Han Se Na
Hyundai Department Store nampak ramai seperti biasa. Pusat perbelanjaan yang cukup riuh. Bahkan, membludak di hari libur seperti saat ini. Pengunjung makin gila-gilaan dan dari berbagai kalangan. Termasuk, aku.
Aku harus berkelung dengan ratusan pengunjung lain. Mall yang terletak di jantung kota Seoul ini memang semakin menawan saja. Beberapa jajaran toko fashion dari berbagai branded-pun berderet dengan anggunnya. Sebagai salah satu mahasiswa desaigner, melihat jajaran model fashion di pertokoan, bukan lagi sekedar ingin membeli tapi juga menelisik seperti apa bahan yang digunakan dan model pakaian apa yang sedang trend. Seperti sekarang, entah kenapa aku tertarik dengan setelan dress yang terpajang di depan toko fashion pakaian. Sebuah manekin nampak duduk anggun mengenakan Blue Zip Dress yang dipadukan dengan Accented Heels serta menenteng sebuah Blue Envelope Clutch. Sebuah mode pakaian untuk pesta yang sederhana tapi nampak manis dan anggun. Bahan yang digunakan juga bukan kain sembarangan. Aku tahu, kain itu sudah pasti importir dari Italia. Setelan pakaian ini cukup bagus, terlebih ini adalah merk dari dalam negeri. Ah, rasanya akan menyenangkan jika aku bisa menjadi desaigner ternama kelak. Memiliki merk tersendiri.
Aku suka model pakaian yang sederhana seperti ini. Simple but so chic. Seandainya aku tidak terpengaruh dengan White Structural Dress yang kutenteng saat ini, aku sudah akan membeli pakaian di depanku ini dan memakainya di Anniversary Party kampus nanti. Tapi, gaun yang kutenteng juga tidak buruk. Daripada menyesal, lebih baik aku menikmati sore ini dengan teh susu saja.
Aku masih berkutat dengan pikiranku saat sebuah getaran di ponsel, membuatku tersadar dari kekagumanku akan pakaian di hadapanku. Aku merogoh brown purse dan mengeluarkan ponselku. Nama Song Se Kyung muncul di layar lebar ponselku. Aku tersenyum tipis membaca nama itu.
“Yeobseo (Halo)” sapaku sambil menempelkan ponselku ke telinga kanan.
“Neo eodiga(Kamu dimana)?” tanya Se Kyung dengan suara khas seraknya.
“Ada apa?” tanyaku tanpa menjawab pertanyaan Se Kyung.
“Kau bilang mau mampir,” sahut Se Kyung di seberang saluran.
“Oh,” sahutku sambil mulai melangkah meninggalkan si Blue Zip Dress yang menawan tadi, “Aku dalam perjalanan ke Mangosix.”
“Oke. Aku tunggu.”
“Oke. Sampai ketemu nanti.”
Aku menyurukkan kembali ponsel ke dalam tas dan bergegas pergi. Mangosix adalah kafe tempat Se Kyung, teman sekelasku bekerja part time. Gadis itu adalah simbol pekerja keras. Dia punya bakat hebat dalam desaign. Aku tidak percaya, dia sanggup memunculkan ide setelan dress cantik untuk musim gugur yang berhasil mendapat nilai jackpot di ujian akhir tahun lalu. Dia benar-benar tipikal mahasiswa yang mengagumkan. Aku sungguh kalah jauh dibandingkan dengannya.
Hampir saja aku melangkah menuruni eskalator saat dari jauh, aku mendengar suara riuh. Suara teriakan yang cukup menggema, menarik perhatian hampir setengah populasi pengunjung. Teriakan itu menarik atensiku, membuatku menoleh dan melihat sebuah kerumunan gadis berteriak heboh sambil mengejar seorang pemuda bertopi dengan jaket tebal hitam. Aviator hitam menutupi bagian matanya, ditambah dengan masker hitam yang semakin membuat wajahnya tertutup sempurna. Dan, pemuda itu berlari menuju eskalator dimana aku baru saja melangkah menaikinya. O-ouw.
“Opppaa!!!”
