"ck bagaimana mungkin seseorang melupakan wajahku ini" Angkasa sedikit kesal karna wanita didepannya melupakan wajahnya. Angkasa yang selama ini selalu dikejar-kejar wanita karna ketampanannya sedikit kesal karna rupanya ketampanannya tidak berfungsi kali ini, seseorang melupakan wajahnya. terlebih lagi belum satu hari setelah pertemuan mereka.
"saya minta maaf karna tidak mengingat anda, saya memang selalu kesulitan dalam mengingat wajah orang" Nirmala berusaha memperbaiki suasana melihat wajah kesal pria yang ada didepannya
"baiklah tidak apa-apa" Angkasa hanya menarik nafas kasar kemudian sedikit tertawa menertawai dirinya dendiri.
"jadi apa yang kau lakukan disini" pertanyaan Angkasa memecahkan suasana kikuk tersebut
"hanya berjalan-jalan, kebetulan toko cepat tutup hari ini jadi saya punya kesempatan berjalan-jalan" kali ini Nirmala sudah bisa tersenyum kearah Angkasa yang sepertinya sudah tidak kesal lagi.
"benar, bukankah bekerja itu melelahkan"
"sepertinya anda juga kesini karna lelah menghadapi pekerjaan anda"
"benar, aku hanya ingin merasakan udara nyaman ini setidaknya beberapa jam" Angkasa tersenyum penuh arti menatap wanita didepannya kemudian kembali menatap pemandangan kota.
"boleh saya bertanya maksud dari senyuman anda?" Nirmala yang memperhatikan tingkah Angkasa sedikit terusik
"rupanya kau memperhatikan, tidak ada artinya hanya saja aku jadi merasa nyaman bercerita denganmu karna tidak mengenaliku" Angkasa kembali menatap Nirmala setelah itu.
"kadang kita memang merasa lebih nyaman bercerita karna orang yang mendengarkan itu sama sekali tidak mengenal kita"
ditdutt ditduttt ditduttt...
"halo..." Angkasa berbicara dengan seseorang disebrang telfon
"ada berkas yang harus anda tandatangani di kantor sekarang tuan"
"baiklah aku akan berada disana dalam waktu 30 menit" Angkasa kemudian menutup ponselnya dan berdiri dari duduknya
"sepertinya aku harus pergi sekarang" Angkasa berpamitan pada Nirmala
"sepertinya anda benar-benar orang yang sangat sibuk tapi bukankah kita harus berkenalan terlebih dahulu?" Nirmala memandang Angkasa yang berdiri menjulang didepannya
"tidak, aku masih ingin tetap merasa nyaman ketika kebetulan bertemu denganmu lagi"
Nirmala tersenyum mendengar perkataan Angkasa.
"jika kita tidak pernah bertemu secara kebetulan lagi, kuharap anda bisa mampir ke toko roti kami"
Angkasa balas tertawa mendengar perkataan Nirmala kemudian berjalan mundur dan mengayunkan tangannya memberi tanda dia segera pergi yang dibalas anggukan oleh Nirmala kemudian Angkasa berbalik berlari menuruni tangga. sementara Nirmala terus memandang kepergian Angkasa.
"Akhh tapi siapa dia itu kenapa aku tak ingat sama sekali" Nirmala bicara pada dirinya sendiri.
...****************...
"jadwal anda kosong sore ini tuan, tapi ada undangan makan malam dengan Presdir Alaska Group"
Angkasa yang sedang asik melamun menghadap dinding kaca ruangannya terhenyak dari lamunan.
"Presdir Alaska group?" Angkasa mengernyitkan dahinya mulai berfikir
ditdutt ditduttt ditduttt...
ponsel Angkasa berbunyi dan tertera disana tulisan "Ibu"
"halo ibu..."
"datanglah kerumah untuk makan malam"
"ibu aku sibuk"
"ibu tidak menerima penolakan"
tuuutttt....ttuttttt
Ibu Angakasa langsung memutuskan panggilan setelah itu sementara Angkasa hanya menghela nafas kasar.
"gantikan aku makan malam dengan Presdir Alaska Group" Perintah Angkasa kemudian
"baik tuan"
...****************...
Sampailah Angkasa di rumahnya yang begitu megah. Angkasa sudah tidak tinggal disini sejak 4 tahun yang lalu dan karna terlalu sibuk Angkasa sangat jarang pulang ke rumah bahkan hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Terlepas dari itu sebenarnya Angkasa memang sedikit malas untuk pulang karna sering berbeda pendapat dengan Ayahnya.
"apa kabar perusahaan?" ayah Angkasa memulai pembicaraan saat makan malam yang begitu hening.
Makan malam keluarga ini hanya diadakan oleh Nenek, Ibu dan Ayah serta Angakasa Sendiri.
"Perusahaan berjalan normal dan mengalami peningkatan penghasilan yang cukup pesat" jawab Angkasa tegas pada ayahnya.
"baguslah" Ayah mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar jawaban anaknya.
"Ibu rasa ini sudah saatnya kau menemukan pendamping" Ibu Angkasa menimpali
Angkasa terhenyak mendengarnya kemudian melepaskan pisau dan garpu yang ada ditangannya lalu menatap ibu dan ayahnya.
Sementara nenek terus fokus pada makanannya seolah tidak menghiraukan percakapan mereka.
"ibu dan ayah tidak bisa menunggu lebih lama lagi" lanjut ibunya mengetahui Angkasa ingin membantah.
"apa kalian harus mengatur ini juga?" Angkasa masih berusaha menanggapi dengan santai dengan kembali memakan makan malamnya.
"kau sudah berumur 28 tahun dan tidak ada alasan untuk menunda lagi" kali ini ayah berbicara
Angkasa terus memakan makan malamnya dengan lahap sampai habis dan meminum air putih satu kali teguk
"aku akan memikirkannya dan aku harap tidak ada yang mengatur apapun diluar pengetahuanku" Angkasa kemudian menunduk sopan dan pergi dari acara makan malam itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments