"Apa-apaan kedua mahasiswa itu!"
Firman berada di ruangannya sambil meninju udara beberapa kali, bertapa tingkah dua mahasiswa yang selalu menguji kesabaran nya.
"Sabar, kau juga kenapa sebodoh ini!" ujar Rian kepada seorang pria yang tengah berdiri di jendela.
"Apa maksud mu, mengatakan aku bodoh!" Firman mengeratkan giginya dan menatap Rian berapi-api.
"Tenang dulu teman, liat penampilan mu," tangan Rian menunjukkan pakaian dan gaya berpenampilan Firman.
"Ada yang salah?!"
"Tidak, hanya saja ini sangat-" Rian tidak lagi melanjutkan pembicaraan nya karena wajah Firman yang menatapnya dingin, akhirnya hanya mengangkat bahu dengan santai.
"Aku yang akan menjadi dosen pembimbing keduanya!"
***
Duduk di kantin dan menyantap bakso kesukaan nya, sesekali ia menatap sekiranya yang ramai dengan mahasiswa lainnya.
Suara tepuk tangan terdengar, seorang wanita seketika menjadi pusat perhatian.
"Mau ngapain lampir itu?" Zie menatap pada Niken.
"Masa lu enggak paham, biasalah pengen cari sensasi," jawab Alma sambil mengunyah.
"Perhatian semuanya!!!!!" Niken menatap Zie dengan senyum miring, "Gue mau lu semua jadi saksi, mengingat Zie kan merasa paling wah di kampus ini. Siapa yang tidak mengenal Zie, ya begitulah kira-kira ya," ejek Niken.
"Heh, mau lu apa?" tanya Zie santai, sambil duduk dan menahan amarah, "Jangan seperti orang yang tidak berpendidikan lah ya," ujar Zie sinis.
Tetapi, cukup mengundang perhatian mahasiswa lainnya, bahkan kebanyakan membenarkan apa yang di katakan oleh Zie.
Melihat Zie yang seakan begitu dewasa dan di agungkan, seakan memancing Niken semakin marah. Sebagai putri dari seorang Rektor universitas membuatnya tidak ingin di rendahkan. Apa lagi pada Zie yang notabenenya adalah orang anak pembantu di keluarga Zavano.
"Enggak usah sok lu kalau ngomong, ingat Zie kalau lu bisa buat Pak Cupu Deket sama lu gue bakalan jadi babu lu selama sebulan. Kalau tidak hati-hati lu yang menjadi babu gue!" Tantang Niken.
"Zie!" Alma menggeleng tidak setuju.
"Takut?" Clara tersenyum penuh kemenangan.
"Ahahahhaha......." Niken semakin berada di atas angin, saat melihat exspresi Alma.
Zie langsung berdiri, "Jangan sampai lu enggak menepati janji!" pungkas Zie.
"Huuuu......"
Mahasiswa lainnya bersorak gembira, karena idola mereka Zie selalu bisa membuat Niken yang merasa paling hebat tertantang.
Zie dan Alma bangun dari kursi, kemudian segera menuju ruangan Firman ataupun yang biasa ia sebut Pak Cupu.
"Zie," Alma berdiri di depan daun pintu ruangan dosen cupu dan berusaha menghentikan langkah kaki Zie untuk masuk.
"Apaan sih, minggir!" geram Zie.
"Kamu ngapain ke ruangan Pak Cupu?"
"Kesel, kenapa harus Pak Cupu yang jadi dosen pembimbing kita!"
"Zie?" Alma menatap Zie dengan senyum penuh arti, "Masa kau bodoh," tambah Alma lagi.
Zie mengangguk mengerti, "Iya aku paham, kalau begini artinya kita aku bisa lebih dekat sama Pak Cupu dan Niken bakalan tutup mulut."
"Nah," Alma tersenyum penuh kebanggaan, "Ini maksud aku, enggak papa lah ngalah dikit tapi, akhirnya kita menang. Dari pada jadi babu Niken? Bisa tambah belagu dia!"
"Iya, lu betul banget!"
Setelah merasa menemukan solusi, kedua mahasiswa itu mengeruk pintu.
"Masuk!" terdengar suara sambutan dari dalam.
Perlahan Zie memutar gagang pintu lalu masuk. Matanya langsung melihat Firman dan juga Rian yang menatap padanya.
"Boleh masuk Pak?" tanya Zie yang masih berada di ambang pintu.
Firman hanya diam dengan wajah datarnya, jika Zie berpikir bisa dengan mudah membuat Firman luluh maka Zie salah besar.
Bahkan Firman tahu tentang taruhan Zie dan juga Niken, Firman merasa mahasiswa itu cukup lancang.