Pemuda itu nampak kebingungan lalu kerepotan menuruni eskalator, menabraki beberapa orang. Dia tampak berlari dengan cepat, menghindari kemarin gadis-gadis. Dia semakin cepat menuruni eskalator, membuatku segera melipir ke pinggiran, menempel pada pegangan eskalator, memberi jalan pengejaran pemuda yang kuduga adalah seorang aktor, entah siapa. Hanya saja, pemuda itu justru berlari ke arah tempatku melipir dan membuat kami bertabrakan.
Tubuh tegap tingginya langsung menghantam bahuku, membuatku kesulitan menjaga keseimbangan hingga nyaris terjatuh. Aku merasakan tubuhku nyaris terhempas di eskalator yang kian dekat dengan lantai satu tempat yang ketujuh saat sebuah hentakan tangan, menghentikan terjun tubuhku. Aku terkesiap sejenak mendapati pemuda itu menahan tubuhku dan menarikku hingga setengah memeluk dan otomatos membuatku mencengkeram bahunya.
“Ah, Joesonghamnida(Maafkan aku, secara formal).. ,” lirihnya.
“Ahhh... hampir saja,” lirihku dengan wajah takut.
“Oppaaa!!!” pemuda itu kembali menoleh ke arah para gadis yang mulai ikut menaiki eskalator kami. Mereka tampak berhamburan mendekati kami dengan teriakan histeris.
Pemuda itu terdengar mendesis lelah lalu menatapku dari balik aviator-nya. Ia nampak menelisikku sejenak, seperti memeriksa keadaanku sebelum kemudian berderap turun. Tapi, entah kenapa tubuhku mengikuti pergerakannya. Aku terseret olehnya.
“Akk!”
Pemuda itu terhenti, menatapku. Aku terdiam lalu mengangkat tanganku yang ternyata bertautan dengan tangannya. Tidak, bukan begitu. Ujung lengan jaketnya menyangkut di gelangku. Kami berpandangan sejenak sebelum kemudian, ia mencoba melepaskan tautan jaketnya dengan tergesa-gesa. Aku ikut panik tapi barang belanjaanku cukup merepotkan gerakanku.
“Oppaaa!!!” kami menoleh pada para gadis yang semakin mendekat. Hanya tersisa beberapa anak tangga eskalator sebelum tiba ke tempat kami.
Seperti sebuah pergerakan slow motion dalam film, mereka mendekat ke arahku dan pemuda tadi. Aku menoleh pada pemuda tadi yang nampak semakin cemas. Dan, saat itulah aku merasa seperti ditarik. Pemuda itu menggenggam tanganku lalu menyeretku melewati beberapa orang di eskalator lalu berlarian menyisir lantai satu. Aku hanya bisa memekik kecil dan pasrah ditariknya. Tubuh mungilku seperti ditarik seekor banteng saat ia membawaku ke segala arah, mencoba membelah lautan pengunjung. Sesekali ia menoleh padaku yang masih cukup terkejut. Tapi, teriakan gadis-gadis yang mengejar kami membuatnya semakin erat mencengkeram tanganku, menarikku untuk berlari cukup kencang. Kaki mungilku seperti dipaksa lari lebih dari kemampuannya, mengikuti si pemuda banteng ini.
Aku meringis kecil dan mencoba melepaskan tanganku dari cengkeraman bantengnya. Tapi, dia semakin mengeratkan genggamannya. Terlebih, tubuhku terasa terserang badai saat ia menarikku kuat. Belok kanan-belok kiri, berputar, bahkan sesekali nyaris menabrak dinding. Aku hanya bisa pasrah sambil bergumam mengucapkan maaf pada pengunjung lain.
“Yyyaa!” pekikku. Tapi, suaraku tenggelam oleh teriakan para gadis bodoh di belakangku yang terus mengejar kami dan membuat pemuda ini semakin beringas menarikku kesana kemari. Sial.
Tak lama, pemuda itu menarikku menuju lorong kecil antar pertokoan, bersembunyi di balik sebuah pilar. Ia mendorongku hingga terhimpit ke dinding. Dia memojokkanku pada dinding pilar, menghimpitku cukup dekat. Pemuda itu mengintip sesaat sementara aku hanya bisa terpaku dengan napas terengah. Aku bahkan tidak menyadari kalau tangan kami masih saling menggenggam dan jarak kami begitu dekat hingga aku snaggup mendengar desah napasnya. Aku juga bisa mencium aroma bargamot yang menguar dari tubuhnya. Napas kami beradu. Dada kami kembang kempis setelah berlarian seperti orang gila. Pemuda ini tidak terlalu tinggi tapi cukup tegap, tunggu sebatas lehernya. Ah, aku bisa melihat jakunnya yang naik turun seiring napas terengahnya. Mendadak, aku merasa salah tingkah terlebih, aku melihat tangan kekar yang panasnya menggenggan tanganku erat. Sangat.
