Bab 2 - Pekerjaan

Aku melihat baik-baik kamar yang dipilih oleh Sigit. Ini jauh lebih baik dari kamar yang biasanya dia pesan. Petugas hotel meletakkan koperku di atas rak yang ada di samping lemari pakaian, lalu pamit setelah memberi tahu di mana kunci kamar diletakkan.

Ini bukan pertama kalinya aku menginap di hotel, tetapi aku tidak mencoba untuk meralatnya. Aku mengangguk ke arah tempat kunci di mana dia meletakkan kartu yang segera mengaktifkan listrik di kamar ini. Setelah memberinya tip yang sewajarnya, aku memintanya untuk meninggalkan aku.

Begitu pintu tertutup, aku memasang gerendel agar tidak ada yang bisa masuk walaupun memiliki kunci kamar ini. Aku percaya pada karyawan hotel yang tidak akan merusak reputasi tempat kerja mereka sendiri, namun tidak ada salahnya berjaga-jaga.

Aku melirik jam tangan, dan jarum jam menunjukkan bahwa aku hanya punya waktu kurang dari dua jam untuk bersiap-siap. Aku segera mengeluarkan dress berwarna biru dari koper dan meletakkan di hanger agar kainnya tidak kusut. Warna yang akan semakin memperjelas warna mataku.

Biasanya aku memakai rambut palsu dengan warna lebih gelap sesuai dengan warna rambut orang kebanyakan, juga menggunakan lensa kontak berwarna gelap. Tetapi klienku kali ini adalah orang asing, jadi aku ingin tampil apa adanya. Rambut pirang dan mata biruku akan membuat aku terlihat lebih cantik daripada penampilan palsuku.

Ponselku bergetar di atas konter, di sisi peralatan rias yang masih berantakan. Aku membaca pesan baru yang ada di kotak masuk. Dari Sigit. Colin akan tiba lima belas menit lagi. Pastikan kamu sudah siap saat dia mengetuk pintu kamarmu.

Aku menatap bayanganku di cermin. Rambutku tergerai dengan satu sisi aku seka di belakang telinga memperlihatkan anting panjang yang indah menggantung di telingaku. Dress biru dengan kerah sabrina dan berlengan pendek membungkus tubuh bagian atasku dengan sempurna, lalu roknya melebar hingga sedikit di atas lutut.

Colin menginstruksikan agar aku mengenakan pakaian yang sopan, maka ini adalah pilihan yang aman. Syukurlah, kali ini klien tidak meminta aku mengenakan pakaian yang menunjukkan belahan dadaku. Walaupun aku melakukan ini demi uang yang banyak, aku tidak nyaman saat laki-laki menatap dadaku, bukan wajahku.

Sepatu berwarna krem dan tas tangan berwarna senada melengkapi penampilanku. Aku mengambil ponsel dan memasukkannya ke dalam tas. Hanya ada beberapa lembar uang, KTP, dan tisu di dalamnya. Aku juga tidak lupa memasukkan bedak wajah dan lipstik.

Ketika pintu diketuk, aku sudah siap untuk misiku. Aku menyapukan pandangan ke sekitarku dan tersenyum puas melihat kamar masih rapi dan kamar mandi juga sudah bersih. Aku membuka pintu dan gerendel membantu menahannya hanya terbuka sedikit.

“Colin Andrew Lewis,” kata pemuda yang berdiri di depan pintu. Itu adalah nama klienku, maka aku menutup pintu, melepas gerendel, dan membuka pintu lebih lebar.

“Hai, Colin. Aku sudah siap.” Aku tersenyum manis kepadanya. Tidak seperti klienku yang biasanya, dia tidak menghabiskan banyak waktunya untuk melihat penampilanku. Pemuda yang menarik.

