Dan siang pun kini menjelang. Raja sudah terlihat segar. Dengan memakai kaos tanpa lengan dan celana pendek selutut, Dia melajukan motornya mengitari empang bandeng yang mau di panen esok hari. Dia mendekat ke sebuah bangunan dimana para pekerjanya sedang berkumpul dan memilah hasil panen tadi pagi.
"Siang juragan." sapa beberapa pekerjanya hampir bebarengan.
"Gimana hasil panen tadi pagi? Ada berapa Ton?" tanya Raja setelah dia meletakkan pantatnya dikursi yang biasa dia duduki dan sekalian mengecek pembukuan.
"Tadi pagi panen lima ton, Gan. Yang tiga ton sudah di bagi dan di kirim. Itu tinggal yang dua ton mau dikirim ke daerah timur." jelas salah satu anak buahnya.
"Baguslah. Apa ada komplain hari ini?" Tanya Raja lagi.
"Tadi ada satu yang komplain, Gan. Katanya kemarin bobot bandengnya kurang tujuh kilo." awab anak buah yang lain.
"Kalau udang? Gimana?"
"Udang nggak ada keluhan, Juragan. Besok empang nomer lima dan enam panen," jawab anak buah yang lain.
"Ya udah besok pas kirim ke orang yang ada keluhan sekalian di genepin." Jawab Raja bijak.
"Siap juragan."
Raja pun tidak segan segan ikut membantu memilah bandeng bandeng yang berserakan sesuai dengan ukurannya. Dia sesekali memijat rahangnya yang sedikit terasa sakit akibat pukulan semalam.
Saat dia sedang fokus memilih bandeng tiba tiba salah satu teman yang menjabat sebagai anak buahnya juga berteriak teriak. Raja dan juga yang lainnya hampir serentak menoleh ke sumber suara.
"Juragan! Gan!" teriak Anto, teman sekaligus orang kepercayaan Raja.
"Nggak perlu teriak teriak kali To!" balas Raja dan orang yang dimaksud hanya menimpalinya sembari cengengesan dengan nafas tersengal sengal.
"Maaf juragan, aku ada kabar. Ini tentang perempuan yang semalam mukul juragan." bisik Anto dan seketika Raja menghentikan pekerjaannya. Dia bangkit dan beranjak serta memberi kode agar Anto mengikutinya.
"Katakan, kabar apa yang kamu bawa?" tanya Raja setelah memilih tempat terpisah dan tak terlalu ramai.
"Denger denger anak Ustad Mudin akan bergabung dan mengajar taman baca Al Qur'an di komplek masjid dekat rumahmu, Gan." terang Anto menggebu gebu karena dia tahu benar apa yang diinginkan sahabat sekaligus bosnya itu. Dia tidak peduli dengan nafas yang putus putus. Yang dia pedulikan adalah berita untuk bosnya.
Anto adalah salah satu teman yang sangat tahu kisah Raja yang dari dulu memendam perasaannya pada sosok perempuan yang sangat sulit ditaklukkan hatinya. Apalagi suatu kejadian membuat Raja harus berkali kali menelan pil pahit akibat penolakan yang dilakukan putri dari ustad Mudin.
"Wah! Berita bagus tuh. Berarti aku harus sudah di rumah nanti sore dong, To." balas Raja dengan wajah yang berbinar.
"Ngapain cuma di rumah? Emangnya Sania akan datang kerumahmu?" ejek Anto.
"Lah terus? aku harus gimana dong?" balas Raja bingung.
"Gampang. Kamu ikutin aja ideku." ucap Anto yakin.
"Ide? Ide apaan?" tanya Raja penasaran.
"Gini, Gan..." dan Anto dengan keyakinan penuh mengutarakan idenya agar sang juragan kali ini mudah mendekati gadis incarannya. Senyum Raja terkembang, wajahnya juga berbinar membayangkan rencana yang akan dia jalani atas usulan anak buahnya.
"Kamu yakin ini berhasil?" tanya Raja ragu.
"Yakin, Gan! Asal juragan juga yakin."
"Baiklah, aku akan coba." balas Raja mantap.
Sementara di waktu yang sama di tempat berbeda Sania nampak sedang ngobrol dengan orangtuanya di depan rumah.
"Kamu yakin nggak akan memperkarakan Raja?" tanya Ustad Mudin kepada putrinya. Teh manis dalam cangkir diatas meja, dia raih dan menengggak isinya.
"Enggak lah, Bah. Lagian nggak parah ini. Apalagi dia juga mabuk berat." jawab Sania sembari menikmati mangga dalam piring.
"Tapi kalau dia yang menuntut kamu gimana, San? Bukankah kamu memukul dan menamparnya?" tanya Sarah, ibunda Sania.
"Ya aku lawan dong, Mi. Enak aja. Aku nggak mau kalah dari dia." uawab Sania dengan sewot.
"Kamu lawan dengan cara apa? Orang dia hanya muntahin baju kamu. Lagian kamu, udah pakai gamis masih aja suka mengeluarkan jurus pukulnya. Nggak ada anggun anggunnya sama sekali." gerutu Umi Sarah dan sang anak hanya tertawa melihat wajah sebal sang ibu.
"Lagian dia reseh, ngapain coba masuk ke toilet cewek kalau nggak ingin mesum?" bela Sania.
"Kamu itu. Dari dulu kenapa nggak pernah akur sih sama Raja? Hati hati loh, ntar kalau Tuhan jodohin kalian gimana?" ledek Abah dan di balas dengusan oleh sang anak.
"Amit amit, kayak nggak ada laki laki lain aja." Sanggah Sania.
"Eh rencana Tuhan kita nggak tahu loh, San." timpal Umi.
"Lah, Abah sama Umi kok malah gitu? Masa mendoakan Sania berjodoh sama pria pemabuk. Amit amit. Sania kan nggak suka pacaran," Dumel Sania.
Dan kedua orang tua Sania hanya tergelak melihat wajah cemberut putrinya. Dalam hati Sania berkata, " Jangan sampai aku ketemu Raja mesum lagi, ighh!"
...@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
𝙍𝙖𝙝𝙢𝙖𝙣𝙞𝙖✧・ 。゚★: *.
Bener tu yg d katakan abah mu San, di amin in aja lah ya🤭
2023-04-01
0
Pisces97
hati² san benci dan cinta beda tipis okelah sekarang kamu benci nanti kamu juga bucin banget sama raja 😂
2023-02-23
0
🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️
akan terus terusan ketemu🤣🤣🤣🤣bukan nya Amit Amit..malah tukar Amin amin dong
2022-10-04
0