cuek dan sama sekali tidak memperhatikannya.
“Kau sedang mendekati bawahanku???” Tebak Kenneth tanpa ragu.
“Apaa?? Mana mungkin??” Elak Darrien yang tampak kaget karena Kenneth bisa menebaknya dengan tepat.
“Aku melihat kau terus menatap ke arah sana setiap kali kau masuk…, jika kau tidak menatap Bella, maka kau sedang melihat Emlyn…”
“Apa aku tampak begitu jelas??” Tanya Darrien tidak percaya Kenneth seakan bisa mengetahuinya dengan jelas.
“Aku tidak masalah jika kau ingin bermain-main dengan Bella, tapi tidak dengan Emlyn. Dia anak baik-baik.” Tegas Kenneth pada Darrien.
“Kau tidak percaya padaku?”
“Banyak wanita di sekelilingmu, mana mungkin aku percaya padamu.”
“Heiii…, kau sendiri juga punya banyak wanita, aku ini berguru dari mu…”
“Tapi aku tidak mengencani karyawanku. Dan wanita mu hampir berganti tiap malam, kau jauh lebih playboy dariku, ok?”
“Aku tidak berganti wanita tiap malam, mereka yang menghampiri karena tidak tahan dengan ketampananku, dan aku tegaskan, aku tidak meniduri sembarang wanita, ok?” Bela Darrien tampak serius karena sedikit kesal merasa dirinya seakan adalah pria yang sangat buruk bahkan di mata teman yang sudah ia anggap kakak sendiri itu.
...***...
Emlyn tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang gugup dan jantungnya yang berdegup kencang karena takut saat melihat Darrien tiap kali melintasi ruangannya. Meski pria itu hanya melintas, Emlyn tidak ingin melihat dan bertemu mata dengan Darrien, ia merasa pria itu terlalu mengintimidasinya.
Emlyn memutuskan untuk menyembunyikan kejadian malam itu dan menguburnya dalam-dalam, ia ingin menganggap kejadian itu hanyalah kesalahan karena Darrien mabuk, dan ia yakin Darrienpun demikian, karena pria itu sama sekali tidak mencarinya sejak malam itu.
Emlyn dapat merasakan Darrien dan Kenneth sedang menatap ke arahnya melalui kaca pembatas ruangan, pasti kedua pria itu sedang menertawakan dirinya. Emlyn beranjak dari kursinya, berjalan menuju pantry untuk menyeduh teh, ia butuh minum sesuatu yang hangat untuk menenangkannya.
Tak tak tak…
Emlyn baru saja meletakkan gelas berisikan teh celup ke dispenser saat mendengar suara langkah cepat menghampirinya, Emlyn terkesiap saat berbalik dan mendapati siapa yang berdiri sangat dekat dengannya itu, bahkan Emlyn bisa mencium aroma parfum yang sudah bercampur dengan keringat pria itu.
Mata Emlyn terbelalak kaget saat pria itu justru merangkul pinggangnya dan mengecup dengan cepat bibirnya. Bibir dan tubuhnya terdiam kaku karena kaget.
Mata pria yang baru saja tanpa izin mengecup bibirnya itu memperhatikan wajahnya dengan seksama.
Emlyn melirik ke arah pintu pantry, cemas ada yang masuk dan melihat mereka, apalagi sedang berada di kantor dan melakukan hal tak pantas, membuat orang lain dengan mudah akan salah paham padanya.
“Pukul 6 sepulang kerja, tunggu aku di depan Café Pishop.”
“Ya?” Tanya Emlyn kebingungan.
“Jangan mencoba kabur…,” Pesan Darrien sebelum pergi, mengusap pelan hidung Emlyn yang masih tak berkutik mendapat perlakuan aneh dari pria yang tersenyum menatapnya itu.
Emlyn menghela nafas setelah sedari tadi menahan nafas. Jantungnya berdegup kencang tak karuan, ia sungguh tidak menyangka, entah sejak kapan Darrien mengikuti pergerakannya hingga berani menghampirinya. Ia bahkan mengira Darrien sudah melupakan kejadian malam itu.
Dan apalagi ini?
Setengah hari perasaan Emlyn tidak karuan, pikirannya pun kacau tidak bisa fokus, matanya berulang kali melihat jam yang seakan berputar sangat lambat.
“Emlyn, apa kau ada masalah? Sedari tadi kau terus melihat jam…,” Tanya Bella.
“Tidak, hanya punya janji makan malam dengan temanku…,” Jawab Emlyn tersenyum kikuk.
“Yoooo… mau ngedate ternyata, mana orangnya, coba lihat fotonya..,” Seru Bella antusias.
“Tidak, kami hanya baru kenal…,” Jawab Emlyn berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Baiklah, tidak memaksamu lagi, nanti kenalkan pada kami jika sudah pasti oke??”
“Engg…,” Jawab Emlyn menganggukan kepalanya.
Hari mulai gelap, sebagian karyawan sudah pulang kantor dan lima belas menit lagi menunjukkan pukul 6. Emlyn sedang berada di toilet kantor, mengusapkan bedak tipis ke wajahnya, tak lupa memoleskan lipstick di bibirnya.
“Apa yang aku lakukan? Apa aku ingin menggodanya? Ahh, tidak, aku hanya berpenampilan rapi agar tidak direndahkan olehnya.” Batin Emlyn bergulat dengan pikirannya sendiri.
"Aku yakin dia hanya ingin membicarakan malam itu dan memintaku melupakannya. Ayo tunjukkan harga dirimu Emlyn!" Semangat Emlyn pada dirinya sendiri.
Emlyn berjalan menuju sebuah café yang tak jauh dari kantornya, café tersebut berada di petigaan jalan, namun tidak banyak yang mengunjunginya. Emlyn memilih lokasi yang tidak terlalu mencolok untuk menunggu, khawatir jika teman-teman kantornya ada yang melintasi jalanan itu.
Silau lampu mobil berkedip menyinari wajahnya, matanya mengernyit saat menyadari mobil BMW berwarna navy menepi dan menghampirinya. Kaca mobil sisi penumpang terbuka, menampilkan sosok pria dingin yang menyopiri mobil mewah itu.
.
.
.
.
.
To Be Continue~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments