Se Kyung menyodorkan segelas strawberry punch padaku yang sudah memasang wajah masam. Ini semua karena pemuda artis itu. Jason. Beberapa titik embun menetes dari sisi gelas minuman yang menyegarkan itu. Aku batal memesan teh susu. Aku butuh yang lebih menyegarkan.
“Aku tunggu di meja biasa,” ujarku pada Se Kyung yang menjawabku dengan acungan jempol dan melenggang pergi setelah Se Kyung mengangguk dengan sedikit penasaran karena wajah jutekku.
Aku melangkah menuju sebuah meja terdekat dengan jendela. Bisa kulihat, tumpukan salju di jalanan. Beberapa meja Mangosix yang tertata di bawah payung merah di luar sana, nampak kosong dan dingin bersama butiran salju. Hanya orang bodoh yang mau duduk di luar sana dengan suhu semacam ini. Aku menyesap sedikit minumanku, membiarkan dingin dan manisnya strawbery melewati tenggorokanku. Sekaligus, meredakan emosi dan rasa lelahku. Jujur saja, ini pertama kalinya aku berlari begitu kencnag dan ditarik seenaknya oleh seorang pemuda. Pergelangan tanganku sudah tidak memerah tapi masih menyisakan rasa perih. Benar-benae, deh... artis bodoh itu sungguh tidak punya otak dan tidak punya etika!
“Kau kenapa?” tanya Se Kyung yang duduk di hadapanku. Dia bisa sedikit bersantai karena pengunjung tidak terlalu banyak.
“Aku bertemu pemuda bodoh. Dia menyeretku seenaknya. Membuatku lari ke sana kemari. Lihat. Tanganku bahkan sampai seperti ini!” ujarku sambil menunjukkan tanganku disertai nada yang meninggi.
“Mwo? Pemuda bodoh? Siapa?”
Aku hanya mendesah pendek dan kembali menikmati minumanku. Se Kyung terlihat tidak puas. Dia memang selalu ingin tahu. Jadi, dia pasti akan mengejarku dengan berbagai pertanyaan hanya untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Tapi, jika aku mengatakannya tentang kejadian di mall. Aku yakin, dia akan semakin membombardirku dengan ratusan pertanyaan. Lagipula, aku sedang tidak ingin membicarakan soal si Jason.
“Aku akan menceritakannya lain kali. Jadi, berhenti menatapku seperti singa ingin menerkam kelinci imut,” ucapku yang membuat Se Kyung terkekeh geli.
“Kelinci imut, pantatku,” seloroh Se Kyung yang membuatku tertawa.
Kembali, kenikmatan minumanku sambil menghela napas panjang. Aku berusaha untuk setenang mungkin dan meredakan emosiku sebelum aku memeriksa beberapa tas belanjaanku lalu menyodorkan satu tas belanja pada Se Kyung. Se Kyung nampak bingung lalu memeriksa isinya. Aku menekuk tas itu sebagai isyarat agar Se Kyung menerima tas itu. Detik berikutnya, dia nampak terkejut dan menatapku bingung.
“Ige mwoya(Apa ini)?” tanyanya.
“Hadiah kecil untukmu. Aku khan belum memberimu hadiah ulang tahun,” sahutku.
“Yyaa! Itu sudah dua bulan yang lalu. Dan, kau bilang ini kecil? Ini mahal!” omelnya sambil mengeluarkan sedikit isi tas belanja itu. Membuat ujung kain muncul dari dalam tas. Ujung kain dari sebuah dress.
Benar. Aku memberikannya sebuah gaun. Aku jujur ingin memberikannya sebagai hadiah ulang tahun. Aku lupa memberinya hadiah itu saat itu, jadi memang aku menggantinya saat ini. Aku tidak bermaksud apapun. Lagipula, dia juga sering memberiku hadiah.
“Tapi, aku sungguh belum memberimu apapun waktu itu. Aku merasa bersalah,” kilahku. Bukan, aku jujur.
Se Kyung nampak menghela napas dengan wajah tidak suka dan menyurukkan tas tadi kembali ke arahku. Aku hanya menyodorkan kembali benda itu pada Se Kyung dan memasang mimik setengah memohon. Aku terus melempar tatapan sememohon mungkin ke arah Se Kyung yang masih ragu. Se Kyung perlahan menerima tas belanja itu dan membuatku bertepuk tangan riang.
“Gitu, dong... .”
“Tapi, kau harus menceritakan padaku, apa yang membuatmu masam saat baru datang tadi,” ucap Se Kyung.
“Arrgghh,” aku mengerang kecil sembari menyandarkan punggung secara dramatis ke sandaran kursi, “Ini membuatku kesal,” omelku. Dia kembali menyeret pikiranku pada Jason.
