Bab 1 - Pencuri

*Mila*

“Pencuri!! Cepat kejar dia! Dia mencuri dompetku!”

Aku berlari sekuat tenaga dari kejaran banyak orang. Kaki kecilku tidak kuat berlari melombai kaki para orang dewasa, tetapi aku terus berusaha. Aku tidak tahu mengapa mereka menunjuk ke arahku dan mengejar aku. Yang aku lakukan dari tadi hanya mengambil sisa makanan yang dibuang orang. Aku tidak mencuri.

Melihat tempat yang cocok untuk bersembunyi, aku segera menundukkan tubuh dan membuat badanku menjadi sekecil mungkin. Jantungku berdebar cepat sekali mendengar langkah kaki yang melewati aku. Ada begitu banyak orang yang berlari hingga tanah yang aku pijak bergetar. Aku sampai menahan napas agar tidak ada yang mendengar.

Ketika tidak ada lagi langkah kaki yang terdengar, aku mengangkat kepalaku. Aku mengintip dari tempat persembunyianku, sudah tidak ada lagi orang-orang yang mencari aku. Perutku tiba-tiba berbunyi. Aku belum sempat makan, tetapi makanan yang aku kumpulkan tadi sudah jatuh.

Aku terpaksa berjalan pulang. Supaya tidak bertemu dengan mereka, aku memilih jalan lain. Aku melewati tempat kapal besar berlabuh. Kata Ibu, kami akan pergi naik kapal itu suatu hari nanti. Tetapi Ibu dan Ayah sudah tidur panjang di dalam tanah, kami tidak bisa pergi naik kapal.

Seorang wanita berlari mendekati aku sambil meneriakkan sebuah kata yang tidak bisa aku pahami. Melihat dia berambut pirang, aku segera berlari menjauh. Ibu bilang, aku harus menghindar setiap kali bertemu dengan perempuan berambut pirang dan bermata biru seperti aku. Jadi, aku segera kabur dan mencari tempat persembunyian.

Aku sudah lelah sekali, tidak sanggup berlari lagi seperti ini. Untung saja aku menemukan tempat yang cocok dan mereka terus berlari melewati aku. Setelah keadaan aman, aku berlari pulang ke rumah secepat mungkin. Takut bila aku mencari makanan, aku akan dituduh mencuri lagi.

Hanya aku yang tinggal di rumah kosong ini. Ayah dan Ibu tidak pernah menemani aku bermain dan selalu meninggalkan aku sendiri. Aku juga dilarang keluar untuk bermain dengan anak-anak yang lain. Aku tidak merindukan ayah dan ibuku karena mereka sayang padaku, tetapi aku rindu mereka untuk memberi aku makan.

Orang banyak datang ke rumah ini terakhir kalinya adalah saat Ayah dan Ibu dikubur. Begitu mereka pulang, aku sendirian di rumah. Tidak ada yang memasak untukku, tidak ada yang bicara denganku, sampai aku kelaparan dan memeriksa apa yang bisa aku makan di dapur. Tetapi tidak ada apa-apa. Hanya peralatan makan dan memasak yang sudah rapi dibersihkan orang banyak yang pernah datang ke rumah. Orang yang tidak datang lagi.

Karena lapar, aku mencari makanan dari mana saja. Tempat sampah bukanlah tempat untukku karena anjing liar sudah lebih dahulu menguasainya. Aku beberapa kali beruntung bisa makan nasi sisa yang ada di piring yang ditinggalkan orang di warung makan. Tetapi aku akan dipukul bila ketahuan oleh pemilik warung.

Belajar dari pengalaman, aku sering berkeliaran di pasar karena mereka suka membuang buah yang busuk ke jalan. Pisang, jeruk, dan mangga mudah dibersihkan karena kulitnya bisa dibuang. Tetapi untuk apel dan anggur, aku harus segera mengambilnya dari tanah sebelum diinjak orang.

Sejauh apa pun aku pergi, aku selalu pulang ke rumah dan tidur di sana setiap malam seorang diri. Namun penderitaanku berakhir saat seorang ibu tua melihat keadaanku dan memberi aku makan. Dia juga membersihkan badanku dan mengganti pakaianku yang sudah mulai kekecilan. Dia mengajak aku tinggal bersama di rumahnya.

Setiap hari dia membawa aku ke sebuah bangunan besar di mana ada banyak orang yang mondar-mandir. Aku diminta untuk duduk di salah satu sudut dapur di saat dia sedang bekerja. Dia tidak suka aku berkeliaran di tempat itu karena orang-orang suka mengajak aku bicara. Mereka heran melihat aku berbeda dengan orang kebanyakan. Rambutku pirang dan mataku biru.

Hanya sebentar bersamanya, ibu itu juga berbaring di lantai sama seperti Ayah dan Ibu. Orang-orang banyak datang ke rumahnya. Mereka menangis, bernyanyi, dan bicara sampai ibu itu dimasukkan ke tanah. Setelah aku dewasa, barulah aku mengerti bahwa itu pertanda mereka meninggal, pergi jauh dari dunia ini.

Aku masih sering datang ke tempat ibu tua itu bekerja karena di sana ada banyak makanan. Sampai ada gadis kecil yang menyapa aku dan kami bermain bersama. Dia juga punya warna rambut yang sama denganku, tetapi matanya berbeda. Orang bilang, itu warna cokelat.

Dia kemudian menjadi adikku. Orang tuanya menyukai aku dan mengangkat aku menjadi anak mereka. Prosesnya cukup lama karena mereka orang asing dan orang tuaku ternyata tidak punya tanda pengenal apa pun yang ada hubungannya dengan aku. Bahkan dalam kartu keluarga mereka, namaku tidak tercantum di sana.

Ketika mereka membawa aku pergi dari tempat itu, aku punya nama kedua. Mila tetap menjadi nama depanku dan mereka menambahkan Foster, nama keluarga mereka. Nama keluargaku. Kami hidup bersama di sebuah rumah sederhana jauh dari rumah Ayah dan Ibu. Aku pergi ke sekolah, bertemu dan bermain dengan banyak teman. Aku sangat bahagia.

Setelah hidup bersama mereka, aku tidak kelaparan, kedinginan, atau sendirian lagi. Dad dan Mom sayang kepadaku, begitu juga dengan adikku. Orang-orang juga tidak menganggap aku aneh, karena aku punya saudara yang mirip denganku.

Lalu suatu hari, sikap adikku berubah kepadaku. Dia tidak mau lagi bermain bersamaku. Dia sering menuduh aku melakukan hal yang jahat kepadanya. Hal-hal yang tidak pernah aku lakukan. Sampai suatu hari aku dituduh mencuri berlian milik Mom dan mereka menemukan benda itu secara ajaib ada di laci nakasku.

“Apa Papa dan Mama percaya kepadaku sekarang? Dia ini anak yang tidak tahu berterima kasih. Setelah dia tinggal bersama kita, hidup dengan enak, sifatnya tetap saja tidak berubah. Percayalah, Pa, Ma. Rapor yang dia tunjukkan kepada kalian itu bukan hasil kerja kerasnya. Itu semua hasil dari mencontek. Papa dan Mama boleh tanya teman-teman sekelasnya.” Tuduhan adikku terus berlanjut. Dia menggunakan bahasa Inggris dan aku bisa memahaminya dengan baik.

“Sikap rajinnya di rumah juga hanya pura-pura. Setiap kali Papa dan Mama tidak ada di rumah, dia hanya duduk, makan, dan menonton sepanjang hari. Dia juga sering mengundang teman-temannya datang ke sini dan menghabiskan semua makanan di rumah kita.

“Aku bahkan menyaksikan sendiri dia mulai genit dengan laki-laki. Papa dan Mama silakan tanya teman-temannya, mereka pernah melihat dia ciuman dengan seorang pemuda di kelasnya. Kalau bukan karena tertangkap basah, entah akan sejauh apa mereka berduaan di ruangan itu,” kata adikku dengan suara berapi-api.

“Papa dan Mama harus melakukan sesuatu. Aku bisa malu kalau sampai teman-teman melihat lebih banyak lagi kelakuannya yang buruk!” Kali ini dia terisak-isak. Mom memeluknya, Dad juga. Aku hanya bisa berdiri melihat mereka bertiga, satu keluarga, perlahan mengeluarkan aku dari lingkaran kasih sayang mereka.

Mereka memang tidak melaporkan aku kepada polisi pada hari itu, tetapi tuduhan pencuri melekat kuat di benakku. Orang yang semula sayang kepadaku, menyakiti aku dengan cara yang tidak pernah aku sangka. Aku bahkan tidak diberi kesempatan untuk membela diri.

Begitu aku menyelesaikan SMU, aku pamit. Aku sudah cukup mendapat perlakuan tidak adil di rumah mereka. Ijazah sudah di tangan, dokumen pribadi lainnya yang pernah mereka urus sudah aku bawa, aku siap untuk hidup mandiri. Aku hanya membawa pakaian seadanya agar aku tidak dituduh mencuri. Dengan satu koper, satu tas ransel, sepatu dan jaket yang aku pakai, aku bersiap pergi dari rumah.

“Tetapi, Mila, kamu akan tinggal di mana?” tanya Mom yang mengkhawatirkan aku.

“Mama tidak perlu khawatirkan itu. Aku yakin ada banyak teman laki-lakinya yang siap memberi tempat tinggal.” Dia menendang koperku. “Buka. Aku mau lihat apa kamu diam-diam mencuri pakaianku atau perhiasan Mama.”

“Sayang, bila kamu kehilangan satu atau dua pakaian, kami akan membelikannya lagi untukmu,” ucap Mom melerai. “Biarkan dia pergi dengan damai tanpa ribut lagi.”

“Tidak, Ma. Aku punya banyak pakaian dari sponsor yang harus aku kembalikan dalam kurun waktu tertentu. Pakaian itu tidak murah, Mama atau Papa tidak akan bisa membayarnya.” Dia kembali menendang koperku. “Apa yang kamu tunggu? Cepat buka!”

“Kamu punya tangan. Jika kamu begitu percaya aku telah mencuri pakaianmu atau perhiasan Mama, buka saja sendiri,” kataku, lelah mengalah dengannya.

Dia menendang koper itu sampai tertidur, lalu membukanya dengan kasar. Tentu saja dia tidak berniat memeriksa dengan baik, dia melempar semua isi dalam koper itu ke setiap penjuru ruangan. Aku menatap Dad dan Mom yang hanya diam saja melihat tingkah putri mereka. Pada detik itu, aku sadar. Aku tidak pernah menjadi putri bagi mereka. Aku hanyalah anak yang mereka pungut dari hotel di mana mereka berlibur sekeluarga.

Aku merapikan kembali setiap pakaian yang dibuat berantakan tersebut. Seandainya saja bisa, aku ingin sekali menumpuk pakaian itu begitu saja di dalam koper. Tetapi semua pakaian itu tidak akan muat masuk ke dalam koper bila tidak dilipat dengan rapi. Membuang-buang waktuku saja.

Gadis jahat itu sengaja berdiri di depanku, menikmati aku berlutut di hadapannya. Aku tidak marah kepadanya, aku justru merasa kasihan. Dia harus bertindak serendah ini hanya untuk membuktikan bahwa dia lebih baik dari aku.

“Hei, jangan lupa. Kamu harus membayar semua uang yang orang tuaku keluarkan untukmu selama kamu tinggal di sini. Kamu sudah berani mencuri, jadi kamu harus membayar semua biaya hidupmu sebagai ganti kami tidak melaporkan kamu pada polisi,” kata gadis itu setelah aku pamit. Itu adalah serangan paling menyakitkan yang pernah dia ucapkan.

“Aku tidak mencuri … ah, sudahlah. Ma? Pa?” Mereka berdua hanya diam, tidak mengatakan apa pun mengenai kalimat kejam yang diucapkan putri mereka. “Baiklah. Sikap diam kalian aku anggap sebagai kalian setuju aku harus membayar utang pada keluarga ini. Tolong hitung dan beri tahu aku nominalnya. Aku pasti akan bayar setiap sennya dengan lunas.”

“Kalau kamu tidak sanggup bayar?” tantang gadis yang pernah aku sayangi sebagai adikku sendiri.

“Bagaimana kalau aku sanggup bayar?” Aku balik menantangnya.

Terpopuler

Comments

Rohajati Tampubolon

Rohajati Tampubolon

seru nie Mel..suka😍😍😍

2022-04-03

3

Zahara Letto

Zahara Letto

iya nih sapa mila kak mei?

2022-04-02

2

Riana Ve

Riana Ve

ini mila sapa kak mei?

2022-04-02

2

lihat semua
Episodes
1 Catatan Penulis
2 Bab 1 - Pencuri
3 Bab 2 - Pekerjaan
4 Bab 3 - Duit
5 Bab 4 - Janji
6 Bab 5 - Kejujuran
7 Bab 6 - Kecelakaan
8 Bab 7 - Game
9 Bab 8 - Berbelanja
10 Bab 9 - Desakan
11 Bab 10 - Perkuliahan
12 Bab 11 - Dia Lagi
13 Bab 12 - Teman Pertama
14 Bab 13 - Perayaan
15 Bab 14 - Berakhir
16 Bab 15 - Latihan
17 Bab 16 - Pengecut
18 Bab 17 - Ketahuan
19 Bab 18 - Surat Palsu
20 Bab 19 - Rival
21 Bab 20 - Kado Terbaik
22 Bab 21 - Bukan Kecelakaan
23 Bab 22 - Tidak Peka
24 Bab 23 - Makan Bersama
25 Bab 24 - Misteri
26 Bab 25 - Identitas
27 Bab 26 - Saudara
28 Bab 27 - Taruhan
29 Bab 28 - Geram
30 Bab 29 - Jawabanku Tidak
31 Bab 30 - Ganti Rugi
32 Bab 31 - Pengancam
33 Bab 32 - Resah
34 Bab 33 - Pertemuan Kembali
35 Bab 34 - Curiga
36 Bab 35 - Bukti
37 Bab 36 - Salah Sendiri
38 Bab 37 - Rahasia
39 Bab 38 - Pria Misterius
40 Bab 39 - Sang Adik
41 Bab 40 - Ayah Sahabatku
42 Bab 41 - Penyesalan
43 Bab 42 - Tes Kedua
44 Bab 43 - Penculik
45 Bab 44 - Hanya Teman
46 Bab 45 - Hasil Tes
47 Bab 46 - Pengkhianatan
48 Bab 47 - Pulang
49 Bab 48 - Terpaksa
50 Bab 49 - Pancingan
51 Bab 50 - Aku Takut
52 Bab 51 - Kencan
53 Bab 52 - Sudah Cukup
54 Bab 53 - Nama Lahir
55 Bab 54 - Lelaki Sejati
56 Bab 55 - Mencuri Dengar
57 Bab 56 - Musuh dalam Selimut
58 Bab 57 - Putus
59 Bab 58 - Rusaknya Kebahagiaan
