Alma memarkirkan mobilnya di basemen dan keduanya mulai berjalan memasuki sebuah gedung tinggi. Lebih tepatnya itu adalah perusahaan milik keluarga Zavano group.
Dengan malas Zie juga berjalan di samping Alma, entah apa sebabnya Vano menghubungi mereka dan meminta keduanya datang ke kantor.
Zie dan Alma langsung masuk, keduanya masih sama seperti biasa. Tidak ada salam ataupun membutuhkan ijin.
Zie bahkan langsung menyambar kopi milik Vano dan meneguknya.
Vano sudah terbiasa akan kelakuan putri kesayangannya, dan itu sama sekali bukan masalah baginya.
"Kenapa Ayah nyuruh Zie dan Alma ke sini?" tanya Zie sambil mulai mencari posisi duduk di samping Bilmar yang duduk di sofa.
Alma juga duduk saling berhadapan dengan Bilmar, sedangkan Vano hanya duduk di kursi kebesaran nya melihat Zie yang sangat tomboi dan Alma yang sangat feminim.
Keduanya sangat bertolak belakang, jika Zie sangat cerewet dan mudah menangkap sesuatu yang di katakan oleh orang lain.
Maka tidak dengan Alma.
Alma sering kali dalam mode lambat, bahkan baru bisa menangkap pembicaraan setelah beberapa lama.
Tapi bagi Vano semua orang memiliki kekurangan dan kelebihan yang sudah di istimewa kan semenjak mereka di lahirkan.
"Ayah manggil Zie?" tanya Zie sambil melihat Vano.
"Emang Ayah manggil kita Zie?" tanya Alma bingung
Sssstttt.
Zie mendesis, karena Alma kembali pada mode lambat, "Tadi kan Ayah telepon ke aku, pas kamu lagi bawa mobil," jelas Zie.
Keduanya tidak akan menggunakan bahasa gaul saat sedang berhadapan dengan orang tua.
"Iya ya," Alma menggaruk kepalanya, "Hehehe lupa," kata Alma lagi sambil cengengesan.
"Kembali ke mode awal!" geram Zie.
"Kenapa kalian membuat masalah?" tanya Vano tanpa basa-basi.
Zie dan Alma sudah mengerti maksud dari Vano, sudah pasti tengah membahas kerusuhan yang tengah terjadi di kampus.
"Ayah, kapan sih, Zie bisa jadi diri sendiri?" Zie ingin seperti teman-teman nya tanpa ada bodyguard, tanpa ada yang memata-matai mengikuti nya.
"Memangnya kamu berubah jadi apa?" tanya Alma bingung.
"Bukan berubah Alma!" Geram Zie, "Maksud aku, kamu enggak bosan setiap hari nya ada yang mata-mata in? Ada yang ikutin? Enggak nyaman!" Jelas Zie dengan suara keras.
Alma mangguk-mangguk, "Iya Yah, iya Daddy," Alma beralih menatap Bilmar yang dari tadi hanya diam saja, "Berikan kami waktu untuk menikmati masa muda kami tanpa ada aturan, kami bisa jaga diri, kami sudah besar. Kapan kami bisa merasakan bebas tanpa ada bodyguard!" pinta Alma dengan melas.
"Nyambung juga," kata Zie dengan suara kecil, mungkin tidak akan ada yang mendengar nya sangking kecilnya.
"Tapi, kalian sekarang saja membuat onar di kampus, kamu mau jadi babu teman kampus mu?"
"Ayah! Kapan Ayah bisa kasih kepercayaan sama Zie. Zie berhak dong nentuin hidup Zie, kapan Ayah ngerti!"
"Sudahlah Vano, berikan satu tahun untuk mereka hidup bebas. Mereka tidak akan dewasa jika tidak di berikan kebebasan," Bilmar membenarkan keinginan Zie.
Mengingat Alma tidak pernah bisa menjadi dewasa karena semua yang di lakukan putrinya di awasi hingga Alma menjadi sedikit tertekan untuk melakukan sesuatunya.
Walaupun terasa berat, tapi akhirnya Vano juga menyetujui keinginan kedua putrinya.
"Kalau selama satu tahun ini kalian bisa, maka seterusnya kalian akan bebas tanpa bodyguard. Satu lagi," Vano menggantung ucapannya dan beralih menatap Zie, "Uang saku kalian di jatah," lanjut Vano.
"Enggak masalah," Zie langsung tersenyum.
***
Rasa bahagia Alma dan Zie kini semakin membuncah, kebebasan yang di berikan orang tua mereka seakan sesuatu yang mereka tunggu-tunggu selama ini.
Menjadi diri sendiri!
Bahkan untuk hari ini keduanya harus menaiki sebuah mobil sedan bekas dengan harga 50 juta, bahkan kadang asap yang keluar membuat orang di belakangnya terbatuk-batuk.
"Ahahahhaha......" Zie dan Alma tertawa sekencangnya karena melihat sepasang kekasih yang terbatuk-batuk karena asap mobil mereka.
"Zie polisi," Alma melihat kaca spion dan ternyata ada polisi yang mengejar mereka.
Zie juga langsung melihat kaca spion, "Ngebut Al," pinta Zie karena Alma yang mengemudi.
"Asiap!" Alma sudah tidak di ragukan lagi dalam mengemudi, bahkan dengan santainya langsung menambah kecepatan mobilnya.
Hingga polisi yang mengejar di belakang mobil langsung terkepung asap tebal sampai terbatuk-batuk.
"Ahahahhaha......"
Tawa keduanya masih menggelegar dengan sempurna, hingga tanpa mereka sadari mereka menambrak sebuah motor butut.
Brakk!
Ciiit!!!!
Alma mendadak mengerem, "Zie itu motor Dosen cupu kan?" Alma sangat ingat motor butut yang di gunakan dosen mereka.
"Iya, mampus auto nilai anjlok," gumam Zie sambil memijat kepalanya.
Alma langsung tersenyum, karena mendapat ide.
"Kenapa?" Zie malah merinding dengan senyuman Alma.
"Nilai anjlok kalau ketahuan, kalau enggak ketahuan?" Zie menyalakan mesin mobil dan tersenyum pada Zie.
"Nilai aman!" lanjut Zie.
"Berangkat!"
Brum!!!!
Alma langsung menginjak pedal gas dan melaju dengan kecepatan penuh.
"Ahahahhaha.... tumben lu printer Al," Zie mengacungkan jempol pada Alma, "Jarang-jarang lu nyambung," kata Zie lagi sambil tertawa dengan terbahak-bahak.
"Kebetulan aja, kalau lagi kepepet!" celetuk Alma, dengan mobil mulai memasuki kawasan parkir kampus.
"Ahahahhaha......" Zie masih tertawa, mengingat satu tahun kedepannya mereka hidup menjadi diri sendiri.
Di antara semua mobil yang terparkir, hanya mobil mereka yang paling menyedihkan. Bahkan plat mobil mereka sudah menggantung karena terlepas dari tempatnya.
"Ahahahhaha......" kedua nya semakin tertawa terbahak-bahak, melihat nasib mobil mereka.
"Ya ampun Zie, udah kembali ke derajat nya?" ejek Niken yang baru saja keluar dari mobil mewahnya.
Zie dan Alma tidak perduli, keduanya langsung kehilangan tawa bahagia setelah melihat Niken.
Niken menatap pakaian yang Zie dan Alma pakai, "Udah enggak mampu beli yang bermerek kayaknya," ejek Niken lagi di selingi tawa.
"Al kamu ngerasa ada yang aneh?" tanya Zie.
Alma melihat sekitarnya, "Sedikit."
"Hawanya yang sedikit sejuk bikin merinding ya," tambah Zie.
"Iya," Alma mangguk-mangguk.
"Kamu lihat orang di depan kita?" tanya Zie lagi.
Alma langsung melototkan matanya, dan seolah tidak melihat siapapun, "Enggak, tapi suaranya ada," jawab Alma.
Zie dan Alma saling pandang.
"Se.....Tan!" keduanya berteriak dan langsung berlari sekencang mungkin.
"Kurang ajar!!!" Niken menghentakkan kakinya sampai beberapa kali, karena Zie dan Alma secara terang-terangan mengatakan dirinya setan, "Lihat aja ya, Lu bakalan jadi babu gue!" gumam Niken dengan yakin.
Zie dan Alma terus saja berlari sekencang mungkin, sambil tertawa dengan terbahak-bahak sampai akhirnya mereka memasuki lorong-lorong dan melihat dosen cupu yang kini menjadi bahan taruhan Zie dan Niken.
"Kalian berdua, ikut keruang saya!" titah Firman.
"Sorry Pak kita mau langsung masuk kelas!" jawab Zie dengan berani, dan pergi begitu saja.
***
Biarkan cerita ini mengalir dengan lancar, di bumbui kekonyolan kedua keluarga semprol yang akan membuat puasa kalian terasa bahagia, hehehe. Salam Author Munthe.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Nurmayanti 🌽🍇
menikmati alur
2022-04-25
0
mutia khaerany
demen baca baru 2 bab mulut udah vapek ketawa sendiri,nga bosenen semangaat ya kak jgn malas2 nulisnya,bikin pembaca senang dpt pahala lho
2022-04-15
0
Irsa Arini
yang otaknya ceoat tagap yang satu agak lemot biarpun mereka anak orang ternama
2022-04-10
0