Sepanjang perjalanan, dia juga hanya diam saja. Aku menggunakan waktu senyap itu dengan memerhatikan penampilannya. Dia berambut cokelat yang dibiarkannya sedikit panjang, namun tetap rapi. Aku perhatikan tadi matanya berwarna biru, lebih cerah dari warna mataku. Tubuhnya tinggi dan kelihatannya dia suka berolahraga bila dilihat dari tubuhnya yang atletis.

“Kamu tahu bahwa sikapmu tidak bisa begini terhadapku di depan teman-temanmu nanti, ‘kan?” godaku mencoba untuk mencairkan suasana.

“Aku tahu apa yang harus aku lakukan nanti,” jawabnya dengan bahasa Inggris.

“Oh, apa kamu tidak bisa berbahasa Indonesia tetapi bisa memahami aku?” tanyaku ingin tahu.

“Jangan bilang kamu tidak bisa berbahasa Inggris. Karena aku membayar jasamu dengan mahal untuk berpura-pura menjadi pacarku dari Amerika,” sungutnya. Ooo, itu maksudnya mengajak aku bicara menggunakan bahasa asing. Meskipun bahasa Indonesianya cukup lancar, dialek Amerikanya terdengar masih kental.

“Jangan khawatirkan itu. Khawatirkan saja tentang aktingmu agar bisa meyakinkan semua orang,” balasku. Dia tersenyum senang mendengar kalimatku itu.

“Aku bisa berakting.” Dia memutar bola matanya. “Bagaimana kamu bisa berbahasa Indonesia dengan fasih?”

“Aku besar di negeri ini. Hanya itu yang aku tahu.” Aku mengangkat kedua bahuku.

“Apa maksudmu hanya itu yang kamu tahu? Apa kamu tidak punya orang tua?” tanyanya ingin tahu. Kami tidak akan bertemu lagi setelah pekerjaanku usai, maka aku memutuskan untuk jujur. Lagi pula dia kelihatannya orang baik.

“Semua orang punya orang tua. Aku hanya tidak tahu siapa mereka,” akuku. Dia menoleh ke arahku sesaat. “Aku diasuh oleh orang tua angkatku.”

“Oh. Maafkan aku. Kita akan bersenang-senang malam ini, aku malah mengajukan pertanyaan yang sensitif.” Dia kembali melihat ke arah jalan di depannya. “Jadi, jangan lupa. Kamu bisa menyebut nama apa saja kepada mereka. Tetapi fakta lain tidak boleh salah. Kita bertemu pada liburan musim panas tahun lalu. Selama ini kita menjalin hubungan jarak jauh dan akhirnya saling jatuh cinta.”

“Kamu juga tidak boleh lupa. Peraturannya, tidak boleh ciuman atau hubungan badan. Kamu hanya boleh mencium pipi, kening, tetapi jangan turun ke leher, tangan pun tidak boleh. Kamu hanya membayar aku untuk tiga kali pertemuan, jadi pilih waktumu dengan baik. Dan jangan sampai lewat dari bulan ini. Aku punya pekerjaan yang lain.”

“Iya, iya. Aku tahu.”

“Lalu, aku harus menjadi gadis seperti apa? Ceria, serius, pemarah, pemurung?” tanyaku lagi.

“Cukup jadi dirimu sendiri saja. Oh. Jangan jadi gadis manja. Aku tidak suka dengan perempuan yang suka menempel.” Dia bergidik pelan.

Aku tertawa kecil. “Apa gadis ini suka menempel padamu?”

“Tidak. Aku hanya tidak mau kamu berakting berlebihan hingga melewati batas. Aku hanya ingin mengakhiri hubungan kami secara baik-baik, bukan mematahkan hatinya.” Dia mendesah pelan.

Pemuda ini benar-benar aneh. Dia kelihatan sekali tidak suka dengan rencana ini. Dan sejak kapan memutuskan hubungan tidak akan mematahkan hati orang yang kita sayangi? Dia sebenarnya ingin mengakhiri hubungan atau tidak? Klienku yang lain selalu terlihat bersemangat dan penuh tekad melakukan drama sejenis ini. Tetapi dia tidak.

