Penagih Hutang

Sebelah tangannya mendorong pintu dan terbuka mengeluarkan suara decitan.

Saat sudah terbuka lebar, mata Rila langsung tertuju kedalam ruangan dan pupilnya seketika membesar melihat hal yang mengejutkan di dalam.

Tanpa melepas sepatu, Rila langsung bergegas masuk kedalam melihat sosok wanita yang sangat dikenalnya terduduk di kursi yang berada di tengah ruangan dengan didampingi dua Pria bertubuh besar mengenakan jas hitam berdasi rapi berdiri di samping kanan dan kiri.

Tampak wanita di kursi itu seperti tidak sadarkan diri, melihat mulutnya yang disumpal kain dan kedua kaki maupun tangan yang di ikat tali kuat seakan membuat Rila kaget disertai rasa terancam.

"Hei gadis kecil! Di mana Ayahmu?" Salah satu Pria bertubuh besar dengan perawakan body guard melangkahkan kakinya menghalangi jalan Rila.

"Ibu!" teriak Rila seolah tak peduli dengan pertanyaan barusan yang ditujukan padanya. Merasa panik dan cemas dia berusaha keras menembus jalan dengan memindahkan kaki sana sini guna bisa melewati Pria yang menghalanginya. Sorot matanya tak bisa lepas menatap cemas sang ibu tidak jauh.

Si Pria dengan tubuh besar itu jadi tersulut emosi sebab gadis remaja seperti Rila begitu berani mengacuhkannya. Hingga usaha Rila ingin mendekati ibunya yang tengah pingsan tak sadarkan diri gagal.

Pria itu menahan bahu Rila dan mencekal pergelangan tangan gadis yang tubuhnya memang kecil di banding dirinya. Sungguh pandangan Rila teralihkan, tubuhnya tak bisa bergerak sedikit pun karena merasa terancam akan Pria di hadapannya.

"Diam gadis kecil!" Pria itu menatap tajam Rila yang menundukan kepalanya dengan tubuh tersentak seperti tersetrum listrik barusan.

Rila perlahan mendongakan kepalanya memandang wajah Pria terlihat berumuran empat puluhan lebih itu. Sedikit menyimpan rasa takut dan tertekan mencoba menebak apa yang terjadi.

Keinginan Rila hendak memberontak, kedua tangannya yang dicekal kuat berusaha dia gerakan keatas dengan wajah geram dan gigi gemeretak. Tepat kedua tangannya yang tercekal berhasil sejajar dengan wajahnya, Rila tak terduga mengigit keras pergelangan tangan Pria itu sampai mengeluarkan suara teriakan.

"Aaakhhhh!" teriak Pria itu sangat nyaring terdengar di kehingan malam. Ia sesegera menarik kedua tangannya yang mencekal tangan Rila. Wajahnya tampak merasakan sakit sambil menggerak-gerakan tangannya bergetar yang terasa perih digigit Rila.

Mengambil kesempatan waktu baik, Rila bergegas mendekati ibunya dengan langsung duduk bersimpuh, wajahnya sejajar dengan lutut ibunya yang duduk di kursi tepat di mukanya.

"Ibu, hikss hikss, bangunlah!" Rila berusaha melepas tali yang mengikat di kaki ibunya lalu tangan dengan cepat. Isak tangis dan racauan cemas terdengar seakan menyiksa telinga yang mendengarnya.

Sementara sosok Pria lain perawakan besar yang mengenakan kemeja sama dengan Pria yang digigit Rila tadi terdiam berdiri di samping kursi sedari tadi. ia seperti tersihir melihat kesedihan sosok gadis bersama ibunya.

Pria yang sempat kesakitan kena gigitan Rila tiba-tiba membalikan tubuhnya, ia menunjuk kearah rekannya dengan wajah kesal yang hanya terdiam mematung.

"Hei bodoh! Kau jauhkan gadis itu dari ibunya cepat!" perintah Pria itu dengan wajah garang seperti singa yang ingin marah.

