Olin masuk ke dalam kamar. Ia membersihkan dirinya dari kuah sop dan memasang plaster pada keningnya. Ia bahkan tak mampu menangis lagi kali ini. Air matanya, serasa sudah mengering karena perbuatan mereka semua. Belum lagi, Kakak sepupunya yang sering mencuri uang tabungannya untuk berfoya-foya.
"Udah ngga tahan rasanya. Pergi lebih baik. Terserah, mereka mau cap sebagai keponakan durhaka, atau apalah itu." ucapnya.
Ia pun bergerak. Melipat beberapa pakaian yang akan Ia bawa. Tak banyak, karena Ia ingin pergi dengan segera. Olin pun meraih tabungannya, yang Ia wadahkan ke sebuah kaleng biskuit bekas. Itu pun, Ia taruh di bawah lemari agar lolos dari Baim.
"Ada Satu juta. Ongkos ke kotanya, Dua ratus ribu dari angkot hingga bus. Dan disana cari kost murah. Jadilah. Cari kerja seadanya, kumpulin uang buat kuliah." ucap Olin, dengan harapan yang begitu besar.
Hari semakin larut. Terdengar suara motor Baim, masuk ke halaman rumah. Hanya tinggal menunggu Baim tidur, lalu Ia akan pergi dari rumah itu.
Kleeekkk! Lampu kamar Baim telah dimatikan. Olin masih diam menahan rasa kantuk di dalam kamarnya. Hanya bebrerapa menit, untuk mendengar dengkuran keras keluar dari mulut Baim.
"Aman..." ucap Olin.
Kamarnya ada di lantai atas, sebuah ruangan kecil yang dibagi dua dengan Baim. Ia pun mengeluarkan seprai yang telah Ia gabung dan di ikat dengan kain lain di jendelanya. Ia pun turun perlahan, lalu loncat ketika telah sampai di bawah
" Aman..." ucapnya lagi, dengan senyum kali ini.
Ia pun berlari, meninggalkan rumah penuh derita itu. Tanpa satu orang pun yang melihat, karena semua telah lelap dengan mimpinya masing-masing.
Dipasar, Ia menumpang dengan sebuah mobil sayuran yang kebetulan akan berangkat ke kota. Tak apa, meski sempit dan kotor, setidaknya menghemat pengeluarannya untuk naik bus.
"Pak, jangan bilang Om kalau Olin kesini. Bilang aja ngga tahu." pinta nya.
"Iya deh, iya. Neng Olin hati-hati tapi, jaga diri baik-baik. Kalau ada sesuatu, datengin Bapak disini."
"Iya Pak Bakri. Aman deh." ucap Olin. Lalu Ia pergi, mengikuti arah angin yang membawanya entah kemana.
Olin mencari sebuah kost kecil, yang hanya cukup untuk dirinya sendiri. Ia bekerja dimanapun, asalkan Ia menadapat gaji dan dapat menabung untuk kuliahnya.
Hampir Dua tahun Ia terkatung-katung di kota. Ingin kembali tak mungkin, dan bertahan sulit. Dan Ia memilih bertahan meski sangat menyakitkan. Hingga cita-citanya untuk kuliah terkabul. Meski tertatih mengmpulkan uang dan mengatur waktu belajarnya.
Ia bahkan bekerja di sebuah kedai pecel lele, tempat dimana Ia dan Reza bertemu. Kala itu, Ia memergoki beberapa anak berusaha mencopet dompet Reza dan menegurnya.
"Cowoknya ganteng. Tapi, berpakaian seperti itu. Pasti orang kaya. Sadar Olin, sadar." ucapnya, ketika pertama kali bertatap muka dengan Reza.
Sejak saat itu, Ia pun tahu jika Reza selalu mencarinya. Tapi memang Ia selalu menghindar. Demi apa? Demi menjaga hatinya sendiri. Mengingat kasta mereka yang begitu berbeda.
Hingga suatu hari, sebuah tawaran menjadi OB di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan besar, hingga Ia dapat diterima disana. Ia tak tahu, jika ada campur tangan Reza di dalamnya.
Hingga kejadian itu, ketika Ia bekerja dengan begitu riang gembira dengan lagu kesukaannya. Mendendangkan, sembari memperagakan gerakan nya. Ketika, terlalu semangat hingga mengenai tubuh Reza hingga pingsan.
"Aku sendiri, bahkan nyaris pingsan kala itu. Melihatnya yang selalu aku hindari, tapi ternyata bertemu di satu tempat kerja. Dan ketika itu, aku tahu siapa dia."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Dedeh Dian
aduh Olin sampai Reza pingsan kena tendangan maut mu ...
2022-12-28
0
Nana
si rambut mi. julukan Reza utk Olin 😂😂😂😂😂
2022-10-13
0
Dia Jeng
bagus juga ceritanya
2022-09-21
0