Dia menepikan mobilnya memasuki lapangan parkir sebuah restoran. Jantungku mulai berdebar sedikit lebih cepat. Meskipun ini bukan pekerjaan pertamaku, rasanya selalu mendebarkan. Kalau bukan karena aku membutuhkan uang, aku tidak akan menyakiti siapa pun seperti ini.

“Kamu sudah siap?” tanyanya saat kami berdiri di depan pintu restoran. Seorang pelayan sudah membukakan pintu untuk kami. Aku mengangguk pelan.

Pelayan tersebut mengantar kami ke sebuah ruangan. Saat dia membuka pintu, terdengar suara percakapan di dalam. Mereka mendadak diam saat melihat aku, lalu ke arah Colin. Ada belasan orang di dalam ruangan itu. Mereka semua terlihat seumur denganku dan Colin.

“Kamu sangat terlambat, Cole. Tidak seperti biasanya. Ayo, masuk,” ucap seorang pemuda dengan wajah yang sangat ramah. Ketika kami bertemu pandang, dia menatap aku cukup lama sebelum kembali melihat ke arah Colin.

“Maafkan aku. Aku harus menjemput sayangku dahulu.” Colin menarik tanganku yang ada dalam genggamannya agar mengikutinya. Dia menggunakan bahasa Indonesia, jadi aku harus berpura-pura tidak memahami percakapan mereka.

Dia mengajak aku mendekati meja di mana pemuda yang menyapanya tadi berada. Orang-orang yang duduk di meja lain sudah kembali melanjutkan percakapan mereka. Tetapi yang duduk mengelilingi meja ini tidak.

Aku duduk di samping seorang gadis yang sangat cantik, lalu Colin duduk di sudut, di sisiku. Semua mata di sekitar kami masih memandang ke arahku, membuatku sedikit canggung. Pemuda yang tadi sudah asyik dengan makanannya dan tidak lagi memedulikan kami.

“Ng, sayang. Aku meninggalkan ponselku di mobil. Aku segera kembali.” Colin menepuk-nepuk saku kemeja dan celananya mencari-cari sesuatu. Yang benar saja. Dia akan meninggalkan aku di tengah orang asing sendirian?

“Jadi, kamu teman Colin?” tanya gadis yang duduk di sisiku. Aku tidak tahu harus menjawab apa. “Ah, perkenalkan. Namaku Erendira. Panggil aku Dira.” Dia mengulurkan tangannya kepadaku dengan senyum manis tidak berhenti menghiasi wajahnya.

“Mila. Tidak, aku kekasihnya,” kataku sambil menjabat tangannya. Gadis bernama Dira itu menatap aku dengan saksama.

“Kamu pasti bohong,” kata pemuda yang duduk di depanku, pemuda yang menyapa Colin pertama kali. “Apa kamu tidak tahu bahwa Dira dan Colin sudah bertunangan?”

Oh. Sial. Mengapa Colin tidak memberi tahu aku tentang ini? Yang harus aku hadapi bukan seorang pacar tetapi tunangan? Apa dia sudah gila meninggalkan aku sendiri menghadapi mereka semua?

*****

Sementara itu di lapangan parkir~

Colin setengah berlari mendekati mobinya, lalu membuka pintu depan, dan mendesah lega melihat ponselnya masih tersimpan aman di sisi pintu depan. Saat dia mengambilnya, benda itu bergetar. Dia segera memeriksa layarnya, lalu menarik napas panjang.

“Halo, Ma!” sapanya dengan riang.

“Kamu sedang di mana? Mengapa aku menelepon Lily dan dia bilang kamu tidak sedang bersamanya? Apa kamu meninggalkan adikmu sendiri lagi?” omel Gista dengan garang.