"Pak Zie boleh masuk?" tanya Zie lagi.
"Kau kan sudah masuk," kata Rian sambil menunjuk Zie dan Alma.
Zie tersenyum kecut, "Iya juga ya Pak," Zie beralih menatap Firman tetapi wajah dosen cupu itu terlihat sangat datar.
Lama Zie dan Alma terdiam, hingga Firman menunjuk arah pintu.
"Pintu keluar masih sama!"
"Pak, nama saya. Zie-"
"Siapa yang menanyakan nama mu?!" potong Firman.
Glek!
Zie meneguk saliva, kata-kata Firman seakan suatu hinaan.
"Pagi tadi kau sudah menghancurkan sepeda motor saya!"
"Itu Alma Pak!" Zie menunjuk Alma.
Alma mengangkat kedua tangannya dan menggerak-gerakkannya.
Zie terkejut saat melihat exspresi Alma, seakan semua kesalahan di limpahan penuh pada dirinya.
"Apa hukuman yang pantas untuk kalian berdua?" tanya Firman.
"Nilai mungkin?" timpal Rian.
"Jangan!!!"
Zie dan Alma serempak berteriak, mengingat jika nilai mereka anjlok maka keduanya akan kembali memakai bodyguard dan tidak akan di berikan kebebasan.
"Perbaiki motor saya."
"Setuju," kata Alma, mengingat uang tidak masalah.
Zie menepuk pundak Alma, "Uang dari mana?" tanya Zie dengan suara pelan, mengingat uang saku mereka tidak sebesar biasanya.
"Hehehe," Alma baru sadar, seketika ia menepuk kepala.
"Besok kalian berdua datang ke perusahaan ini," Firman meletakan sebuah kartu nama pada meja.
"Ngapain Pak?" tanya Zie.
"Magang!"
Kedua mahasiswa itu keluar dari ruang dosen dengan mulut yang terus saja komat-kamit.
"Zie udah Zie, lu enggak ngerasa ini kesempatan bagus?" tanya Alma yang berjalan di samping Zie.
Zie berhenti melangkah, kemudian tersenyum.
"Lu sehat kan Zie?" Alma bergidik ngeri melihat senyuman Zie yang terasa horor.
"Sehat lah," Zie kembali berjalan begitu juga dengan Alma, "Artinya gue bisa menang taruhan," kata Zie dengan senyum penuh kemenangan.
"Ini nama nya berenang lalu dapat ikan."
"Bukan bodoh! Berenang sambil minum air!"
"Emang enggak jorok?"
"Alma!!!!" Zie meremas tangannya dan mengeratkan giginya sambil menatap Alma yang menjelaskan.
"Salah aku di mana?" tanya Alma sambil membuka pintu mobil.
"Lu enggak salah! Gue yang salah!" geram Zie menahan emosi, tanpaknya Alma sangat mengujinya.
"Siap-siap kalah ya," ejek Niken sambil masuk ke dalam mobil mewahnya.
Alma dan Zie tidak perduli, keduanya memilih masuk kedalam mobil.
"Enggak ngerti gue, kenapa dimana-mana ada dia!"
"Seperti setan penggoda!"
"Tumben otak lu encer!" Zie langsung memukul pundak Alma.
Alma tersenyum, "Turun Zie."
"Kok turun?"
"Mobil Lamborghini kita mogok!" celetuk Alma.
Alma merasa geli menyebutkan mobil Lamborghini, karena sebenarnya mobil nya adalah sedan butut dengan keluaran tahun 90-an.
Dengan terpaksa Zie turun dan mendorong mobil, sedangkan Alma duduk di kemudi.
Tidak henti-hentinya Alma tertawa melihat wajah Zie yang kesal dengan mulut yang terus komat-kamit mengutarakan sumpah serapah.
Mobil menyala dan Alma langsung melajukan mobilnya.
"Woy gila, gue belum naik!" teriak Zie.
Alma seketika menghentikan laju mobilnya, karena tersadar melihat Zie dari kaca spion.
"Sialan!" geram Zie lalu duduk di samping Alma.
"Jangan marah-marah, demi kebebasan yang hakiki."
"CK!"
***
Apakah yang terjadi setelah nya, jeng!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Irsa Arini
mereka berdua memang agak konyol dan somplak kelakuanya 😂😂😂😂🤦♀🤦♀
2022-04-10
0
Mulaini
Hahahahahaha Zie bagian dorong mobil dan Alma santai menyetir wkwkwkwkwk....
2022-04-08
0
Pitlia Ns
ini nih dari episode awal uda bikin ngakak kelakuan zie dan alma
2022-04-07
0