Telinga yang terasa mau pecah saat mendengar teriakan dibawah anak tangga, pemilik rumah segera turun untuk menemuinya.
"Gentaram! mau apa kau datang ke rumahku. Tidak ada sopan santunnya masuk ke rumah orang." Sahut pemilik rumah sambil menuruni anak tangga bersama istrinya.
Saat sudah berada dibawah anak tangga, kini Tuan Gentaram dan Tuan Galeyandra tengah berdiri saling berhadapan.
"Kedatanganku kemari mau menuntut tanggung jawab mu, Tuan Topan Galeyandra."
"Menuntut, memangnya aku sudah melakukan kesalahan apa sehingga kau mau menuntut ku."
"Putramu telah menghamili putriku."
Bagai layangan putus dari pemiliknya, tentu saja sangat panik dan terkejut saat mendengar apa yang didengarnya.
"Putraku? Edwin kah yang kau dimaksud?"
"Bukan, tapi Erwan putramu yang sudah meninggal."
Lagi-lagi Tuan Topan kembali terkejut saat mendengar pernyataan. Seketika, kepanikannya berubah menjadi tersenyum.
"Dari dulu bukankah kau ini seorang pembohong, tentu saja akan melakukan hal yang memalukan."
"Tutup mulut mu, Tuan Topan Galeyandra."
Kini, Tuan Gentaram tengah murka saat mendapatkan hinaan dari pemilik rumah.
Tuan Topan tertawa mengejek ketika mendapatkan sebuah tuduhan yang sangat murahan itu, pikirnya.
"Kau sangat lucu sekali, menuntut pada seseorang yang sudah meninggal. Apakah semua ini akal-akal kamu saja untuk menipu ku, Gentaram Praja? caramu benar-benar sangat menjijikkan." Ucap Tuan Topan dengan berani.
Tak lupa juga, tawa lepas tengah ditunjukkan di depan Tuan Gentaram hingga membuat otak yang diejek terasa mendidih.
"Be*debah! kau Tuan Topan, aku akan mengusut kasus putriku dan akan menjatuhkan nama baik keluarga mu."
Mendengar sebuah ancaman dari seorang Tuan Gentaram yang kedengaran tidak main-main, Tuan Topan berpikir sejenak.
"Bagaimana aku bisa mempercayai mu soal putraku Erwan telah menghamili putrimu? berikan buktinya padaku, jika putraku memiliki hubungan dengan putrimu."
"Baiklah, aku akan menunjukkannya padamu tentang bukti kedekatan putramu bersama putriku." Jawab Tuan Gentaram yang masih dikuasai oleh emosinya.
"Karena sudah tidak ada lagi yang diperdebatkan, maka pergilah dari rumahku." Ucap Tuan Topan dengan terang-terangan mengusir Tuan Gentaram.
Tanpa menjawab sepatah katapun, Tuan Gentaram bergegas keluar dan pergi meninggalkan rumah keluarga Galeyandra.
Rasa penasaran yang menyeruak di dalam benak pikirannya, Tuan Topan segera masuk ke kamar putranya yang bernama Erwan.
Ingin mengetahui kebenarannya, Tuan Topan ingin menyelidiki putranya sendiri. Selama ini, Beliau tidak pernah memeriksa kamar milik Erwan maupun anak yang lainnya.
Saat sudah berada di dalam kamar putranya, Tuan Topan mengamati isi ruangan kamar tersebut. Kemudian, menuju lemari yang terdapat banyak lacinya.
Dengan hati-hati, Tuan Topan memeriksanya. Pandangannya tertuju pada sebuah kotak kecil yang telah mencuri perhatian, alias mencuri pandangannya.
"Kotak apakah itu?" gumamnya dengan berbagai penuh tanda tanya.
Saat sudah diambil kotaknya, Tuan Topan membukanya dan memeriksa isi di dalam kotak tersebut.
Saat kotak itu terbuka dengan sempurna, terdapat banyak lembaran foto dengan perempuan yang tidak dikenali oleh Beliau.
"Siapa perempuan ini?" gumamnya dan mencoba untuk mencernanya.
"Apakah perempuan ini putrinya Tuan Gentaram? aku harus memastikan siapa yang akan datang nanti, apakah perempuan yang ada di foto putraku ini? jika benar, aku harus bagaimana." Gumam Tuan Topan sambil berpikir jika dirinya tak mempunyai jalan keluar.
"Ah ya, ada Edwin yang sudah menduda. Aku sendiri juga tidak mau jika nama baikku serta nama baik keluarga Galeyandra akan buruk. Aku harus mengorbankan putraku untuk menikahi putri dari Tuan Gentaram, tanpa penolakan apapun dari putraku Edwin."
Ketika sudah mendapatkan jawaban, Tuan Galeyandra merasa lega saat mempunyai cara untuk menutupi nama buruk keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sabar
2023-06-20
0