“Tidak, Ma. Aku tadi minta tolong pada Hadi untuk menjemputnya dari sekolah. Sekarang kami sedang makan malam bersama.”

“Perayaan ulang tahun temanmu?” Colin mengiyakannya. “Ya, sudah. Jangan pulang terlalu malam. Papamu tidak akan senang melihat kalian pulang lebih lama darinya.”

“Iya, Ma.” Dia mengakhiri hubungan telepon setelah mengucapkan salam. Baru saja menutup pintu dan mengunci mobilnya, ponsel itu kembali bergetar. Kali ini ada sebuah pesan masuk. Dia segera membukanya karena nomor itu milik Mila.

Jadi, rivalku adalah tunanganmu!? Cepat kembali!

“Oh, Tuhan ….” Colin mengusap wajahnya dan bergegas kembali ke restoran.

Episodes
1 Catatan Penulis
2 Bab 1 - Pencuri
3 Bab 2 - Pekerjaan
4 Bab 3 - Duit
5 Bab 4 - Janji
6 Bab 5 - Kejujuran
7 Bab 6 - Kecelakaan
8 Bab 7 - Game
9 Bab 8 - Berbelanja
10 Bab 9 - Desakan
11 Bab 10 - Perkuliahan
12 Bab 11 - Dia Lagi
13 Bab 12 - Teman Pertama
14 Bab 13 - Perayaan
15 Bab 14 - Berakhir
16 Bab 15 - Latihan
17 Bab 16 - Pengecut
18 Bab 17 - Ketahuan
19 Bab 18 - Surat Palsu
20 Bab 19 - Rival
21 Bab 20 - Kado Terbaik
22 Bab 21 - Bukan Kecelakaan
23 Bab 22 - Tidak Peka
24 Bab 23 - Makan Bersama
25 Bab 24 - Misteri
26 Bab 25 - Identitas
27 Bab 26 - Saudara
28 Bab 27 - Taruhan
29 Bab 28 - Geram
30 Bab 29 - Jawabanku Tidak
31 Bab 30 - Ganti Rugi
32 Bab 31 - Pengancam
33 Bab 32 - Resah
34 Bab 33 - Pertemuan Kembali
35 Bab 34 - Curiga
36 Bab 35 - Bukti
37 Bab 36 - Salah Sendiri
38 Bab 37 - Rahasia
39 Bab 38 - Pria Misterius
40 Bab 39 - Sang Adik
41 Bab 40 - Ayah Sahabatku
42 Bab 41 - Penyesalan
43 Bab 42 - Tes Kedua
44 Bab 43 - Penculik
45 Bab 44 - Hanya Teman
46 Bab 45 - Hasil Tes
47 Bab 46 - Pengkhianatan
48 Bab 47 - Pulang
49 Bab 48 - Terpaksa
50 Bab 49 - Pancingan
51 Bab 50 - Aku Takut
52 Bab 51 - Kencan
53 Bab 52 - Sudah Cukup
54 Bab 53 - Nama Lahir
55 Bab 54 - Lelaki Sejati
56 Bab 55 - Mencuri Dengar
57 Bab 56 - Musuh dalam Selimut
58 Bab 57 - Putus
59 Bab 58 - Rusaknya Kebahagiaan
60 Bab 59 - Tidak Tenang
61 Bab 60 - Pria Gila
62 Bab 61 - Langkahi Dulu Mayatku
63 Bab 62 - Dibawa Pergi
64 Bab 63 - Melepaskan Diri
65 Bab 64 - Bahaya Berlalu
66 Bab 65 - Pulih dengan Cepat
67 Bab 66 - Gadisku
68 Bab 67 - Deklarasi Cinta
69 Bab 68 - Skandal Foto
70 Bab 69 - Hanya Bisnis
71 Bab 70 - Urusan Orang Dewasa
72 Bab 71 - Cinta Tak Berbalas
73 Bab 72 - Beri Dia Waktu
74 Bab 73 - Aku Tanpa Kamu
75 Bab 74 - Hari yang Ditunggu
76 Bab 75 - Lebih dari Teman
77 Bab 76 - Bersikap Berlebihan
78 Bab 77 - Ekspresi Maaf
79 Bab 78 - Urusan yang Belum Selesai
80 Bab 79 - Ibu yang Baik
81 Bab 80 - Memutuskan Tanpa Diskusi
82 Bab 81 - Bukti Keseriusan
83 Bab 82 - Mencari Kekurangan
84 Bab 83 - Kata yang Manis
85 Bab 84 - Pemuda yang Kuhindari
86 Bab 85 - Hanya Lewat Kematian
87 Bab 86 - Terjadi Lagi
88 Bab 87 - Penyelamatan
89 Bab 88 - Siaran Langsung
90 Bab 89 - Aku Hancur
91 Bab 90 - Kunjungan
92 Bab 91 - Hal yang Terlupa
93 Bab 92 - Bukan Salahmu
94 Bab 93 - Bangkit Lagi
95 Bab 94 - Terpaksa Ikut
96 Bab 95 - Berlibur Bersama
97 Bab 96 - Dia Cemburu
98 Bab 97 - Kalian Curang
99 Bab 98 - Lelah Menangis
100 Bab 99 - Hubungan Kita Sempurna
101 Bab 100 - Aku Sudah Siap
102 Bab 101 - Gendang Perang
103 Bab 102 - Hari Keberuntungan
104 Bab 103 - Ucapan Selamat
105 Bab 104 - Cemburu Buta
106 Bab 105 - Pembelaan
107 Bab 106 - Harga Diri
108 Bab 107 - Lepas Kendali
109 Bab 108 - Teman Biasa
110 Bab 109 - Ujian Penentu
111 Bab 110 - Dia yang Aku Mau
112 Bab 111 - Petunjuk
113 Bab 112 - Bersama Lagi
114 Bab 113 - Kesempatan Terakhir
115 Bab 114 - Sidang Pertama
116 Bab 115 - Tidak Adil
117 Bab 116 - Bukan Urusanku
118 Bab 117 - Pengakuan Pertama
119 Bab 118 - Sidang Kedua
120 Bab 119 - Kembali Normal
121 Bab 120 - Persiapan Acara
122 Bab 121 - Menyangkal Perasaan
123 Bab 122 - Pacar Bohongan
124 Bab 123 - Mata-mata Amatir
125 Bab 124 - Persiapan Audisi
126 Bab 125 - Pantang Mundur
127 Bab 126 - Disengaja
128 Bab 127 - Pengganggu
129 Bab 128 - Hari Sial
130 Bab 129 - Kasmaran
131 Bab 130 - Kesepakatan Semula
132 Bab 131 - Perbuatan Iseng
133 Bab 132 - Rahasia Hatinya
134 Bab 133 - Akhir Sebuah Drama
