Kang Jae Jin (Jason)
Aku melangkah memasuki kamarku dan merebahkan diri di atas kasur. Badanku cukup lelah dan ingin segera tidur. Tapi, sejak setahun ini aku sudah mengalami gangguan tidur. Meski tubuhku remuk redam oleh rasa lelah, tak jua membuatku terlelap. Hmmm, apalagi sekarang aku harus menghadapi kenyataan kalau aku harus kuliah.
“Ah, kenapa sih, mereka sibuk mengurus soal kuliahku?” omelku sembari meraih ponsel dan membuka sosial media milikku.
Sejak menjadi publik figur, aku memiliki dua akun sosial media. Akun resmi buatan agency dan akun pribadi yang hanya aku yang tahu. Dan, aku lebih sering mengunjungi akun pribadi karena lebih leluasa saat harus mencari berita atau sesuatu yang menarik.
Bahkan saat harus memasuki akun pribadi saja, aku sudah disuguhi berita tentang diriku. Aku mengernyit membaca berita tentang diriku yang akan mulai berkuliah. Cepat juga responnya. Aku mulai membaca komentar-komentar netizen.
“Apa-apaan ini, kenapa banyak yang mengomentari tentang pencitraanku? Tsk. Ah, mereka netizen cerdas,” ujarku sembari tersenyum tipis dan ikut berkomentar buruk tentang diriku sendiri.
Dulu, aku sempat stres dengan komentar buruk mengenaiku. Awal debut karirku, aku harus berhadapan dengan komentar negatif yang menyakitkan. Pantas saja, sampai ada artis yang bunuh diri, jari netizen lebih pedas dari mulut mereka. Tapi, suatu hari aku merasa memiliki kepuasan setelah mencaci diriku sendiri sebagai orang lain. Ha-ha.
Serius, itu sesuatu yang menyenangkan.
Saat masih asyik mengomentari diriku sendiri melalui akun pribadi, manajer Yoo mengirimkan pesan padaku. Ah, dia selalu berhasil mengubah suasana hatiku. Tsk.
Aku membaca pesan tersebut dan memgernyit kecil.
Manajer Yoo ^^ : Kau sudah gila? Kau mencaci dirimu sendiri, huh? Hapus itu!
Omong-omong memang nama manajer Yoo seperti itu diponselku. Dia sendiri yang menampilkan dirinya seperti itu. Menggelikan. Tapi, fokus adalah pada kata-katanya. Mencaci diriku sendiri. Penasaran, aku mengecek sosial media.
“Aaaaaakkk!”
Aku terduduk sambil melotot panik. Bukan akun pribadi yang kubuka. Tapi, akun resmi! Aisssshh, sial!
Aku buru-buru menghapus komentar yang mencaci diriku sendiri. Aku sudah gila. Kenapa aku bisa salah membuka akun media sosialku! Dan, tolong... apa-apaan dengan komentarku sendiri ini?
I’mJason : Jason memang bodoh. Dia mau kuliah? Dia tidak sadar dengan IQ dua digitnya?
Serius. Aku menulis kalimat ini? Sinting!
-oOo-
“Lain kali, aku akan menyita ponselmu!” omel manajer Yoo.
Aku tersenyum tipis, “Tapi, setelah kejadian semalam, banyak yang memuji,lho... .”
“Dan, kau bangga setelah memamerkan IQmu, huh?”
“Banyak yang bilang, ini lucu.”
“Ha-ha-ha.” Ucap manajer Yoo dengan ekspresi masih datar.
Aku terdiam mengabaikan omelan manajer Yoo. Ini masih pagi dan aku sudah mendapat rentetan cacian darinya? Kejam.
“Sudahlah... bersiaplah. Ada banyak kamera menyorotmu setelah ini.”
Aku mendesah panjang. Memangnya, aku bisa mengelak bagaimana lagi? Saatnya berakting.
-oOo-
Mulutku semakin kelu dan kering karena terlalu banyak tersenyum. Berita mengenaiku yang kembali kuliah, tersebar cepat di internet dan sekarang, aku harus menyiapkan bibir dan telingaku. Bibir untuk tersenyum sampai kaku mati, dan telinga untuk mendengar jerit histeris para fans-ku. Saatnya berakting habis-habisan.
Manajer Yoo? Huh, Dia tampak puas melihatku menderita meski ia memasang wajah datar setiap saat. Aku tahu, tampangnya ini palsu. Ah, sungguh membuatku ingin mencubit pipinya saja. Mencubit pakai tang, maksudnya.
“Jangan melihatku begitu. Apa kau sedang jatuh cinta padaku, artisku?” tanya manajer Yoo sambil melirikku sangar. Hmmm, dia menggemaskan sekali, khan?