60 Bab 59 - Tidak Tenang
61 Bab 60 - Pria Gila
62 Bab 61 - Langkahi Dulu Mayatku
63 Bab 62 - Dibawa Pergi
64 Bab 63 - Melepaskan Diri
65 Bab 64 - Bahaya Berlalu
66 Bab 65 - Pulih dengan Cepat
67 Bab 66 - Gadisku
68 Bab 67 - Deklarasi Cinta
69 Bab 68 - Skandal Foto
70 Bab 69 - Hanya Bisnis
71 Bab 70 - Urusan Orang Dewasa
72 Bab 71 - Cinta Tak Berbalas
73 Bab 72 - Beri Dia Waktu
74 Bab 73 - Aku Tanpa Kamu
75 Bab 74 - Hari yang Ditunggu
76 Bab 75 - Lebih dari Teman
77 Bab 76 - Bersikap Berlebihan
78 Bab 77 - Ekspresi Maaf
79 Bab 78 - Urusan yang Belum Selesai
80 Bab 79 - Ibu yang Baik
81 Bab 80 - Memutuskan Tanpa Diskusi
82 Bab 81 - Bukti Keseriusan
83 Bab 82 - Mencari Kekurangan
84 Bab 83 - Kata yang Manis
85 Bab 84 - Pemuda yang Kuhindari
86 Bab 85 - Hanya Lewat Kematian
87 Bab 86 - Terjadi Lagi
88 Bab 87 - Penyelamatan
89 Bab 88 - Siaran Langsung
90 Bab 89 - Aku Hancur
91 Bab 90 - Kunjungan
92 Bab 91 - Hal yang Terlupa
93 Bab 92 - Bukan Salahmu
94 Bab 93 - Bangkit Lagi
95 Bab 94 - Terpaksa Ikut
96 Bab 95 - Berlibur Bersama
97 Bab 96 - Dia Cemburu
98 Bab 97 - Kalian Curang
99 Bab 98 - Lelah Menangis
100 Bab 99 - Hubungan Kita Sempurna
101 Bab 100 - Aku Sudah Siap
102 Bab 101 - Gendang Perang
103 Bab 102 - Hari Keberuntungan
104 Bab 103 - Ucapan Selamat
105 Bab 104 - Cemburu Buta
106 Bab 105 - Pembelaan
107 Bab 106 - Harga Diri
108 Bab 107 - Lepas Kendali
109 Bab 108 - Teman Biasa
110 Bab 109 - Ujian Penentu
111 Bab 110 - Dia yang Aku Mau
112 Bab 111 - Petunjuk
113 Bab 112 - Bersama Lagi
114 Bab 113 - Kesempatan Terakhir
115 Bab 114 - Sidang Pertama
116 Bab 115 - Tidak Adil
117 Bab 116 - Bukan Urusanku
118 Bab 117 - Pengakuan Pertama
119 Bab 118 - Sidang Kedua
120 Bab 119 - Kembali Normal
121 Bab 120 - Persiapan Acara
122 Bab 121 - Menyangkal Perasaan
123 Bab 122 - Pacar Bohongan
124 Bab 123 - Mata-mata Amatir
125 Bab 124 - Persiapan Audisi
126 Bab 125 - Pantang Mundur
127 Bab 126 - Disengaja
128 Bab 127 - Pengganggu
129 Bab 128 - Hari Sial
130 Bab 129 - Kasmaran
131 Bab 130 - Kesepakatan Semula
132 Bab 131 - Perbuatan Iseng
133 Bab 132 - Rahasia Hatinya
