Bram menatap wajah ibunya yang kusut, perempuan yang jika Bram amati dengan seksama itu telah menjadi tua lebih cepat dari seharusnya. Beban hidup seperti menghimpitnya begitu dalam, menyembunyikan senyum yang seharusnya terpampang di permukaan wajah perempuan berumur yang dikenal Bram begitu sabar menghadapinya selama ini.
Bagaimana tidak, bertahun-tahun Bram hidup mengandalkan orangtuanya untuk menghidupi keluarganya sementara dia sendiri berkelana dalam lumpur dosanya bersama Sally, dia sibuk berselingkuh dengan mantan kekasihnya di masa mudanya itu dan sama sekali tak perduli bagaimana cara anak dan istrinya ditangani oleh kedua orang tuanya.
Untunglah, hidup mereka berkecukupan meskipun ayahnya adalah seorang pensiunan kepala Dinas di sebuah instansi pemerintahan tetapi tetap menjalankan CVnya, menjadi seorang kontraktor meskipun dia sudah cukup berumur. Ibunya juga mempunyai beberapa buah toko Bakery yang dirintisnya dari saat Bram masih belia, Bram juga beruntung keluarga mereka terkenal sebagai pemilik beberapa rumah kost dan wisma, aset keluarga mereka yang sesungguhnya. Usaha-usaha itulah yang membantu Diah dan anak-anaknya tetap cukup meskipun di tinggalkan oleh Bram tak tahu kemana rimbanya.
Dulu Bram adalah seorang pialang saham yang cukup sukses tetapi sekarang yang tersiasa darinya hanya kebangkrutan dan kehancuran. Bram benar-benar kehilangan segalanya, apalagi setelah kematian anak pertamanya Benny dan perceraiannya dengan istrinya, Diah.
“Diah tidak tinggal di rumah kalian lagi?” Tanya mama Bram, matanya tak lepas pada Bram yang duduk di kursi menghadap meja makan yang sama dengan sang mama.
Sudah seminggu ini dia menginap di rumah orangtuanya itu. Setelah kejadian malam yang membuat hidupnya berubah total itu, tepatnya usai dia pergi dari apartemen Sally dan menyaksikan bagaimana kekasih yang hendak di lamarnya malam itu sedang mengkhianatinya dengan cara menjijikan di depan mata kepalanya sendiri, Bram merasa bahawa tujuan dari hidupnya seperti tak lagi berarah.
Dia merasa terluka tak hanya hati tetapi harga dirinya sebagai laki-laki, Sally benar-benar telah mempermalukannya dengan cara yang luar biasa. Kejadian malam itu bukanlah hal yang bisa dilupakan begitu saja.
“Diah sudah hampir sebulan ini, tak lagi tinggal di sana.” Jawab Bram canggung, mata tua itu benar-benar terasa menghakimi dirinya, seolah ingin mengupas setiap kesalahannya.
“Kamu menyuruhnya pergi atau…?” Kalimat itu menggantung.
“Aku sudah menyuruhnya tinggal tetapi dia berkeras pindah ke apartemen bos tempatnya bekerja.” Sahut Bram sambil meraih gelas teh dari atas baki, menuangkan sendiri the itu dari dalam teko kaca yang ada di sana.
“Rumah itu bukan rumah kalian berdua, itu rumah anakmu Bella, mama dan papa memberikannya dulu untuk anak kalian.” Kata-kata itu terdengar menusuk.
Bram tak bersuara, dia meminum teh dari dalam gelasnya dengan sekali teguk. Teh itu sudah tidak lagi panas. Seperti hatinya yang mendadak terasa dingin dan hampa.
“Mama tak pernah merestui peceraian kalian. Bahkan sampai detik ini, mama masih berfikir bahwa ini semua hanya lelucon.”mama Bram tak mengalihkan tatapannya dari Bram.
“Aku tahu…” Bram berucap pendek, dia telah mendengan puluhan kali mamanya mengulang kalimat ini, selama dia berada di rumah ini tapi Bram tak berusaha untuk menggubrisnya. Lebih tepatnya Bram tak punya kata untuk sekedar membantah atau menenangkan sang mama. Setahu Bram, selama ini mamanya rela melakukan apa saja untuk menutupi semua kewajiban yang tak pernah dilakukan oleh Bram dalam hal menafkahi finansial keluarganya, demi mempertahankan rumah tangganya.
Berbulan-bulan pernah Bram meninggalkan rumah, kabur membawa lari kekasihnya Sally dari pernikahannya ke luar negeri. Mereka tinggal di sana, hidup menghabiskan uang Bram sampai rekeningnya tak bersisa. Dia telah berkalang kenikmat@n dengan mempertaruhkan segenap hidupnya.
Menyesal? Entahlah! Bram sampai sekarang bahkan tak menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya sekarang.