Aku bergidik ngeri, “Jangan memasang wajah datar, ahjussi... kau sungguh menyebalkan.”
“Sudah kubilang, panggil aku manajer.”
“Shireo(Tidak mau).” Ujarku dengan niat membantah. Dia sudah menjebakku dengan Ide kuliah ini. Jadi, aku akan balas dendam. Itu tekak.
Manajer Yoo nampak menatapku kesal, tapi aku mengabaikannya dan kembali melangkah sambil tersenyum membalas sapaan orang-orang. Kecuali, orang itu. Seorang teman sekelasku sejak beberapa semester lalu. Dia baru saja melewatiku begitu saja. Dia selalu dingin dan cuek padaku. Aku koreksi, dia memang selalu dingin. Mungkin, itu konsepnya. Berbuat se-cool mungkin. Aku ingat kalau sejak awal kuliah dulu, dia tidak pernah memggubrisku sama sekali. Bahkan, dia mengabaikanku. Aku bukan artis di matanya. Tapi, setidaknya dia yang jujur. Bagiku.
“Jae Hyun-ah!” sapaku sambil mempercepat langkahku menghampiri Jae Hyun yang terhenti dan menatapku datar. Aku muak dengan wajah-wajah datar ini. “Oramaniyeyo,” sapaku ramah.
“Aku duluan,” ucapnya singkat dan hendak pergi tapi aku menahan lengannya sambil tetap memasang wajah seramah mungkin. “Ada apa?” tanyanya lagi. Ekspresi datar. Nada juga datar. Dia seperti robot. Oke. Ini menyebalkan.
“Tolong aku. Aku ingin lepas dari para remaja-rema ini,” ucapku melirik para fans yang terus berteriak memanggilku, “Juga pada orang di belakangku,” ucapku merujuk pada Manajer Yoo yang nampak menatapku datar.
Jae Hyun nampak menghela napas panjang tapi tidak bergeming juga tidak menepis cekalan tanganku. Aku merangkul bahunya dan berpura-pura akrab padanya yang nampak risih. Tapi, dia hanya pasrah dan mendesah menahan kekebalan. Dia peka juga.
“Kajja(Ayo) chingu(Teman).” ucapku ramah. Doa tidak membalas ucapanku tapi juga tidak menolak. “Ahjussi... aku kuliah dulu,” pamitku pada manajer Yoo yang hanya mengangguk kecil melepas kepergianku.
“Ingat penjelasanku tadi,” katanya memperingatkanku akan peraturan kuliah bagi para artis. Bersikap natural, jangan terlalu membaur dan fokus pada pelajaran. Oke, mudah.
Aku berjalan bersama Jae Hyun, buru-buru meninggalkan gerombolan fans-ku dan memasuki lobby kampus yang aman dari pekikkan melengking para gadis itu. Setelah tiba di sana dan menghilang dari hadapan fans, Jae Hyun menepis tanganku dari pundaknya lalu melenggang begitu saja meninggalkanku. Aku hanya menatap teman sekelasku itu dari jauh. Dia sungguh tidak berubah dari saat terakhir aku kuliah, dingin dan jutek. Ah, tapi dia menyelamatkanku.
Beberapa orang nampak masih berbisik menatapku, membuatku segera menarik hoodie jaket dan membuatnya tertutup hingga menutupi mata. Kutelusupkan tangan di saku jaket hoodie dan mencoba mengabaikan bisik-bisik sekitarku. Ku coba semampuku untuk berbaur dan tidak mencolok. Dan, saat aku kembali berjalan, aku menabrak seseorang.
“Awwwww... ,”
Aku menoleh bersamaan dengannya, seorang gadis berambut ikal dengan mata bulat. Seorang gadis yang familiar. Agaknya, gadis itu juga terkejut menatapku sambil sesekali mengelus bahunya. Aku memandang gadis yang terlihat semakin familiar itu. Dan, gadis itu juga menatapku. Kami saling beradu pandang sebelum...
Detik berikutnya, ia mendelik sambil ternganga menunjukku. Ah, gadis itu... gadis yang di mall kemarin.
“Kau!!!”
Kesialan macam apa lagi ini? Kenapa bisa-bisanya aku bertemu dengannya?
-oOo-
TBC
Jangan lupa berikan like, komentar dan favorit yaaa^^
Bintang 5 jangan lupaaaa juga
Kalau berkenan, berikan vote dan hadiah yaaa ^^
Regards Me
Far Choinice
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
🍁KAT❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
Lanjut lg 👍😊
2022-05-11
1
DEBU KAKI
top...
2022-05-01
1
Elisabeth Ratna Susanti
keren 😍
2022-04-02
2