“Wae(Kenapa)? Wae? Wae?” tanya Se Kyung yang nampak antusias dan penasaran.
Aku berpikir sejenak lalu mendekatkan kepalaku pada Se Kyung dan bersiap membisikkan sesuatu padanya, “Mungkin... kau tahu artis bernama Jason?”
“Jason?” Se Kyung terdiam sejenak lalu ternganga sambil mendelik terkejut, “Hmm... Young brother national?”
Aku mengangguk mantap, “Ah, Majayoe(Benar).” Aku cukup terkejut karena Se Kyung tahu soal Jason. Kupikir dia mahasiswa kolot yang tidak tahu soal entertainment. “Si artis itu.” Ujarku sedikit bersungut
Se Kyung mengangguk-angguk kecil tapi detik berikutnya dia kembali mengernyit padaku dengan wajah bingung. “Apa hubungannya denganmu yang bermula masam ini?”
“Dia berengsek. Ah, mengingatnya saja membuatku kesal,” ujarku sambil mengipas-ngipaskan telapak tanganku ke depan wajah yang masih memanas. Auw, pikiranku bercabang antara kesal sekaligus masih terhipnotis oleh jakun Jason yang menggoda. Apalagi, aroma bargamot yang masih tersisa di ujung hidungku. Tapi, perihnya tanganku membuatku sadar akan kemarahanku. Cih, aku tidak akan tergoda.
Sungguh menyebalkan mengingat dia seenaknya menarik tanganku dan menyalahkan gelangku atas tragedi yang terjadi pada kami saat di mall tadi. Aku harus mendapat sorotan dari pengunjung lain yang kesal karena kami tabrak. Oh, aku juga ingat sakitnya punggungku saat ia menyurukku ke dinding. Benar-benar tidak beradab. Aku menarik gelas minumanku lalu menyeruputnya sedikit demi sedikit. Se Kyung nampak masih belum begitu puas dengan penjelasanku. Biarlah, aku masih merasa merinding membayangkan betapa gilanya tragedi di mall tadi. Jason. Cih, namanya sungguh kekanak-kanakkan.
“Yyya! Ceritakan padaku! Jangan setengah-setengah!” umpat Se Kyung yang semakin tidak sabaran.
Aku menyeruput minumanku kembali dan menatap Se Kyung. Dia tidak akan mudah menyerah. Jadi... baikla, “Dia yang membuatku menjalani hari gila. Dia membuatku berlari cukup cepat. Dia menyeretku dan memaki gelangku.” Ujarku yang kembali menunjukkan gelang di tanganku. "Ughh... mengingat caciannya membuatku semakin kesal. Apalagi, dia sungguh tidak punya sopan santun! Cih!"
Se Kyung mengernyit kecil, “Hah? Dia melakukan apa padamu?"
“Jason." ujarku tegas, "Dia... menarikku. Membuatku terombang-ambing bahkan sampai menabrak banyak orang, karena gelangku tersangkut di jaketnya. Bukannya minta maaf, dia justru memakiku.”
“Tunggu... maksudnya... kamu ketemu Jason di mall ini?”
“Hmm,” sahutku sambil mengangguk. Aku memainkan sedotan, mengaduk-aduk minumanku yang tinggal sedikit. "Sialnya. Kenapa kami harus berpapasan di eskalator itu. Dan, kenapa jaketnya pakai acara nyangkut di gelangku? Ughh... ."
Se Kyung menatapku lekat sebelum kemudian membekap mulutnya tak percaya, “Beruntungnya... ,” lirih Se Kyung. Sinting. Dia baru saja bilang kalau aku beruntung? Aku ini sedang sial, lho. Se Kyung masih tidak melepas ekspresi terkejutnya, “Ceritakan detail padaku.”
Aku menatapnya datar. Lihat. Se Kyung sungguh tidak akan berhenti sebelum aku menceritakan semuanya secara lengkap padanya. Ah, suasana hatiku semakin buruk saja. Aku melirik isi gelasku lalu tersenyum pada Se Kyung
“Setelah Strawberry punch. Mango Smoothie sepertinya cukup enak.” Ujarku setengah mengerling padanya
“Sial.” Se Kyung mendengus, “Mau chocolate puding?”
Mataku berbinar takjub, “Deal.”
-TBC-
Jangan lupa like dan komentarnya ^^
Regards Me
Far Choinice
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Aruna Maharani
sudah jadi favorite nih, bakalan sering2 mampir ya 🙏
2022-09-14
1
lina
q dukung diri mu
2022-07-19
1
Aris Pujiono
semangatt kak
2022-07-06
1