134 Bab 133 - Akhir Sebuah Drama
135 Bab 134 - Kaulari Kukejar
136 Bab 135 - Dibawa Pergi
137 Bab 136 - Pria yang Baik
138 Bab 137 - Mencari Dad
139 Bab 138 - Kesepakatan Damai
140 Bab 139 - Kegigihannya
141 Bab 140 - Tiga Bulan Bersama
142 Bab 141 - Putus Hubungan
143 Bab 142 - Terlalu Berat
144 Bab 143 - Rindu Melanda
145 Bab 144 - Sehari Bersama
146 Bab 145 - Lulus Bersama
147 Bab 146 - Saling Mendukung
148 Bab 147 - Drama Baru
149 Bab 148 - Inspeksi Lapangan
150 Bab 149 - Menyamakan Rencana
151 Bab 150 - Keseleo Lidah
152 Bab 151 - Teman atau Lawan
153 Bab 152 - Anak Gadis Papa
154 Bab 153 - Pemakai Desain Terbaik
155 Bab 154 - Skandal Rahasia
156 Bab 155 - Kencan Bertiga
157 Bab 156 - Sukses Besar
158 Bab 157 - Jujur Saja
159 Bab 158 - Cinta Bersyarat
160 Bab 159 - Usul untuk Mama
161 Bab 160 - Percaya Sepenuhnya
162 Bab 161 - Berbagi Kabar
163 Bab 162 - Teman Lama Misterius
164 Bab 163 - Musibah
165 Bab 164 - Musuh Sejati
166 Bab 165 - Salah Asuh
167 Bab 166 - Kamu Tidak Cacat
168 Bab 167 - Berbagi Kasih Sayang
169 Bab 168 - Persiapan yang Matang
170 Bab 169 - Jatuh Lagi
171 Bab 170 - Tuduhan Jahat
172 Bab 171 - Hanya Beberapa Jam
173 Bab 172 - Menerima Apa Adanya
174 Bab 173 - Gadis Bodoh
175 Bab 174 - Kalimat yang Aneh
176 Bab 175 - Atas Nama Cinta
177 Bab 176 - Satu Detik
178 Bab 177 - Merasa Bersalah
179 Bab 178 - Saling Menjaga
180 Bab 179 - Sebuah Kemajuan
181 Bab 180 - Menyesal Kemudian
182 Bab 181 - Bersikap Dewasa
183 Bab 182 - Hadiah Kejutan
184 Bab 183 - Tidak Berteman
185 Bab 184 - Masuk Perangkap
186 Bab 185 - Konsekuensi Pengganggu
187 Bab 186 - Tinggal Kenangan
188 Bab 187 - Kudukung Sepenuhnya
189 Bab 188 - Lebih Perhatian
190 Bab 189 - Hanya Melakukan Tugas
191 Bab 190 - Menuju Hidup Mandiri
192 Bab 191 - Tuduhan Palsu
193 Bab 192 - Pernyataan Asli
194 Bab 193 - Mendamba Damai
195 Bab 194 - Siasat Andalan
196 Bab 195 - Mengurangi Musuh
197 Bab 196 - Jangan Anggap Remeh
198 Bab 197 - Sumpah Setia
199 Bab 198 - Siap Mengabdi
200 Bab 199 - Pergi untuk Kembali
201 Bab 200 - Hidup Baru
202 Terima Kasih
Episodes