135 Bab 134 - Kaulari Kukejar
136 Bab 135 - Dibawa Pergi
137 Bab 136 - Pria yang Baik
138 Bab 137 - Mencari Dad
139 Bab 138 - Kesepakatan Damai
140 Bab 139 - Kegigihannya
141 Bab 140 - Tiga Bulan Bersama
142 Bab 141 - Putus Hubungan
143 Bab 142 - Terlalu Berat
144 Bab 143 - Rindu Melanda
145 Bab 144 - Sehari Bersama
146 Bab 145 - Lulus Bersama
147 Bab 146 - Saling Mendukung
148 Bab 147 - Drama Baru
149 Bab 148 - Inspeksi Lapangan
150 Bab 149 - Menyamakan Rencana
151 Bab 150 - Keseleo Lidah
152 Bab 151 - Teman atau Lawan
153 Bab 152 - Anak Gadis Papa
154 Bab 153 - Pemakai Desain Terbaik
155 Bab 154 - Skandal Rahasia
156 Bab 155 - Kencan Bertiga
157 Bab 156 - Sukses Besar
158 Bab 157 - Jujur Saja
159 Bab 158 - Cinta Bersyarat
160 Bab 159 - Usul untuk Mama
161 Bab 160 - Percaya Sepenuhnya
162 Bab 161 - Berbagi Kabar
163 Bab 162 - Teman Lama Misterius
164 Bab 163 - Musibah
165 Bab 164 - Musuh Sejati
166 Bab 165 - Salah Asuh
167 Bab 166 - Kamu Tidak Cacat
168 Bab 167 - Berbagi Kasih Sayang
169 Bab 168 - Persiapan yang Matang
170 Bab 169 - Jatuh Lagi
171 Bab 170 - Tuduhan Jahat
172 Bab 171 - Hanya Beberapa Jam
173 Bab 172 - Menerima Apa Adanya
174 Bab 173 - Gadis Bodoh
175 Bab 174 - Kalimat yang Aneh
176 Bab 175 - Atas Nama Cinta
177 Bab 176 - Satu Detik
178 Bab 177 - Merasa Bersalah
179 Bab 178 - Saling Menjaga
180 Bab 179 - Sebuah Kemajuan
181 Bab 180 - Menyesal Kemudian
182 Bab 181 - Bersikap Dewasa
183 Bab 182 - Hadiah Kejutan
184 Bab 183 - Tidak Berteman
185 Bab 184 - Masuk Perangkap
186 Bab 185 - Konsekuensi Pengganggu
187 Bab 186 - Tinggal Kenangan
188 Bab 187 - Kudukung Sepenuhnya
189 Bab 188 - Lebih Perhatian
190 Bab 189 - Hanya Melakukan Tugas
191 Bab 190 - Menuju Hidup Mandiri
192 Bab 191 - Tuduhan Palsu
193 Bab 192 - Pernyataan Asli
194 Bab 193 - Mendamba Damai
195 Bab 194 - Siasat Andalan
196 Bab 195 - Mengurangi Musuh
197 Bab 196 - Jangan Anggap Remeh
198 Bab 197 - Sumpah Setia
199 Bab 198 - Siap Mengabdi
200 Bab 199 - Pergi untuk Kembali
201 Bab 200 - Hidup Baru
202 Terima Kasih
Episodes

