Episode 5

Tiga hari kemudian.

Perlahan Edgar membuka matanya. Dia menatap langit langit yang sangat dikenalnya. Ya, Edgar saat ini berada dikamarnya. Dia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Tapi, kepalanya terasa sangat pusing sehingga dia memutuskan untuk tidak mengingat apapun dulu.

"Ed, are you ok?" Gadis cantik bernama Reyna mendekati Edgar.

Hanya senyum yang terlihat disudut bibir Edgar. Itulah jawaban dari pertanyaan Adiknya itu.

"Ma, pa. Ed sudah terbangun." Teriaknya memanggil Mama dan Papa.

Mama dan Papa yang sedang mencoba menenangkan Cucu mereka yang menangis itu, segera menuju kamar Edgar. Begitu mereka tiba, Edgar menatap bayi mungil dalam gendongan Nenita.

"Mama, boleh Ed menggedongnya?" Mengulurkan kedua tangannya untuk memangku putri kecilnya.

"Kamu baik baik saja, Ed. Kamu harus makan terlebih dahulu." Mama mendekati Edgar sambil membawa bayi mungil itu.

"Iya Ed, kamu sudah tiga hari tidak sadarkan diri." Sambung Papa.

"Nanti saja Ma, Pa. Ed ingin menggendongnya." Mengambil alih bayinya dari mama.

"Hello baby. Saya adalah Papamu. Saya akan menjagamu, jadi baby tidak perlu bersedih, ya." Mengelus pipi mungil itu. Dan bayi pun benar benar tenang berada dalam gendongan Edgar.

"Ed, lihatlah baby merasa nyaman bersama kamu. Kalian benar benar sehati." Ujar Reyna terharu menyaksikan adegan itu.

"Ma, Pa, Reyna. Bisakah kalian tinggalkan Ed sendiri bersama baby? Ed ingin berdua saja bersama baby." Pinta Edgar pada mereka.

Mama, Papa dan Reynapun setuju. Mereka meninggalkan kamar Edgar.

Kini Edgar hanya berdua saja dengan Liezel. Ditatapnya dengan dalam wajah mungil yang kini ada dalam dekapannya. Wajahnya benar benar mirip dengan Ariana.

"Kamu bahkan sangat mirip dengan Mama. Jangan sedih, Papa akan menjagamu lebih baik dari Mama." Mencium wajah mungil itu.

"Aku tahu Ariana. Aku tahu kamu tidak mencintaiku. Maafkan aku, karena keegoisanku, aku tetap menahanmu untuk tetap tinggal. Tapi, kenapa kamu meninggalkan Liezel bersamaku. Dia sangat membutuhkanmu. Seharusnya kamu membawanya pergi. Aku tidak akan melepas tanggung jawabku sebagai Papanya. Meski aku harus berhenti bertanggung jawab padamu." Air matanya menetes, tapi segera dihapusnya.

"Baby, mulai hari ini Papa akan bekerja keras dan menjadi Rich Papa buat baby. Papa akan selalu tersenyum untuk baby. Papa akan selalu tersenyum untuk semua orang yang Papa cintai. Papa tidak ingin memperlihatkan kelemahan papa dihadapan mereka. Jadi, baby harus berjanji untuk setia menemani Papa sampai akhir." Edgar berbicara dengan anaknya seakan bayi itu mengerti semua ucapannya.

Sementara itu, Mama, Papa dan Reyna diam diam mendengar ucapan Edgar. Mereka pun ikut menangis menyaksikan kesakitan yang harus dialami Edgar.

"Ma, Pa kita harus berpura pura tidak mendengar semua ini. Jangan pernah memperlihatkan kesedihan kita dihadapan Ed." Reyna menyarankan pada kedua orangtuanya.

"Tentu sayang. Mulai hari ini, kita harus menjaga Ed dan Liezel dengan baik." Ucap Papa, lalu memeluk istri dan putrinya itu.

Sementara itu, si bungsu Efran sedang bermain game dikamarnya. Ya, begitulah Efran. Setiap pulang sekolah, dia akan menghabiskan waktunya untuk bermain game atau belajar dikamarnya. Dia sangat penyendiri dan tidak suka berteman. Tapi, siapa tahu, Efran nantinya akan menjadi pria yang sangat berani untuk melindungi kakaknya Edgar dan Reyna. Efran juga akan menjadi paman terbaik buat Liezel.

Meski, matanya fokus menatap layar komputer, pikirannya dipenuhi dengan kebencian terhadap Ariana yang melukai perasaan kakaknya.

"Ariana, kenapa kamu tega meninggalkan Ed. Aku pastikan akan membuatmu menyesal meninggalkan Ed. Dan jangan pernah berharap bisa menemui Liezel bahkan dalam mimpi sekalipun. Wanita rendahan." Efran menegaskan itu sambil menatap foto Ariana dengan penuh kebencian dan dendam yang berapi api.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***