“Awww,” rintihku mencoba melepas genggaman tangannya dengan tanganku yang bebas.
“Ah... mereka sudah pergi,” ujarnya sambil menoleh padaku. “Yyyaaa, Neo(Kau)!” bentaknya dengan nada yang begitu kasar padaku. Membuatku cukup tersentak.
“Mwo(Apa)?” Aku melotot tak percaya, dia baru saja membentakku. “Yyyaa! kenapa kau membawaku lari seenaknya. Aku sungguh lelah. Kakiku terlalu mungil untuk diseret banteng sepertimu,” ucapku sambil terengah-engah di antara rasa terkejutku. “Dan kau membentakku begitu saja? Astaga... kau ini sungguh kasar. Apa kau bersikap seperti ini pada seorang gadisyang baru kau kenal, huh?”
Pemuda itu berusaha melepas tautan jaketnya dari gelangku dengan cukup kasar, “Yyyaa! Ini gara-gara gelang bodohmu,” selorohnya. “Jika saja bukan karena gelangmu, aku tidak harus menyeret-nyeretmu. Menambah kerjaan. Merepotkan!”
“Yyaa! Kau menyalahkan gelangku? Yyaa! Kau yang lari-lari tidak jelas! Kau berpenampilan aneh, gerak-gerikmu juga mencurigakan. Kau bahkan dikejar-kejar para gadis. Pasti kau melakukan hal aneh, khan? Apakah... kau mencuri?” tanyaku sambil memegangi gelangku yang akhirnya terlepas dari jaketnya.
Pemuda itu menatapku lekat, melepas aviator-nya dan terkekeh geli, “Apa wajahku ini seperti pencuri?” tanyanya menunjuk wajahnya dengan sakartis, “Lagipula, aku ini artis. Mereka adalah para fans,” ucapnya. “Mereka mengajarkan karena mereka adalah fans-ku.”
Aku menelisik pemuda itu dan mengakui bahwa wajahnya familiar. Aku seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Aku mengernyit, menatapnya cukup gusar dengan masih terengah. Ah, benar. Jason. Dia artis muda itu. Tidak mau ketangkap basah mengenalinya, aku berpura-pura jutek dengan menatapnya sejenak sambil berdeham kesal, “Terus kenapa? Bukankah harusnya kau ramah pada mereka? Kenapa harus berlarian dan menyeretku terus-terusan!”
“Ini karena gelangmu!”
“Kau menyalahkan gelangku lagi? Ah, sulit dipercaya. Sudahlah, hentikan omong kosong ini. Dasar gila!” omelku sambil mendorongnya kecil dan melenggang meninggalkannya. Aku terhenti sejenak lalu menoleh padanya yang nampak kesal padaku, “Dan, beraninya kau berbicara informal padaku! Aku lebih tua darimu!” umpatku sebelum benar-benar pergi meninggalkannya.
Aku merapikan pakaian dan rambutku sejenak sebelum buru-buru melangkah meninggalkan tempat pemuda bodoh itu terbengong dari para fans. Aku menggenggam pergelangan tanganku yang dingin. Aku ingat betapa kencnagnya ia menggenggam tangan mungilku ini. Kini pergelangan tanganku cukup merah dan perih.
“Ah, kenapa hari ini aku mengalami kejadian aneh begini. Tsk.” Aku terus mengomel sepanjang perjalanan pulang. “Dia artis? Dia terkenal? Tidak mungkin. Dia pasti pria mesum. Benar. Pasti... .” ucapku yang mencoba mengabaikan fakta kalau memang dia artis. Rasa kesalku cukup membuatku tidak perduli siapa dia. Sial. Tanganku perih sekali.
-TBC-
Regards Me
Far Choinice
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Ufika
beruntung gk bruntung deh🤭
2022-06-07
1
Aris Pujiono
yuk lanjut
2022-06-03
0
🍁KAT❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
baca nyicil ya.👍😊
2022-05-03
1