Updated 202 Episodes

1
Catatan Penulis
2
Bab 1 - Pencuri
3
Bab 2 - Pekerjaan
4
Bab 3 - Duit
5
Bab 4 - Janji
6
Bab 5 - Kejujuran
7
Bab 6 - Kecelakaan
8
Bab 7 - Game
9
Bab 8 - Berbelanja
10
Bab 9 - Desakan
11
Bab 10 - Perkuliahan
12
Bab 11 - Dia Lagi
13
Bab 12 - Teman Pertama
14
Bab 13 - Perayaan
15
Bab 14 - Berakhir
16
Bab 15 - Latihan
17
Bab 16 - Pengecut
18
Bab 17 - Ketahuan
19
Bab 18 - Surat Palsu
20
Bab 19 - Rival
21
Bab 20 - Kado Terbaik
22
Bab 21 - Bukan Kecelakaan
23
Bab 22 - Tidak Peka
24
Bab 23 - Makan Bersama
25
Bab 24 - Misteri
26
Bab 25 - Identitas
27
Bab 26 - Saudara
28
Bab 27 - Taruhan
29
Bab 28 - Geram
30
Bab 29 - Jawabanku Tidak
31
Bab 30 - Ganti Rugi
32
Bab 31 - Pengancam
33
Bab 32 - Resah
34
Bab 33 - Pertemuan Kembali
35
Bab 34 - Curiga
36
Bab 35 - Bukti
37
Bab 36 - Salah Sendiri
38
Bab 37 - Rahasia
39
Bab 38 - Pria Misterius
40
Bab 39 - Sang Adik
41
Bab 40 - Ayah Sahabatku
42
Bab 41 - Penyesalan
43
Bab 42 - Tes Kedua
44
Bab 43 - Penculik
45
Bab 44 - Hanya Teman
46
Bab 45 - Hasil Tes
47
Bab 46 - Pengkhianatan
48
Bab 47 - Pulang
49
Bab 48 - Terpaksa
50
Bab 49 - Pancingan
51
Bab 50 - Aku Takut
52
Bab 51 - Kencan
53
Bab 52 - Sudah Cukup
54
Bab 53 - Nama Lahir
55
Bab 54 - Lelaki Sejati
56
Bab 55 - Mencuri Dengar
57
Bab 56 - Musuh dalam Selimut
58
Bab 57 - Putus
59
Bab 58 - Rusaknya Kebahagiaan
60
Bab 59 - Tidak Tenang
61
Bab 60 - Pria Gila
62
Bab 61 - Langkahi Dulu Mayatku
63
Bab 62 - Dibawa Pergi
64
Bab 63 - Melepaskan Diri
65
Bab 64 - Bahaya Berlalu
66
Bab 65 - Pulih dengan Cepat
67
Bab 66 - Gadisku
68
Bab 67 - Deklarasi Cinta
69
Bab 68 - Skandal Foto
70
Bab 69 - Hanya Bisnis
71
Bab 70 - Urusan Orang Dewasa
72
Bab 71 - Cinta Tak Berbalas
73
Bab 72 - Beri Dia Waktu
74
Bab 73 - Aku Tanpa Kamu
75
Bab 74 - Hari yang Ditunggu
76
Bab 75 - Lebih dari Teman
77
Bab 76 - Bersikap Berlebihan
78
Bab 77 - Ekspresi Maaf
79
Bab 78 - Urusan yang Belum Selesai
80
Bab 79 - Ibu yang Baik
81
Bab 80 - Memutuskan Tanpa Diskusi
82
Bab 81 - Bukti Keseriusan
83
Bab 82 - Mencari Kekurangan
84
Bab 83 - Kata yang Manis
85
Bab 84 - Pemuda yang Kuhindari
86
Bab 85 - Hanya Lewat Kematian
87
Bab 86 - Terjadi Lagi
88
Bab 87 - Penyelamatan
89
Bab 88 - Siaran Langsung
90
Bab 89 - Aku Hancur
91
Bab 90 - Kunjungan
92
Bab 91 - Hal yang Terlupa
93
Bab 92 - Bukan Salahmu
94
Bab 93 - Bangkit Lagi
95
Bab 94 - Terpaksa Ikut
96
Bab 95 - Berlibur Bersama
97
Bab 96 - Dia Cemburu
98
Bab 97 - Kalian Curang
99
Bab 98 - Lelah Menangis
100
Bab 99 - Hubungan Kita Sempurna
101
Bab 100 - Aku Sudah Siap
102
Bab 101 - Gendang Perang
103
Bab 102 - Hari Keberuntungan
104
Bab 103 - Ucapan Selamat
105
Bab 104 - Cemburu Buta
106
Bab 105 - Pembelaan
107
Bab 106 - Harga Diri
108
Bab 107 - Lepas Kendali
109
Bab 108 - Teman Biasa
110
Bab 109 - Ujian Penentu
