FILIPINA.
Quezon, maret 2014.
Seorang pemuda menggendong istrinya yang sedang hamil besar. Dia memanggil Suster agar segera membantu istrinya yang akan segera melahirkan.
"Naikkan istrimu keatas troli." Ucap Suster itu dengan bahasa Filipina.
Pemuda berusia 21 tahun yang bernama Edgar Jared itu pun langsung membaringkan istrinya diatas troli. Lalu dia membantu suster mendorong troli tersebut menuju ruang persalinan. Begitu tiba didepan ruang persalinan, Edgar pun berhenti dan membiarkan Suster membawa istrinya.
"Ed, apa yang terjadi?" Kedua orangtua Edgar berlari kearahnya dengan perasaan khawatir.
"Ariana akan segera melahirkan anak kami, Ma, Pa." Jelasnya dengan penuh rasa khawatir.
"Semuanya Akan baik baik saja." Mencoba menenangkan putra sulungnya itu.
Selama hampir tiga jam Edgar dan kedua orangtuanya menunggu di luar ruang persalinan, yang mereka lakukan hanya berdoa, agar Ariana bisa melahirkan bayi dengan selamat.
"Eeakk, eeaakk…" Suara tangis bayi terdengar oleh mereka.
"Ma, Pa. Bayiku sudah lahir..." Ucapnya bahagia dan tidak sabar ingin melihat bayinya segera.
Selang beberapa menit kemudian, Suster membawa bayi kehadapan Edgar. "Bayinya perempuan. Dia sangat imut dan cantik. Sangat mirip ibunya." Ucap Suster itu pada Edgar.
Dengan sangat hati hati Edgar mencoba menyentuh pipi bayinya. Dia tidak menyangka akan menjadi ayah diusia yang masih sangat muda.
"Anda mau menggendongnya?" Tanya Suster itu.
Edgar menggeleng. Dia hanya terkesima dengan bayi mungil itu. Edgar bahkan mencoba mencium pipi bayinya. Susterpun membantu. Begitu Edgar berhasil mencium pipi bayi itu, dia pun menangis haru.
"Hai, sayang. Kamu adalah Liezel Jared. Papa mencintaimu. Tumbuhlah menjadi gadis yang baik." Ucap Edgar sambil menahan tangisnya.
"Apakah nama bayi ini Liezel?" Tanya Buwan Jared, yang merasa terharu melihat cucu pertamanya lahir.
"Iya Papa. Aku memberinya nama Liezel." Ulang Edgar.
"Suster bolehkah saya menggendongnya?" Nenita Jared pun menggendong cucu pertamanya itu dengan bahagia.
"Bayi yang sangat cantik. Nenek akan menjagamu sayang. Nenek akan melindungi kamu dan akan membantu Mama kamu menggendong bayi kecil ini." Nenita bicara pada cucunya.
Sementara itu, di ruang persalinan. Dokter dan Suster kehilangan Ariana. Mereka hanya menemukan secarik kertas yang sepertinya ditujukan untuk Edgar.
"Tuan Edgar?" Panggil Dokter itu.
"Ada apa Dokter? Apa terjadi sesuatu pada istri saya?" Ia bertanya khawatir.
"Maafkan kami. Istri Tuan sepertinya sudah pergi. Dia meninggalkan surat ini di atas kasur. Sepertinya ini untuk anda Tuan." Jelas Dokter sambil memberikan kertas itu pada Edgar.
Nenita dan Buwan saling bertatapan. Mereka masih belum terlalu mengerti dengan situasi ini. Sementara Edgar langsung berlari mencoba mencari istrinya. Sayangnya setelah berlari mengelilingi rumah sakit, dia tidak dapat menemukan istrinya.
"Apa yang terjadi Ariana? Kenapa kamu pergi begitu saja. Padahal anak kita sudah lahir. Aku sangat mencintaimu." Ia menangis sedih karena tidak bisa menemukan istrinya dimanapun.
Kemudian perlahan dia membaca surat dari Ariana. Dengan ragu dia mulai membaca surat itu.