Updated 202 Episodes

1
Catatan Penulis
2
Bab 1 - Pencuri
3
Bab 2 - Pekerjaan
4
Bab 3 - Duit
5
Bab 4 - Janji
6
Bab 5 - Kejujuran
7
Bab 6 - Kecelakaan
8
Bab 7 - Game
9
Bab 8 - Berbelanja
10
Bab 9 - Desakan
11
Bab 10 - Perkuliahan
12
Bab 11 - Dia Lagi
13
Bab 12 - Teman Pertama
14
Bab 13 - Perayaan
15
Bab 14 - Berakhir
16
Bab 15 - Latihan
17
Bab 16 - Pengecut
18
Bab 17 - Ketahuan
19
Bab 18 - Surat Palsu
20
Bab 19 - Rival
21
Bab 20 - Kado Terbaik
22
Bab 21 - Bukan Kecelakaan
23
Bab 22 - Tidak Peka
24
Bab 23 - Makan Bersama
25
Bab 24 - Misteri
26
Bab 25 - Identitas
27
Bab 26 - Saudara
28
Bab 27 - Taruhan
29
Bab 28 - Geram
30
Bab 29 - Jawabanku Tidak
31
Bab 30 - Ganti Rugi
32
Bab 31 - Pengancam
33
Bab 32 - Resah
34
Bab 33 - Pertemuan Kembali
35
Bab 34 - Curiga
36
Bab 35 - Bukti
37
Bab 36 - Salah Sendiri
38
Bab 37 - Rahasia
39
Bab 38 - Pria Misterius
40
Bab 39 - Sang Adik
41
Bab 40 - Ayah Sahabatku
42
Bab 41 - Penyesalan
43
Bab 42 - Tes Kedua
44
Bab 43 - Penculik
45
Bab 44 - Hanya Teman
46
Bab 45 - Hasil Tes
47
Bab 46 - Pengkhianatan
48
Bab 47 - Pulang
49
Bab 48 - Terpaksa
50
Bab 49 - Pancingan
51
Bab 50 - Aku Takut
52
Bab 51 - Kencan
53
Bab 52 - Sudah Cukup
54
Bab 53 - Nama Lahir
55
Bab 54 - Lelaki Sejati
56
Bab 55 - Mencuri Dengar
57
Bab 56 - Musuh dalam Selimut
58
Bab 57 - Putus
59
Bab 58 - Rusaknya Kebahagiaan
60
Bab 59 - Tidak Tenang
61
Bab 60 - Pria Gila
62
Bab 61 - Langkahi Dulu Mayatku
63
Bab 62 - Dibawa Pergi
64
Bab 63 - Melepaskan Diri
65
Bab 64 - Bahaya Berlalu
66
Bab 65 - Pulih dengan Cepat
67
Bab 66 - Gadisku
68
Bab 67 - Deklarasi Cinta
69
Bab 68 - Skandal Foto
70
Bab 69 - Hanya Bisnis
71
Bab 70 - Urusan Orang Dewasa
72
Bab 71 - Cinta Tak Berbalas
73
Bab 72 - Beri Dia Waktu
74
Bab 73 - Aku Tanpa Kamu
75
Bab 74 - Hari yang Ditunggu
76
Bab 75 - Lebih dari Teman
77
Bab 76 - Bersikap Berlebihan
78
Bab 77 - Ekspresi Maaf
79
Bab 78 - Urusan yang Belum Selesai
80
Bab 79 - Ibu yang Baik
81
Bab 80 - Memutuskan Tanpa Diskusi
82
Bab 81 - Bukti Keseriusan
83
Bab 82 - Mencari Kekurangan
84
Bab 83 - Kata yang Manis
85
Bab 84 - Pemuda yang Kuhindari
86
Bab 85 - Hanya Lewat Kematian
87
Bab 86 - Terjadi Lagi
88
Bab 87 - Penyelamatan
89
Bab 88 - Siaran Langsung
90
Bab 89 - Aku Hancur
91
Bab 90 - Kunjungan
92
Bab 91 - Hal yang Terlupa
93
Bab 92 - Bukan Salahmu
94
Bab 93 - Bangkit Lagi
95
Bab 94 - Terpaksa Ikut
96
Bab 95 - Berlibur Bersama
97
Bab 96 - Dia Cemburu
98
Bab 97 - Kalian Curang
99
Bab 98 - Lelah Menangis
100
Bab 99 - Hubungan Kita Sempurna
101
Bab 100 - Aku Sudah Siap
102
Bab 101 - Gendang Perang
103
Bab 102 - Hari Keberuntungan
104
Bab 103 - Ucapan Selamat
105
Bab 104 - Cemburu Buta
106
Bab 105 - Pembelaan
107
Bab 106 - Harga Diri
108
Bab 107 - Lepas Kendali
109
Bab 108 - Teman Biasa
110
Bab 109 - Ujian Penentu
