"Bell kamu kan pintar, kenapa mau kerja di perusahaan kecil gini?" Tanya Edbert sembari menunggu makanan datang.
"Perusahan kecil?! Kayaknya otak anda bermasalah Tuan. Kalau ini perusahaan kecil, aku tidak akan melamar kerja disini" Jawab Bella yang hampir tersedak.
"Tapi dulu katanya mau jadi dokter, kok tiba-tiba lari kesini?"
"Hehe mungkin belum rezeki"
Edbert,,, andai lu tau apa yang sedang gue alamin.
"Coba aja lagi, siapa tau rezeki"
"Hehe iya"
Lah gue kan udah lulus ujian kedokteran, tapi karena harus memenuhi kesepakatan, yah gue tunda dulu lah. Gue sih tenang aja, soalnya semua sudah diatur Ayah.
"Raut wajah kamu kok gitu? Sedih ya Bell? Udahlah jangan sedih-sedih, masih ada waktu untuk mencoba. Nanti kalau mau test kabari saya, biar saya temani"
"Serius? Uang makan, uang minyak, kamu ya yang tanggung semua"
"Pffttt" Edbert tertawa kecil melihat Bella.
Sudah lama menunggu akhirnya pesanan mereka datang. Mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu, kemudian melanjutkan pembicaraan yang belum selesai.
Edbert mengambil kesempatan untuk melirik wajah Bella. Tidak ada perubahan sama sekali pada Bella, ia tetap saja masih imut seperti dulu.
...〜(꒪꒳꒪)〜...
Bella dan Edbert kembali keruangan mereka. Tugas Bella untuk hari ini sudah selesai, jadi Bella sudah bisa pulang terlebih dahulu.
"Kamu kesini naik apa?" Tanya Edbert
"Naik mobil"
"Besok tinggalkan aja mobilnya. Mulai besok sampai seterusnya saya jemput dan antar pulang kamu"
"Em boleh, ini alamat rumah gue. Bye"
Yes akhirnya uang gue ga banyak berkurang. Gue ga perlu isi bensin banyak-banyak lagi dong. Ahaha beruntung banget sih.
Saat berjalan keluar menuju pintu keluar, Bella dilihati banyak orang dengan tatapan tidak suka. Bella tidak merespon tatapan mereka, ia melewati orang-orang itu dengan santai dan bodoamat.
"Hei kamu!" Salah satu dari mereka menghampiri Bella, lalu berdiri tepat didepan Bella.
"Saya?" Tanya Bella pura-pura bingung.
"Lu pasti simpanan Tuan Edric kan?!"
"Maksud kamu apa ya?"
"Udah deh ngaku aja lu! Selain lu tidak ada yang dekat sama Tuan Edric! Kami semua tau lu adalah simpanan Tuan Edric! Cara apa yang lu pakai sama Tuan Edric?! Pakai pelet ya?!"
"Aduh maaf deh, gue terburu-buru nih, mau ngurus anak gue sama Edbert Edric. Kasihan ditinggal lama di rumah" Ucap Bella sambil menepuk pundak wanita itu.
Mereka yang berada ditempat itu terdiam. Sebenarnya mereka tidak percaya omongan Bella, tapi ada rumor kalau Edbert sudah punya tunangan.
Bella melewati mereka semua, kemudian ia pergi ke tempat parkir. Ia menghidupkan mobilnya dan pergi pulang.
Disisi lain, Edbert sedang menertawakan Bella. Tidak disangka nya Bella akan membuat alasan mau ngurus anaknya sama Bella. Padahal tidak ada hubungan apa-apa antara mereka berdua.
"Apa?! Tidak bisa dibiarkan! Jangan percaya pada perempuan itu! Dia hanya anak dari panti asuhan. Tidak mungkin orang seperti dia adalah tunangan Tuan Edric!" Ucap wanita itu.
Disisi lain, Bella tertawa didalam mobil. Bella diam-diam memasang alat perekam dipakaian wanita tadi. Ia tau mereka tidak akan percaya kepada omongan Bella, mereka pasti akan mengatur rencana untuk mencaci-maki Bella.
"Haduh, haduh, kenapa sih ya didunia ini masih ada aja orang gila"
"Gue tau, dia pasti menyukai Edbert, dia akan melakukan cara apapun untuk mengambil Edbert. Hahaha dasar wanita bodoh"
"Jika dibandingkan dengan gue,,, em dia sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan gue"
"Dia hanya anak kepala desa, sedangkan gue? Hahaha, lupa deh gue, gue kan anak dari panti asuhan. Canda panti asuhan, hahaha"
"Dasar wanita bodoh"
"Atau jangan-jangan dia yang dari panti asuhan? Trus dipungut deh. Hahaha"
"Sssttt udah deh Bella, kamu ga boleh gitu. Tobat Bella, tobat"
"Maafkan Bella Tuhan, Bella terlalu emosi tadi. Huff"
Sampai dirumah, Bella memarkirkan mobilnya. Kemudian ia masuk ke dalam rumah dan membersihkan dirinya. Setelah itu Bella kembali ke kamar lalu menghidupkan laptop untuk menonton film favoritnya yang semalam.
...〜(꒪꒳꒪)〜...
Jangan lupa dukungannya. Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments