"Akh!" pekik seorang pria saat dia tersadar dari rasa mabuknya. Mata pria itu terpejam dengan tangan yang memegangi kepala karena masih terasa pusing. Pria itu mencoba bangkit dan mendudukan dirinya di atas ranjang. Dia merasa rahangnya perih saat dia menguap. Seketika tangannya memijat rahang dan juga pipinya.
"Kenapa ini sangat pegal? Seperti habis terkena pukulan?" keluh pria berusia dua puluh enam tahun itu.
Saat pria itu asyik berkeluh kesah sendirian, pintu kamarnya ada yang membukanya dan masuklah perempuan paruh baya dengan wajah di tekuk dan kepala yang di gelengkan.
"Tiap pulang mabuk, tiap pulang mabuk, Apa kamu nggak cape? Hidup mabuk mabukan terus." omel perempuan itu sembari duduk di tepi ranjang yang lain.
"Apaan sih, Bu! Orang baru bangun malah diomelin." gerutunya sembari membaringkan kembali tubuhnya karena masih terasa pusing.
"Kamu itu yang apa apaan! Udah tua, bukannya berubah lebih baik malah makin parah! Pantas saja nggak ada perempuan yang mau sama kamu. tiap hari kerjanya mabuk terus kayak nggak punya tujuan hidup aja." cibir sang ibu yang terlihat sangat kesal. Matanya menatap sengit sang anak yang masih tengkurap membelakanginya.
"Perempuan yang mau sama aku banyak, Bu. Cuma akunya aja yang tidak tertarik. Mereka matre semua." bantahnya.
"Gimana nggak matre! Kamunya tiap hari pamer duit, pesta miras tiap malam, menghambur hamburkan uang yang nggak ada gunanya. Entar giliran miskin aja, nggak ada yang mau dekat dengan kamu." omel ibu tanpa henti.
"Ya ampun, Bu. Doanya kejem banget. Padahal kan uang yang aku hasilkan tuh halal dan ibu juga ikut menikmati." ucap pria itu masih membela diri.
"Susah ngomong sama kamu. Selalu bisa aja ngebantah omongan ibu." ucap Ibu semakin kesal namun sang anak malah tersenyum senang.
"Bu, semalam aku pulang diantar siapa? Kok aku nggak ingat apa apa?" tanya pria bernama Raja sembari mengangkat tubuhnya dan duduk bersandar ujung ranjang.
"Aturan nggak perlu diantar pulang. Biarin aja tidur di toilet gedung. Udah suka mabuk, mesum lagi." ucap sang ibu yang semakin kesal.
"Mesum?" tanya Raja dengan dahi berkerut.
"Iya lah mesum. Berani beraninya masuk toilet cewek dan menjatuhkan tubuh mabukmu diatas perempuan. Untung itu cewek teriak. Kalau nggak, ibu bakalan malu seumur hidup." oceh Ibu masih dengan nada sengit.
"Apa! Maksud ibu, aku melecehkan perempuan?" tanya Raja tak percaya.
"Iya lah. Udah gempar tuh di warung warung dan tetangga tentang kelakuan kamu." jawab ibu semakin kesal.
"Yang bener, Bu? Nggak mungkin ah!" ucap Raja tak percaya.
"Sini kepalamu mendekat, biar ibu jitak agar kamu ingat. Orang di kasih tahu. Tuh keluarga Ustad Mudin lagi menunggu i'tikad baikmu." mendengar nama ustad Mudin di sebut, Raja langsung terperanjat.
"Ustad Mudin? Apa hubungannya?" tanya Raja bingung.
"Benar benar harus di getok kepalanya ini bocah. Perempuan yang kamu lecehkan semalam itu anak Ustad Mudin yang baru pulang dari pondok." ucap Sang ibu berang.
"Apa! Perasaan Ustad Mudin tidak punya anak gadis?" tanya Raja semakin bingung.
"Benar benar ya nih bocah. Wajarlah kamu nggak tahu sama anak perempuan Ustad Mudin. Dia perempuan yang nggak doyan ngejar laki laki. Apalagi laki lakinya doyan mabuk kayak kamu. Dia pasti makin jijik." jawab sang ibu benar benar sadis. Namun sang putra hanya menanggapi sang ibu dengan cengengesan.
"Kamu ngerasa nggak pipimu sakit? Katanya anak Ustad Mudin berkali kali menampar dan nonjok pipi kamu." ucap Ibu lagi dan hal itu sukses membuat Raja terkejut.
"Jadi pipi dan rahangku sakit karena dipukul sama perempuan? Ah sial! Nggak terima aku!" ucap Raja mendadak geram dan sang ibu malah mengernyitkan dahinya.
"Ya orang kamu udah lecehin dia, wajar dong dia mukul kamu. Kamunya aja yang nggak tahu diri. Udah salah malah ngotot." balas Ibu.
"Siapa sih, Bu? Nama anak Ustad Mudin? Bikin harga diriku runtuh aja." dumel Raja.
"Namanya Sania. Mau apa emangnya?"
Raja tertegun mendengar ucapan ibu menyebut nama perempuan dan mencoba mengingatnya.
"Siapa, Bu? Sania?" tanya Raja agak ragu.
"Iya, kenapa?" tanya ibu heran.
"Sania udah pulang dari pondok, Bu?" tanya Raja, kali ini matanya sedikit berbinar. Raja baru ingat nama anak perempuan ustad Mudin. Wajah yang tadinya emosi seketika berubah jadi riang.
"Kenapa emangnya? Katanya nggak kenal?" tanya ibu heran.
"Nggak bu, Nggak apa apa. Udah lah aku mau tidur lagi." sang ibu hanya mencebikkan bibirnya dan menggelengkan kepala beberapa saat kemudian dia melangkah keluar kamar.
Raja kembali membenamkan kepalanya sembari mengulas senyum.
"Dedek Sansan. Kali ini kamu harus aku dapatkan!" Harus!"
...@@@@@...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Rizqi Santoso
Lucu banget nih ceritanya 😂😂😂😂
2023-08-06
0
ayfa
hehhhh imut bet dedek Sansan🤣🤣🤣🤣🤣 raja jadi jatoh harga dirimuuuuu baca panggilan dedek san san🤣🤣🤣
2023-04-01
0
Pisces97
raja: Dede sansan pujaan hatiku
tunggu Abang melamarmu 😆🤣🤣
2023-02-23
0