“Kamu telah menyia-nyiakan istrimu, kamu telah mengorbankan anakmu. Dan apa yang kamu dapatkan sekarang dari semua kesenanganmu? Kamu bahagia? Kamu puas…?” Mata tua itu berkabut, bibirnya gemetar. Dia belum bisa menerima perceraian Diah dan Bram begitu saja.
“Bertahun-tahun, mamalah yang berusaha membuat Diah untuk tetap tinggal bahkan mama telah bersikap keras padanya, supaya menutup mata terhadap semua pengkhianatanmu padanya. Tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali, Bram. Mama sudah menyanderanya supaya tidak meninggalkanmu, tetapi kamu dengan mudah melepaskannya.”
“Mama…” Suara Bram terdengar berat.
"Memaksa Diah untuk tetap tinggal, tidak hanya membuat dosaku berlipat-lipat tetapi juga akan membuat mama dan papa terlihat buruk.”
“Apa maksudmu? Kamu ingin mengatakan bahwa mama salah menentang perceraian kalian?” Mata tua itu membulat, tampak menegang di antara pias kesedihannya.
Bram tak menjawab, kepalanya terangkat dengan tegak.
“Kenapa kamu menatap mama seperti itu?” Mama Bram terlihat gusar, sikap Bram yang tak biasa itu, akhir-akahir ini membuat mama Bram sedikit bingung. Biasanya Bram akan bersikap menentang bahkan kadang-kadang dia akan melawan dengan cara yang keras, tetapi akhir-akhir ini setelah palu perceraian itu di ketuk, Bram tinggal di rumah orangtuanya dan mengurung dirinya di dalam kamar. Kadang dia pergi subuh dini pagi, sebelum semua orang bangun dan kembali pada saat matahari sudah naik. Sekembalinya, dia akan berada di dalam kamar bahkan kadang-kadang hanya turun dari kamarnya untuk makan.
Begitu terus selama seminggu ini, sehingga mama Bram kadang sangat sulit untuk bisa bertemu atau berbicara dengan Bram.
“Mama selalu membela setiap kesalahanku, mama selalu mengancam Diah untuk tidak berfikir pergi dariku meski mama sadar bahwa aku telah menyakitinya berkali-kali, bukankah itu juga tidak benar?”
“Kamu berusaha menyalahkan mama juga?”
“Aku tidak menyalahkan mama, hanya saja jika memang kita perlu membahas ini sekarang, dengan berat hati aku katakan, kita semua telah membuat Diah terpenjara bertahun-tahun dengan mengatasnamakan statusnya sebagai istriku, yang secara sadar mama tahu bahwa aku menikahinya pun dalam keadaan terpaksa. Dia hidup menderita, mungkin memang karena dosaku tetapi ketika mama dan papa tak pernah benar-benar menyalahkanku dengan semua yang ku lakukan pada Diah, tidakkah itu juga merestuiku untuk menyakiti Diah.”
“Bram!” Wajah mama Bram memerah, dia tak pernah menyangka Bram bisa mengatakan hal itu padanya, sebuah kalimat menohok yang seketika menyudutkannya sebagai orangtua.
“Aku telah gagal sebagai suami dari awal aku mengucapkan ijab Kabul dengan Diah, akau telah gagal menjadi seorang ayah sejak aku memaksa Diah untuk menggugurkan anakku, aku telah gagal dalam semua hal. Aku mengakuinya dan aku akan bersedia mempertanggungjawabkannya kelak, karena aku memang telah gagal di masa lalu.” Bram mennahan nafasnya yang tiba-tiba memburu.
“Tetapi mama yang selalu menuntutku untuk mempertahankan Diah meski mama tahu benar itu menyiksa Diah, mama yang memaksa Diah bertahan walau mama tahu diah sudah tak sanggup lagi, aku minta maaf mengatakannya, mama sebagai seorang mertua juga mempunyai andil membuat Diah menderita."
(Cerita ini alur mundur dari kisah Diah ya, Cerita Bram di mulai dari saat dia keluar dari apartemen Sally dan bertemu pak Syarif. Kejadian ini sebelum Diah menikah dengan Doddy, dalam kurun waktu delapan bulan Doddy kembali menyelesaikan S-2 nya, tanpa menghubungi Diah sama sekali. Tepatnya, sebelum Doddy melamar Diah🙏 Supaya readers tidak bingung jika di cerita ini Diah masih status janda🤗)
Terimakasih sudah membaca novel ini dan selalu setia, kalian adalah kesayangan othor🤗 i love you full....
Jangan Lupa VOTEnya yah untuk mendukung novel ini, biar othor tetap semangat menulis😂🙏🙏🙏
...VOTE, LIKE dan KOMEN kalian selalu author nantikan, ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
N Wage
sengaja baca novel ini saat babnya sdh banyak😊
2022-07-06
1
🐥Yay
Aku baru baca karyamu Thor, tp malas mau baca cerita sebelumnya hehhe. semoga aku paham😂
2022-06-03
1
Yeni Puspita
aku paham tanpa harus di jelaskan, karna udh baca dari awal dan aku suka banget😘
sukses terus thor
2022-05-27
1