Pria yang terhanyut dalam rasa itu seketika sadar, dia sontak bergerak cepat kearah Rila lalu berusaha keras menarik tangan kiri gadis yang sudah berhasil melepas semua ikatan. Sementara Pria satunya ikut melakukan hal sama menarik sebelah tangan kanan Rila niat menjauhkannya dari ibunya.

"Tidak! Lepaskan!" Rila berusaha memberontak lepas sekuat mungkin. Namun dia menyadari tubuhnya yang kurus tidak akan mampu mengimbangi kuatnya dua Pria dewasa yang menarik tangannya secara bersamaan.

Teriakan Rila berusaha lepas terdengar sampai kesebelah rumah di sekitarnya. Namun sepertinya tidak akan ada yang mendengarnya karena sudah terlelap di alam lain.

"Hiksss hikss, apa yang sebenarnya keinginan kalian sampai datang kesini dan melakukan hal ini padaku dan ibuku!" Rila sungguh sudah pasrah, air mata berlinang menyapu pipi mulusnya, sorot mata yang penuh kesedihan dan ketidakberdayaan.

Gadis polos dan lugu itu menangis tersedu-sedu sambil meracau tidak jelas. "Mengapa kalian melakukannya? Apa salahku dan ibuku hah?!"

"Karena Ayahmu punya hutang banyak dan tidak membayarnya sekarang, kau tahu gadis kecil hutang Ayahmu sebanyak dua puluh juta!" jawab salah satunya menatap tajam Rila.

"Benar, Perusahaan bos kami sampai bangkrut karena banyaknya hutang Ayahmu yang tidak dia bayar, maka dari itu kami kesini untuk menagihnya!" sambung satunya lagi pada Rila.

Mendengar ungkapan dua Pria itu Rila tertunduk dengan raut wajah sungguh menahan beban berat. Dia mendongakan kepalanya kembali dan menatap dari jauh ibunya yang belum sadarkan diri.

"Jika kalian tidak membayar hutang maka kalian harus meninggalkan rumah ...," sambung Pria satunya yang berada di sebelah kanan terpotong.

Rila menoleh kekanan dengan wajah berubah marah, "tapi itu semua adalah hutang Ayahku! Mengapa harus kami yang menanggungnya?" bentaknya.

"Hahaha, Ayahmu sekarang tidak ada, hutang Ayahmu hutang ibumu juga, jadi kalian harus membayarnya sekarang juga!" ancam Pria yang berada di sebelah kiri Rila yang kepalanya botak.

"Tidak! Kami bahkan tidak punya uang banyak," tolak Rila dengan wajah tegas. Air mata yang membasahi pipinya sudah mulai mengering. Dia sunguh sudah kehabisan air mata mulai sedari tadi menangis, saat di Rooftop.

"Gadis kecil, kami sudah berbuat sebaik mungkin menagih sekarang," tukas Pria yang kepalanya botak.

Tiba-tiba terdengar suara batukan pelan berasal dari seseorang. Pandangan Rila dan dua Pria dewasa itu seketika tertuju kearah suara.

"Ibu," panggil Rila berusaha melepaskan diri. Namun lagi-lagi tangannya dicekal kuat.

Ibu Rila perlahan mengerjapkan matanya sambil menutup mulutnya yang batuk, saat mulai sadar dia menangkap sosok gadis yang menatap dari jauh dengan kedua tangan yang ditahan oleh dua Pria berbadan besar bersebelahan. Melihat itu dia sontak langsung berdiri dan ingin berlari mendekati sosok Putrinya.

"Berhenti," tegur Pria yang kepalanya botak menampakan sebelah telapak tangan lima jarinya memaksudkan agar wanita paruh baya itu tidak melanjutkan pergerakannya.

Sontak Ibu Rila tidak berhenti melangkahkan kakinya.

"Apa yang ingin kalian lakukan pada Putriku?" tanyanya dengan raut wajah cemas dan sorot mata yang lemah.

"Aku dan ibuku tidak punya hutang, kalian pergilah dari sini!" usir Rila menghilangkan rasa takutnya. Dia menatap kesamping kanan lalu kiri dengan wajah marah.