*(Ed, maafkan aku. Sejak pertama kita bertemu, aku tidak pernah mencintaimu. Aku hanya tertarik karena kamu sangat baik dan begitu perhatian padaku. Terimakasih karena sudah menjadi laki laki yang bertanggung jawab. Kebaikanmu membuatku merasa tertekan setiap harinya. Karena itu aku pergi. Tolong jangan mencariku. Aku ingin kita bercerai. Dan jagalah bayi itu untukku. Terimakasih atas semua kebaikanmu padaku. Aku juga meminta maaf pada Papa dan Mama. Maafkan Aku Edgar. Aku sudah tidak bisa berpura pura mencintaimu lagi. Hiduplah dengan bahagia. Aku pun akan hidup bahagia dengan lelaki pilihanku yang aku cintai.)*
Edgar tidak begitu mengerti maksud dari surat itu. Dia masih tidak bisa fokus dengan semua kejadian yang dialaminya hari ini. Kebahagiaan dan kedukaan datang bersamaan dihari yang sama. Semua itu membuatnya lelah dan tidak mampu bertahan, sehingga Edgar jatuh pingsan begitu saja di lantai rumah sakit yang dingin.
Nenita dan Buwan yang sedang berlari untuk mengejar putra mereka, akhirnya menemukan tubuh pucat tidak berdaya pitra mereka yang terbaring tidak sadarkan diri di lantai rumah sakit.
"Edgar..." Teriak Nenita yang langsung membawa kepala putranya dalam pangkuan.
"Tidak. Kamu kenapa sayang. Bangunlah, jawab pertanyaan Mama." Dia sangat mengkhawatirkan putranya.
Buwan meraih secrik kertas surat ditangan Edgar. Matanya fokus membaca isi surat tersebut. Lalu, diremasnya kuat kertas itu dalam genggamannya.
"Berani sekali dia menipu kita selama ini." Dia geram memikirkan betapa liciknya Ariana menipu mereka selama hampir satu tahun ini.
"Aku kira dia wanita yang baik. Rupanya dia hanyalah wanita tidak tahu diri. Setelah Edgar memberikan semua untuknya, seperti inilah balasannya. Aku tidak akan pernah memaafkan wanita itu." Rutuk Buwan terbawa emosi yang meluap.
"Pa, panggilkan dokter. Tolong Edgar, tolong anakku." Tangis Nenita pecah. dia benar benar khawatir pada putranya itu.
Beberapa menit kemudian, Edgar sudah terbaring lemat diatas ranjang pasien. Dokter sudah memeriksanya dan akan memberikan obat obatan juga.
"Apa putra saya mengalami sesuatu yang berbahaya?" Tanya Buwan penasaran.
"Putra anda baik baik saja. Dia sagvat kelelahan dan pingsan. Tidak usah khawatir, dia bisa langsung dibawa pulang hari ini." Ucap Dokter itu.
Buwan dan Nenita benar benar membawa Edgar pulang. Mereka memutuskan untuk merawat Edgar dirumah saja. Mereka juga membawa serta Liezel untuk ikut pulang.
Setibanya di rumah, mereka disambut oleh Reyna dan Efran, adik adik Edgar.
"Ed kenapa, Ma?" Tanya Reyna khawatir melihat Ed tidak sadarkan diri.
"Ed hanya butuh istirahat, sayang." Jawabnya.
Buwan pun membawa tubuh Edgar menuju kamar dengan bantuan Efran.
"Ariana, mana?" Tanya Efran pada papanya.
"Mulai saat ini, kita tidak perlu menunggunya lagi. Dia sudah pergi jauh meninggalkan Ed dan bayinya." Buwan menjelaskan pada putra sulungnya itu.
"Apa Ariana meninggal?" Tebaknya kurang yakin.
"Tidak sayang. Dia pergi menemui lelaki lain." Jelas Buwan sambil menyelimuti tubuh Edgar.
"Apa dia tidak bersyukur memiliki suami seperti Ed? Dasar wanita tidak tahu diri." Ucapnya geram.
Meski Efran masih remaja, tapi dia sudah sangat paham masalah yang terjadi pada orang orang dewasa seperti yang sedang dialami Edgar, kakaknya.
"Aku tidak akan mengizinkan Ariana menemui bayinya sedikitpun, meski dia memohon dan berlutut sekalipun." Sambungnya. Dia benar benar membenci Ariana yang memberikan luka untuk kakak yang sangat dicintainya itu.
"Dia tidak akan menemui bayinya. Dia meninggalkan bayi yang baru lahir ini bersama kita. Dia wanita yang sangat buruk." Ujar Reyna yang datang untuk melihat keadaan Edgar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments