Rila mengangkat kepalanya menatap sosok Pria di hadapannya yang tiada lain adalah ayahnya. Gadis itu tak kuasa menahan rasa sakitnya mendengar lontaran ayahnya.
"Pria jahat!" Rila mengusap pipinya yang membasah dengan jari-jari tangannya kemudian membalikan tubuh dan berlari sambil menyeka air mata yang ingin keluar.
Rila sungguh tak kuasa menghadapi ayah maupun ibunya hingga lari keluar dari rumah entah menuju kemana. Berharap pulang kerumah akan disambut bahagia malah jadi hal yang tak disangkanya terjadi.
Ibu Rila yang jatuh di lantai akibat didorong tadi sontak beranjak. Kemudian mendekati pintu lalu mendorong keluar tubuh Ayah Rila dari belakang sambil meneriaki Pria itu. Guna menyadari perlakuannya.
"Apa kau tidak tega dengan Putrimu?!" teriak Ibu Rila. Jari telunjuknya menunjuk depan wajah Ayah Rila dengan air mata yang terus mengalir.
Tidak ingin lebih lama bersama Pria yang sudah mengajaknya cerai, Ibu Rila bergegas keluar dari rumah dengan wajah sedih, cemas bercampur panik akan Putrinya yang tidak tidak tau kemana.
Tidak dengan Ayah Rila, dia malah melarikan diri dari rumah tidak ada upaya sama sekali mencemas keadaan ataupun mencari gadis yang tiada lain Putrinya sendiri.
***
Rasa cemas dan ketakutan menghantui sosok wanita paruh baya yang berlari menyusuri sekitar tempatnya guna mencari anaknya. Bahkan saking cemas mencari keberadaan anaknya, wanita itu lupa memakai alas kaki.
Hari sudah sore menjelang senja. Ibu Rila tidak berhentinya mencari keberadaan Putri semata wayangnya itu. Rasa perih di telapak kedua kakinya karena terinjak batu kecil maupun material kecil yang dapat membuat kaki terluka sudah tidak dia rasakan lagi. Betapa cemas akan anak gadisnya itu.
Upaya Ibu Rila mencari anaknya sampai matahari mulai terbenam pun belum juga menemukan jejak sedikitpun. Dia sudah menanyakan pada tetangga di sekitar rumah maupun keliling komplek demi mencari sambil menanyakan pada orang-orang yang berlalu tentang Rila yang tidak kunjung ketemu.
Sampai malam telah menyambut, Ibu Rila sejenak berhenti di sebuah taman yang pernah dikunjungi Rila saat senggang. Dia duduk sejenak di kursi yang letaknya berada di pinggir taman. Berada di antara dua tiang lampu yang menerangi jalan taman itu.
Ibu Rila mengelap keringat di sekitar wajahnya kemudian melirik kearah langit dengan wajah bersedih. Sambil menormalkan napas dan ritme jantungnya yang sedari tidak beraturan mencari keberadaan Rila.
"Dimana kau Nak? kau tau ibu sangat mencemaskanmu." Air mata tak sengaja mengalir lagi, menyapu pipi Ibu Rila dengan rasa hangat.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki cepat yang berasal di belakang kursi taman yang diduduki Ibu Rila. Semakin cepat terasa mendekati wanita itu.
Ibu Rila jadi merasa aneh mendengar langkah kaki cepat itu hingga saat ingin menolehkan kepala kebelakang, mulutnya tiba-tiba dibungkam oleh seseorang dari belakang dengan sapu tangan yang bergumpal.
Ibu Rila pun kehilangan kesadaran alias pingsan karena pengaruh bius dari sapu tangan yang disumpal kedalam mulutnya dari seseorang yang tak sempat dia lihat.
***
Sedangkan di tempat lain, sebuah gedung sekolah. Berada di atap sekolah atau sering disebut Rooftop yang lumayan luas dengan pagar beton yang membatasi, tingginya sebatas pinggang orang dewasa.
Tidak ada pencahayaan hingga keadaan di situ gelap, dan sunyi. Namun suara teriakan seseorang terdengar berasal dari atas gedung sekolah itu.
Teriakan itu berasal dari sosok gadis yang berdiri menginjak pagar beton yang membatasi atap gedung itu. Jika menundukan kepala maka akan melihat tembok jalan sekolah dari atas itu dan jika menatap lurus maka akan melihat jalan raya, bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dari kejauhan.
"Mengapa semua ini terjadi padaku?!" teriak gadis itu terdengar menyedihkan dengan suara serak namun lembut.
Gadis itu memandang pemandangan malam indah di hadapannya dengan tatapan kosong. Ingatan sesuatu berputar dipikirannya, membuat gadis yang memakai seragam sekolah biru itu tak kuasa menahan air mata hingga keluar dari balik kacamata menyapu pipinya.
Gadis itu tiada lain ialah Rila. Semenjak pergi dari rumah tempat yang dia datangi adalah atas atap gedung sekolah. Tempat sekolah menengahnya yang sering dia jadikan tempat menyendiri.
Rasa sesak dan sakit tidak bisa dia tenangkan. Namun karena itu dia memilih melampiaskan perasaannya yang campur aduk dengan berteriak sekencang-kencangnya dari di tempat sunyi itu.
"Apa tidak ada yang peduli padaku?!"
"Ayahku jahat! dia tidak pernah mengerti perasaanku hikss hiksss,"
"Semua sudah hancur! Ayah bercerai dengan ibu bahkan berutang banyak karena wanita hiburan! Pria tidak ada perasaan! hikss hikss." Rila sungguh tak tahan lagi sampai keluar kata-kata buruk dari mulutnya yang bahkan dia merasakan sakit mendengarnya.
Tidak sadar, sosok pemuda dengan mengenakan jaket hitam, celana jeans hitam dengan helm hitam yang menutupi kepala dan setengah wajahnya menapaki satu persatu anak tangga menuju atas atap situ.
Pemuda itu menaiki tangga dengan santai sambil melempar gantungan kunci motornya keatas lalu menangkapnya dengan wajah tiba-tiba heran.
***
Rila memandang keatas langit dengan wajah bersedih, "apa yang sebenarnya kita inginkan di dunia ini?" lirihnya.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan yang membuat Rila sontak kaget.
"Hei apa yang kau lakukan bodoh?!" Pemuda yang mengenakan jaket hitam sesampainya tadi berlari cekatan mendekati pagar, lebih tepatnya gadis yang dilihatnya berdiri di atas pagar.
Belum sempat Rila ingin menolehkan kepala kebelakang, tiba-tiba sebelah tangannya ditarik oleh pemuda itu dari bawah. Sontak tubuh Rila berbalik dan merasa tak seimbang karena tarikan kuat pemuda yang menariknya.
Buuukkkk!
Tak terduga, Rila jatuh menindih tubuh pemuda yang menariknya. Kacamata yang dikenakannya terlepas bersamaan dirinya yang terjatuh.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
ALZAIRA KIANA PUTRI
next
2022-05-09
2
Apa liat-liat?!
next
2022-04-23
1
Apa liat-liat?!
pemeran cwoknya dah datang
2022-04-23
0