111
Bab 110 - Dia yang Aku Mau
112
Bab 111 - Petunjuk
113
Bab 112 - Bersama Lagi
114
Bab 113 - Kesempatan Terakhir
115
Bab 114 - Sidang Pertama
116
Bab 115 - Tidak Adil
117
Bab 116 - Bukan Urusanku
118
Bab 117 - Pengakuan Pertama
119
Bab 118 - Sidang Kedua
120
Bab 119 - Kembali Normal
121
Bab 120 - Persiapan Acara
122
Bab 121 - Menyangkal Perasaan
123
Bab 122 - Pacar Bohongan
124
Bab 123 - Mata-mata Amatir
125
Bab 124 - Persiapan Audisi
126
Bab 125 - Pantang Mundur
127
Bab 126 - Disengaja
128
Bab 127 - Pengganggu
129
Bab 128 - Hari Sial
130
Bab 129 - Kasmaran
131
Bab 130 - Kesepakatan Semula
132
Bab 131 - Perbuatan Iseng
133
Bab 132 - Rahasia Hatinya
134
Bab 133 - Akhir Sebuah Drama
135
Bab 134 - Kaulari Kukejar
136
Bab 135 - Dibawa Pergi
137
Bab 136 - Pria yang Baik
138
Bab 137 - Mencari Dad
139
Bab 138 - Kesepakatan Damai
140
Bab 139 - Kegigihannya
141
Bab 140 - Tiga Bulan Bersama
142
Bab 141 - Putus Hubungan
143
Bab 142 - Terlalu Berat
144
Bab 143 - Rindu Melanda
145
Bab 144 - Sehari Bersama
146
Bab 145 - Lulus Bersama
147
Bab 146 - Saling Mendukung
148
Bab 147 - Drama Baru
149
Bab 148 - Inspeksi Lapangan
150
Bab 149 - Menyamakan Rencana
151
Bab 150 - Keseleo Lidah
152
Bab 151 - Teman atau Lawan
153
Bab 152 - Anak Gadis Papa
154
Bab 153 - Pemakai Desain Terbaik
155
Bab 154 - Skandal Rahasia
156
Bab 155 - Kencan Bertiga
157
Bab 156 - Sukses Besar
158
Bab 157 - Jujur Saja
159
Bab 158 - Cinta Bersyarat
160
Bab 159 - Usul untuk Mama
161
Bab 160 - Percaya Sepenuhnya
162
Bab 161 - Berbagi Kabar
163
Bab 162 - Teman Lama Misterius
164
Bab 163 - Musibah
165
Bab 164 - Musuh Sejati
166
Bab 165 - Salah Asuh
167
Bab 166 - Kamu Tidak Cacat
168
Bab 167 - Berbagi Kasih Sayang
169
Bab 168 - Persiapan yang Matang
170
Bab 169 - Jatuh Lagi
171
Bab 170 - Tuduhan Jahat
172
Bab 171 - Hanya Beberapa Jam
173
Bab 172 - Menerima Apa Adanya
174
Bab 173 - Gadis Bodoh
175
Bab 174 - Kalimat yang Aneh
176
Bab 175 - Atas Nama Cinta
177
Bab 176 - Satu Detik
178
Bab 177 - Merasa Bersalah
179
Bab 178 - Saling Menjaga
180
Bab 179 - Sebuah Kemajuan
181
Bab 180 - Menyesal Kemudian
182
Bab 181 - Bersikap Dewasa
183
Bab 182 - Hadiah Kejutan
184
Bab 183 - Tidak Berteman
185
Bab 184 - Masuk Perangkap
186
Bab 185 - Konsekuensi Pengganggu
187
Bab 186 - Tinggal Kenangan
188
Bab 187 - Kudukung Sepenuhnya
189
Bab 188 - Lebih Perhatian
190
Bab 189 - Hanya Melakukan Tugas
191
Bab 190 - Menuju Hidup Mandiri
192
Bab 191 - Tuduhan Palsu
193
Bab 192 - Pernyataan Asli
194
Bab 193 - Mendamba Damai
195
Bab 194 - Siasat Andalan
196
Bab 195 - Mengurangi Musuh
197
Bab 196 - Jangan Anggap Remeh
198
Bab 197 - Sumpah Setia
199
Bab 198 - Siap Mengabdi
200
Bab 199 - Pergi untuk Kembali
201
Bab 200 - Hidup Baru
202
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!