Di tempat lain, Juli yang sudah menenggak beberapa botol minuman, berusaha untuk menghubungi Nando, namun tak kunjung mendapatkan jawaban.
"Pria itu brengsek juga! membiarkan aku menunggu dua jam di bar ini," umpat Juli, dia merasa sesak di dadanya karena baru saja mendapatkan telepon dari sang suami yang telah menceraikannya secara sepihak dan mengambil alih harta warisan berupa rumah megah yang selama ini ia jaga. Oleh sebab itu, dia ingin mencurahkan segala isi hatinya secara langsung kepada Nando, karena untuk saat ini, hanya pria itu yang mampu ia percaya. Dia tidak memiliki siapapun selain adik dan suaminya, dia jarang bertemu dengan teman-temannya karena sibuk bekerja.
Dia menghabiskan waktu untuk mencari uang sebanyak-banyaknya agar mampu memiliki tabungan di masa depan, untuk adik dan anak-anaknya kelak, namun semua mimpi telah pupus, Juli hancur oleh sebab pengkhianatan dua orang yang sangat ia sayangi.
"Mengapa dunia ini tidak adil!" Dia memukul meja yang ada di depannya sembari menangis. Juli meratapi kesialannya, segala nasib buruknya. Dia menyesal terlalu memanjakan adiknya, terlalu percaya dengan suaminya.
"Jack, aku harus bagaimana? aku telah hancur karenamu, tetapi kau justru mengusirku dan mencampakkanku! dimana janji setia pernikahan yang kau ucap satu bulan yang lalu? apa itu hanya kedok? agar kau bisa bersama adikku? jika iya, kau sangat jahat Jack! brengsek kau Jack!" pekik sang wanita. Dia meraih satu botol minuman lagi dan meminumnya dengan isak tangis menyayat hati.
Semua pengunjung bar tidak terlalu memperdulikan Juli, meskipun dia sedari tadi berteriak bahkan mengumpat tanpa jeda, karena mereka sudah memahami jika tempat itu memang untuk orang-orang yang tersakiti untuk meluapkan segala rasa sesak di dalam dada.
Juli juga tidak memperdulikan jika banyak orang melihatnya seperti wanita murahan. Dia hanya peduli dengan dirinya sendiri, dia merasa jika segalanya telah hancur, dia tidak memiliki apapun lagi.
Meski dia masih memiliki tabungan, tetapi sudah ia habiskan untuk membayar kenikmatan duniawi yang baru saja ia rasakan. Dia harus membayar banyak uang hanya untuk merasakan hentakan benda tegak itu, sungguh menyesakkan karena dia tidak mendapatkan haknya yang harus ia dapat dari sang suami.
Justru sang adik yang menikmati sentuhan sang suami dan mengambil keuntungan atas sifatnya yang terlalu baik.
Hatinya pedih kala mengingat kejadian dimana sang suami sedang bercintaa dengan sang adik di kamar miliknya.
Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, sang suami sedang menghujamkan keperkasaannya di mulut sang adik, sembari terus melenguh, dia juga menyemburkan cairan penuh kenikmatan di wajah sang adik. Bahkan setelah itu, ia menyesap kembali keperkasaan sang suami hingga cairan itu habis tak tersisa.
Dia hancur, Juli sudah susah payah bekerja siang dan malam untuk menyekolahkan sang adik hingga mampu bekerja di perusahaan terkenal milik sang suami sebagai sekretarisnya.
Tapi, semua kebaikannya ternyata tidak berarti apapun, dia hanya dibohongi dan dikhianati oleh dua orang yang sangat dekat dengannya itu.
Juli tetap berada di bar itu sambil menangis, dia tidak tahu lagi harus pergi kemana.
"Ayah, ibu, mengapa nasibku begitu malang! apa yang harus aku lakukan? adikku telah berkhianat dan suamiku juga bersekongkol dengannya untuk menghancurkanku. Apakah aku harus mengakhiri hidupku?" Juli merasa sangat hancur, hidupnya seperti tidak berarti lagi.
....
Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 waktu setempat, tetapi pria yang ia tunggu tidak juga menampakkan batang hidungnya.
Dia mulai putus asa, Juli beranjak dari tempat duduknya dengan langkah sempoyongan menuju kamar mandi yang ada di bar itu.
Butuh lima menit waktu yang ia tempuh untuk sampai di kamar mandi wanita yang sudah di sediakan oleh pihak bar.
KLEK!
Pintu kamar mandi wanita telah terbuka, dia menatap dirinya di depan cermin.
"Juli! apakah kau seorang wanita tidak tahu diri? kau menyerahkan mahkotamu kepada pria asing, bahkan harus membayar lebih untuk itu. Apakah aku wanita yang begitu menyedihkan? sehingga, untuk mendapatkan kenikmatan malam pertama itu harus menyewa seorang pria? hiks, aku hanya sampah! aku tidak pantas hidup!"
Juli sudah berada di fase terpuruk, sangat terpuruk. Dia nekat mengambil sebuah pisau lipat yang selalu ia bawa kemanapun ia berada untuk melindungi dirinya dari orang-orang yang berbuat jahat kepadanya.
"Ayah, ibu! aku akan segera menyusulmu." Juli membuka pisau lipat itu dan menempatkan mata pisau yang lebih tajam di pergelangan tangannya.
Sret!
Pisau lipat nan tajam itu menghunus pergelangan tangannya, seketika darah segar tercecer di lantai kamar mandi.
Juli masih dalam keadaan sadar saat darah segarnya mengalir dari titik nadinya.
Bruk!
Beberapa detik setelahnya, tubuh Juli ambruk. Dia benar-benar telah mengakhiri hidupnya, meninggalkan kenangan buruk yang menyakiti hatinya.
Dia berharap akan bertemu dengan kedua orang tuanya dalam kedamaian abadi.
…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
nenty simanjuntak
gw mau nanya buat ibu2 pembaca setia , sehari berapa kali digituin ama suami ?? krn sy pernah konsultasi ke dokter masalah sy, gpp ya kt curhat2an 😊
2022-05-04
3
ande
😊😊
2022-04-20
1
dinn
bikin loyo aja thor biar kena azab suka celap celup🌚🌚
2022-04-17
2