"Gadis kecil beraninya kau ingin mengusir kami!" Pria botak itu menyentuh dagu Rila lalu menekannya kuat.

"Jangan sentuh Putriku," larang Ibu tak memedulikan Pria itu. Dia malah berlari mendekati Rila.

Rila menggertakan gigi mengangkat kedua tangannya yang dicekal lalu tidak terduga sebelah kakinya menendang pada pusaka pada Pria sebelah kirinya lalu yang di sebelah kanannya juga hingga dua Pria itu jadi melepas pegangannya dan tersungkur di lantai dengan wajah kesakitan.

Rila langsung berlari dan berhambur memeluk ibunya, sementara ibunya membalas pelukan sang anak dengan linangan air mata.

"Rila, kau baik-baik saja? dari mana saja kau Nak? Ibu sangat mencemaskanmu dan mencari mulai tadi." Ibu Rila melepaskan pelukannya lalu menyentuh wajah Rila dang mengusap-usapnya lembut.

Mata Rila berbinar haru menatap Ibunya, "Rila baik-baik saja bu, tidak usah mencemaskan Rila" balasnya dengan suara sangat lembut.

Ibu Rila langsung membawa Rila lagi kedalam pelukannya.

"Hei kami datang kesini secara baik-baik untuk menagih hutang, cepat bayar kami tidak ingin menunggu lama lagi!" bentak Pria berjaz dengan kepala botak itu. Ia berusaha berdiri meski harus menahan rasa sakit di area pusakanya.

Rila dan Ibunya sontak melepas pelukan, dan berdiri menghadap dua Pria berjaz itu.

"Sudah cukup, aku akan membayar hutangnya, tapi jangan ganggu kami!" jawab Rila yang membuat ibunya terkejut dengan apa yang di katakan anak gadisnya itu.

"Apa yang kau katakan Nak? Biarkan ibu yang bertanggung jawab." Ibu Rila menyentuh bahu anaknya dan menatap Rila sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Apapun yang terjadi, kalian harus menbayarnya sekarang!" tegas Pria botak itu memperbaiki dasinya.

Ibu Rila dan Rilanya saling menatap dengan wajah berpikir.

"Kami tidak punya uang banyak sekarang, bisakah berikan kami waktu untuk membayarnya sedikit demi sedikit?" tanya Ibu Rila dengan sopan melirik kearah dua Pria yang berjalan mendekat.

"Tunggu, aku akan menelepon bos dulu," sambung Pria botak itu bernama Tuan Ru. Dia merogoh dalam saku celananya mengambil ponsel lalu memiciknya.

Rila tiba-tiba pergi menuju kamar miliknya, dia sempat melihat lantai rumahnya yang masih tampak kacau seperti mulanya. Gadis itu masuk dalam kamar miliknya seperti akan mengambil sesuatu.

Sementara Ibu Rila sempat melirik Rila yang masuk dalam kamar, merasa heran tapi suara seseorang mengalihkan pokusnya.

"Kata bosku, dia setuju jika hutang sebanyak dua puluh juta dikredit namun sebagai gantinya sekarang detik ini harus bayar sekira berapa uang yang ada," Tuan Ru memasukan ponselnya kembali dalam saku dan berdiri di hadapan Ibu Rila.

Ibu Rila tampak bingung, saat ini dia tidak punya uang banyak, sungguh wajahnya tampak cemas dan gelisah harus bagaimana membayar hutang sebanyak itu

Bersambung ...

Kira-kira apa yang akan dilakukan Ibu Rila dan Rilanya yah?

Terpopuler

Comments

Apa liat-liat?!

Apa liat-liat?!

lanjut lah

2022-04-23

1

Apa liat-liat?!

Apa liat-liat?!

20 juta gak bakal setara dengan harga rumah, apa lagi sama tanahnya. coba hutangnya dibanyakin lagi biar lebih masuk akal gitu.

2022-04-23

0

Apa liat-liat?!

Apa liat-liat?!

cuma 20 juta jadi bangkrut??? duhh perusahaan apaan tuh??

2022-04-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!