111
Bab 110 - Dia yang Aku Mau
112
Bab 111 - Petunjuk
113
Bab 112 - Bersama Lagi
114
Bab 113 - Kesempatan Terakhir
115
Bab 114 - Sidang Pertama
116
Bab 115 - Tidak Adil
117
Bab 116 - Bukan Urusanku
118
Bab 117 - Pengakuan Pertama
119
Bab 118 - Sidang Kedua
120
Bab 119 - Kembali Normal
121
Bab 120 - Persiapan Acara
122
Bab 121 - Menyangkal Perasaan
123
Bab 122 - Pacar Bohongan
124
Bab 123 - Mata-mata Amatir
125
Bab 124 - Persiapan Audisi
126
Bab 125 - Pantang Mundur
127
Bab 126 - Disengaja
128
Bab 127 - Pengganggu
129
Bab 128 - Hari Sial
130
Bab 129 - Kasmaran
131
Bab 130 - Kesepakatan Semula
132
Bab 131 - Perbuatan Iseng
133
Bab 132 - Rahasia Hatinya
134
Bab 133 - Akhir Sebuah Drama
135
Bab 134 - Kaulari Kukejar
136
Bab 135 - Dibawa Pergi
137
Bab 136 - Pria yang Baik
138
Bab 137 - Mencari Dad
139
Bab 138 - Kesepakatan Damai
140
Bab 139 - Kegigihannya
141
Bab 140 - Tiga Bulan Bersama
142
Bab 141 - Putus Hubungan
143
Bab 142 - Terlalu Berat
144
Bab 143 - Rindu Melanda
145
Bab 144 - Sehari Bersama
146
Bab 145 - Lulus Bersama
147
Bab 146 - Saling Mendukung
148
Bab 147 - Drama Baru
149
Bab 148 - Inspeksi Lapangan
150
Bab 149 - Menyamakan Rencana
151
Bab 150 - Keseleo Lidah
152
Bab 151 - Teman atau Lawan
153
Bab 152 - Anak Gadis Papa
154
Bab 153 - Pemakai Desain Terbaik
155
Bab 154 - Skandal Rahasia
156
Bab 155 - Kencan Bertiga
157
Bab 156 - Sukses Besar
158
Bab 157 - Jujur Saja
159
Bab 158 - Cinta Bersyarat
160
Bab 159 - Usul untuk Mama
161
Bab 160 - Percaya Sepenuhnya
162
Bab 161 - Berbagi Kabar
163
Bab 162 - Teman Lama Misterius
164
Bab 163 - Musibah
165
Bab 164 - Musuh Sejati
166
Bab 165 - Salah Asuh
167
Bab 166 - Kamu Tidak Cacat
168
Bab 167 - Berbagi Kasih Sayang
169
Bab 168 - Persiapan yang Matang
170
Bab 169 - Jatuh Lagi
171
Bab 170 - Tuduhan Jahat
172
Bab 171 - Hanya Beberapa Jam
173
Bab 172 - Menerima Apa Adanya
174
Bab 173 - Gadis Bodoh
175
Bab 174 - Kalimat yang Aneh
176
Bab 175 - Atas Nama Cinta
177
Bab 176 - Satu Detik
178
Bab 177 - Merasa Bersalah
179
Bab 178 - Saling Menjaga
180
Bab 179 - Sebuah Kemajuan
181
Bab 180 - Menyesal Kemudian
182
Bab 181 - Bersikap Dewasa
183
Bab 182 - Hadiah Kejutan
184
Bab 183 - Tidak Berteman
185
Bab 184 - Masuk Perangkap
186
Bab 185 - Konsekuensi Pengganggu
187
Bab 186 - Tinggal Kenangan
188
Bab 187 - Kudukung Sepenuhnya
189
Bab 188 - Lebih Perhatian
190
Bab 189 - Hanya Melakukan Tugas
191
Bab 190 - Menuju Hidup Mandiri
192
Bab 191 - Tuduhan Palsu
193
Bab 192 - Pernyataan Asli
194
Bab 193 - Mendamba Damai
195
Bab 194 - Siasat Andalan
196
Bab 195 - Mengurangi Musuh
197
Bab 196 - Jangan Anggap Remeh
198
Bab 197 - Sumpah Setia
199
Bab 198 - Siap Mengabdi
200
Bab 199 - Pergi untuk Kembali
201
Bab 200 - Hidup Baru
202
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!